
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Nn. SH DENGAN SKIZOAFEKTIF TIPE DEPRESIF
DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
RUANG RAWAT : Srikandi
TANGGAL DIRAWAT : 03 Oktober 2009
A. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Nn. SH (P)
Umur : 24 tahun
Pendidikan : SMP
Tanggal Pengkajian : 10 Oktober 2009
No. RM : 201292
Informan : Klien
Diagnosa Medis : Gangguan Skizoafektif tipe Depresif (F25.1)
II. ALASAN MASUK
Klien mengatakan dirawat inap di RSJD Surakarta karena mengurung diri di kamar, tidak mau makan, menangis dan sering mendengar suara-suara (kadang memanggil namanya dan mengajak berbicara). Klien mengatakan malas mandi dan tidak mau minum obat karena menurutnya dosis obat yang diberikan sangat tinggi. Klien mengatakan ketika klien kambuh kali ini keluarga tidak melakukan apa-apa terhadapnya ketika di rumah, keluarga langsung membawa klien ke RSJD Surakarta.
III. FAKTOR PREDISPOSISI :
Klien mengatakan pernah tiga kali dirawati di RSJD Surakarta. Pertama kali dirawat sekitar tahun 2003. Klien mengatakan sebelum sakit klien suka “nongkrong” dengan teman-teman yang sebagian adalah laki-laki, dahulu klien bukan seorang yang pemalu. Kemudian klien menyukai/jatuh cinta pada salah seorang teman pria dan menyatakan rasa cintanya pada teman pria tersebut, tetapi tidak ada jawaban. Setelah itu klien suka menyendiri, mengurung diri di kamar dan menangis, kemudian klien suka mengamuk dan malas membantu mengerjakan pekerjaan rumah (menyapu, dsb). Klien mengatakan pada waktu kali pertama klien mengurung diri di kamar dan mengamuk (tahun 2003) klien dibawa ke “orang pintar” karena dianggap kerasukan makhluk halus. Selain itu juga diadakan “slametan” untuk memohon pada Yang Maha Kuasa agar klien tidak diganggu oleh makhluk halus. Akan tetapi, tidak ada perkembangan ataupun perubahan pada klien setelah dilakukan berbagai ritual yang telah menghabiskan banyak dana hingga orang tua harus menjual sawahnya. Kemudian pada tahun yang sama, keluarga berinisiatif untuk memeriksakan klien di RSJD Surakarta dan klien dirawat inap di RSJD Surakarta untuk pertama kali untuk beberapa bulan ( klien tidak ingat berapa bulan). Sejak saat itu keluarga selalu memeriksakan klien secara rutin di RSJD Surakarta. Klien mengatakan keluarga tidak pernah mengasingkan atau menganiaya/ mengikat klien pada saat pertama kali mengalami gangguan jiwa. Sekitar tahun 2005 klien mengamuk di rumah dan dirawat inap kembali di RSJD Surakarta. Klien mengatakan mengalami kekerasan dalam keluarga pada tahun ini ( umur 20 tahun ), klien dibanting oleh ayahnya karena klien telah menendang neneknya. Pada tahun 2008 klien mengamuk kembali dan menganiaya diri sendiri dengan menghantuk-hantukkan kepala ke tembok pada (umur 23 tahun), kemudian dirawat di RSJD Surakarta untuk ketiga kalinya. Klien berhasil menjalani pengobatan sebelumnya, tetapi beberapa bulan terakhir klien tidak mau minum obat (tahun 2009). Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
Masalah keperawatan : Risiko mencederai diri dan orang lain
IV. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda vital : TD : 110/60 mm Hg, Nadi :96 x / menit
S = 36,6° C, RR : 19 x / menit
2. Ukur : TB = 153 cm, BB = 38 kg
3. Keluhan fisik : tidak ada
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Keterangan
: laki-laki
: perempuan
: klien
: garis pernikahan
: garis keturunan
: tinggal dalam satu rumah
Klien adalah anak pertama dari tiga bersaudara dan merupakan anak perempuan satu-satunya. Dalam keluarga klien, tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.
2. Konsep diri :
a. Gambaran diri: klien menilai bahwa dirinya seorang perempuan biasa seperti pada umumnya, klien menerima keadaan tubuhnya apa adanya.
b. Identitas: klien mengatakan dia adalah seorang perempuan anak pertama dari tiga bersaudara dan belum menikah.
c. Peran : klien merupakan seorang remaja, bekerja sebagai penjahit lepas, klien tidak bergabung dalam karang taruna, sejak menderita gangguan jiwa klien jarang berkumpul dengan teman/tetangga. Di rumah klien berperan sebagai anak. Kadang gaji klien diberikan kepada ibunya, tetapi ibu klien menolaknya dengan alasan uang tersebut dapat klien gunakan untuk memenuhi kebutuhan klien seperti membeli baju, dan klien dapat menerima hal itu. Di masyarakat klien sebagai warga yang baik dan tidak ada masalah.
d. Ideal diri: Klien mengatakan ingin sembuh dan ingin bekerja lagi sepulang dari perawatan di RSJD ini.
e. Harga diri: klien mengatakan dirinya seorang yang pemalu, pemalas dan tidak cantik.
Masalah keperawatan: harga diri rendah.
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti: ibu
b. Peran serta dalam kelompok/masyarakat: sebelum mengalami gangguan jiwa klien mengatakan suka “nongkrong” dengan teman-temannya yang sebagian besar adalah laki-laki. Tetapi selama sakit klien jarang bertemu dengan teman-temannya ataupun tetangga kerana malu dengan kondisinya.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Saat ini klien mampu berkomunikasi dengan baik, kepada teman ataupun perawat, tetapi masih malu-malu untuk bercerita.
Masalah keperawatan: Harga diri rendah
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan: klien beragama Islam dan percaya bahwa Tuhan ada.
b. Kegiatan ibadah: klien mengatakan kalau di rumah rajin beribadah dan melakukan shalat lima waktu meski kadang ada yang terlewatkan. Selama di RS klien jarang menunaikan ibadah shalat tetapi selalu berdoa setiap saat.
Masalah keperawatan: tidak ada.
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Penampilan klien rapi, penggunaan pakaian sesuai, rambut disisir dan diikat menjadi satu. Wajah klien tampak tidak segar, klien mengatakan malas menggunakan bedak/lipstik. Klien mengatakan sejak masuk RS tidak ganti pakaian dalam/underwear karena tidak memiliki gantinya. Klien mandi dan gosok gigi 2x sehari. Klien belum dijenguk oleh keluarga sehingga tidak ada yang membawakan pakaian dalam/underwear.
Masalah keperawatan: defisit perawatan diri berhias/berpakaian.
2. Pembicaraan
Cara bicara klien cepat, mampu menjawab pertanyaan dengan baik, tetapi saat berbicara kontak mata klien kurang, klien berbicara sambil memandang sekitar dan selalu menggerak-gerakkan tangannya seperti menggaruk atau melilitkan baju di jarinya.
Masalah keperawatan: Ansietas
3. Aktivitas motorik
Klien tampak tenang, sering berjalan mondar-mandir, dan sesekali berbincang dengan temannya. Kadang klien tampak tiba-tiba beranjak dari tempat tidur dan berpindah tempat duduk di halaman. Ketika ditanya apa yang terjadi klien mengatakan baru saja mendengar suara-suara tidak nyata. Kadang klien tampak tiba-tiba menyendiri dengan tatapan kosong dan wajah tegang.
Masalah keperawatan: Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
Risiko mencederai diri sendiri dan orang lain
4. Alam perasaan
Klien mengatakan kadang takut dengan suara-suara yang sering didengarnya. Saat ini perasaan klien biasa saja.
Masalah keperawatan: Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran.
5. Afek
Afek klien datar, klien sering tersenyum saat ditanya dan melihat sekitarnya saat berbicara.
Masalah keperawatan: - (tidak ada)
6. Interaksi selama wawancara
Saat wawancara klien sering menunduk, melihat sekitarnya, berbicara sambil tersenyum, kotak mata kurang, malu-malu menjawab pertanyaan.
Masalah keperawatan: harga diri rendah
7. Persepsi
Klien mengatakan sering mendengar suara-suara memanggil namanya dan kadang mengajak klien berbincang-bincang padahal tidak ada orangnya, tetapi klien tidak ingat apa yang dikatakan suara itu. Klien sering mendengar suara tersebut saat pagi atau malam hari menjelang tidur, dalam sehari kadang klien mendengar suara itu satu atau dua kali. Klien mengatakan jika mendengar suara itu klien langsung beranjak pergi dari tempat dia duduk karena takut.
Masalah keperawatan: gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran.
8. Proses pikir :
Pembicaraan klien terarah, dapat mengikuti pembicaraan sesuai topik.
Masalah keperawatan: tidak ada.
9. Isi pikir
Klien mengatakan waktu di rumah tidak mau minum obat karena menurut klien dosis obat yang diberikan padanya sangat tinggi. Klien tampak ragu-ragu saat minum obat setelah makan siang.
Masalah keperawatan: gangguan isi pikir: waham curiga.
10. Tingkat kesadaran
Klien mampu menyebutkan waktu dan tempat dengan benar. Klien sadar berada di RSJD Surakarta dan mampu menyebutkan nama-nama perawat.
Masalah keperawatan: tidak ada
11. Memori
Klien mampu menceritakan kejadian-kejadian sejak sebelum sakit dan apa yang terjadi selama klien mengalami gangguan jiwa, meskipun kadang lupa.
Masalah keperawatan: tidak ada.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien mampu berkonsentrasi dan berhitung sederhana menggunakan jari tangan.
Masalah keperawatan: tidak ada.
13. Kemampuan penilaian
Tidak ada masalah karena klien mampu untuk mengambil keputusan secara mandiri, seperti klien memilih mandi dulu sebelum shalat Subuh.
Masalah keperawatan: tidak ada.
14. Daya tilik diri
Klien menyadari bahwa klien mengalami gangguan jiwa.
Masalah keperawatan: tidak ada.
VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Makan
Klien tidak membutuhkan bantuan saat makan/mandiri, klien mampu makan sendiri, hanya membutuhkan motivasi karena nafsu makan menurun jika makanan tidak sesuai selera. Klien mampu membersihkan alat-alat makan secara mandiri setelah makan.
Masalah keperawatan : tidak ada.
2. BAB atau BAK
Klien mampu BAB/BAK secara mandiri. Klien juga mampu membersihkan diri setelah BAB atau BAK.
Masalah keperawatan : tidak ada.
3. Mandi
Klien menyatakan tidak membutuhkan bantuan saat mandi, klien juga mampu mencuci rambut sendiri dan menggunting kuku.
Masalah keperawatan : tidak ada.
4. Berpakaian
Klien mampu mengenakan pakaian sendiri dan dalam berpakaian sesuai dengan yang harus dipakai.
Masalah keperawatan : tidak ada.
5. Istirahat dan tidur
Klien mengatakan susah tidur siang ataupun malam, karena saat memulai tidur sering mendengar suara-suara yang memanggilnya sehingga menyebabkan sulit tidur, tetapi jika minum obat yang berwarna orange pasti dapat tidur nyenyak.
Masalah keperawatan : tidak ada.
6. Penggunaan obat
Klien mengatakan tidak mau minum obat saat di rumah karena menurutnya dosis obatnya tinggi.
Masalah keperawatan : gangguan isi pikir: waham curiga.
7. Pemelihara kesehatan
Klien mengatakan akan kontrol secara rutin dan minum obat teratur sepulang dari RSJD Surakata karena tidak mau kambuh dan dirawat inap lagi.
Masalah keperawatan : tidak ada.
8. Kegiatan dalam rumah
Klien mengatakan sepulang dari RSJD Surakarta akan selalu membantu pekerjaan rumah seperti memasak, mencuci baju, mencuci piring, menyapu rumah dan halaman.
Masalah keperawatan : tidak ada.
9. Kegiatan di luar rumah
Klien mengatakan akan bekerja lagi di tempat kerjanya yang dulu dan akan segera mengunjungi “majikannya” agar diterima bekerja kembali. Selain itu klien juga mengatakan bahwa dirinya akan berusaha untuk berbelanja ke pasar. Klien mengatakan mengetahui alat transportasi yang dapat digunakan untuk bepergian. Tetapi klien selalu meminta antar adiknya yang pertama menggunakan motor jika bepergian terutama jika pergi untuk kontrol ke RSJD Surakarta.
Masalah keperawatan : tidak ada.
VIII. MEKANISME KOPING
Klien mengatakan jika memiliki masalah lebih senang mengurung diri di kamar dan menangis. Kadang mengamuk orang-orang di sekitarnya. Klien mengatakan jika marah suka mencederai diri atau orang lain. Kadang klien tampak tiba-tiba menyendiri dengan tatapan kosong dan wajah tegang.
Masalah keperawatan : koping individu tidak efektif.
IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
- Klien tidak memiliki masalah dengan dukungan kelompok
- Klien tidak memiliki masalah dalam berhubungan dengan lingkungan
- Klien bersekolah hanya sampai tingkat SMP karena tidak ada biaya untuk melanjutkan
- Klien memiliki pekerjaan, sebagai penjahit lepas pada seorang pengusaha konveksi
- Klien tidak memiliki masalah dengan perumahan
- Klien berasal dari keluarga dengan ekonomi rendah, untuk perawatan selama di RSJ klien menggunakan Jamkesmas.
- Klien tidak memiliki masalah dengan pelayanan kesehatan
Masalah keperawatan: -
X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG
Klien mengerti bahwa dirinya mengalami gangguan jiwa dan klien mengerti tentang halusinasi.
Masalah keperawatan: tidak ada.
XI. ASPEK MEDIK
Tanggal 10 Oktober 2009
Diagnosa medik : Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif (F 25.1)
Terapi medik : Risperidon 2 x 2 mg
Trihexypenidil 2 x 2 mg
XII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
1. Risiko mencederai diri dan orang lain
2. Harga diri rendah
3. Defisit perawatan diri berpakaian/berhias
4. Gangguan isi pikir: waham curiga
5. Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
6. Koping individu tidak efektif
7. Ansietas
XIII. ANALISA DATA
NO DATA PROBLEM ETIOLOGI
1. DS :
- Klien mengatakan pernah mengalami kekerasan dalam keluarga pada tahun 2005 (umur 20 tahun), klien dibanting oleh ayahnya karena klien telah menendang neneknya. Klien juga pernah menganiaya diri sendiri dengan menghantuk-hantukkan kepala ke tembok pada tahun 2008 (umur 23 tahun).
DO :
- Kadang klien tampak tiba-tiba menyendiri dengan tatapan kosong dan wajah tegang Risiko mencederai diri dan orang lain kurangnya rasa percaya pada orang lain, level panik dari ansietas
2. DS :
- klien mengatakan dirinya seorang yang pemalu, pemalas dan tidak cantik
- sebelum mengalami gangguan jiwa klien mengatakan suka “nongkrong” dengan teman-temannya yang sebagian besar adalah laki-laki. Tetapi selama sakit klien jarang bertemu dengan teman-temannya ataupun tetangga kerana malu dengan kondisinya.
DO :
- Saat ini klien mampu berkomunikasi dengan baik, kepada teman ataupun perawat, tetapi masih malu-malu untuk bercerita.
- Saat wawancara klien sering menunduk, melihat sekitarnya, berbicara sambil tersenyum, kotak mata kurang, malu-malu menjawab pertanyaan. Harga diri rendah Kerusakan perkembangan kognitif berpandangan negatif terhadap diri sendiri
3 DS :
- Wajah klien tampak tidak segar, klien mengatakan malas menggunakan bedak/lipstik. Klien mengatakan sejak masuk RS tidak ganti pakaian dalam/underwear karena tidak memiliki gantinya.
DO :
- Klien belum dijenguk oleh keluarga sehingga tidak ada yang membawakan pakaian dalam/underwear untuk ganti Defisit perawatan diri berpakaian/ berhias
Kemunduran perkembangan, rasa tidak berharga dan kurangnya perhatian terhadap kebutuhan dirinya sendiri.
4. DS
- Klien mengatakan waktu di rumah tidak mau minum obat karena menurut klien dosis obat yang diberikan padanya sangat tinggi.
DO
- Klien tampak ragu-ragu saat minum obat setelah makan siang Gangguan proses pikir: waham curiga Ketidakmampuan untuk percaya orang lain, panik, cemas.
5. DS
- Klien mengatakan kadang takut dengan suara-suara yang sering didengarnya
- Klien mengatakan sering mendengar suara-suara memanggil namanya dan kadang mengajak klien berbincang-bincang padahal tidak ada orangnya, tetapi klien tidak ingat apa yang dikatakan suara itu. Klien sering mendengar suara tersebut saat pagi atau malam hari menjelang tidur, dalam sehari kadang klien mendengar suara itu satu atau dua kali. Klien mengatakan jika mendengar suara itu klien langsung beranjak pergi dari tempat dia duduk karena takut.
DO:
- Kadang klien tiba-tiba tampak beranjak dari tempat tidur dan berpindah tempat duduk di halaman. Ketika ditanya apa yang terjadi klien mengatakan baru saja mendengar suara-suara tidak nyata. Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran Stres yang cukup hebat, distorsi kognitif dan perseptual individu panik
6. DS:
- Klien mengatakan jika memiliki masalah lebih senang mengurung diri di kamar dan menangis. Kadang mengamuk orang-orang di sekitarnya. Klien mengatakan jika marah suka mencederai diri atau orang lain.
DO:
- Kadang klien tampak tiba-tiba menyendiri dengan tatapan kosong dan wajah tegang Koping individu tidak efektif Ketidakmampuan untuk percaya, level panik dari ansietas, harga diri rendah
7. DS: -
DO:
- Cara bicara klien cepat, mampu menjawab pertanyaan dengan baik, tetapi saat berbicara kontak mata klien kurang, klien berbicara sambil memandang sekitar dan selalu menggerak-gerakkan tangannya seperti menggaruk atau melilitkan baju di jarinya. Ansietas Krisis situasional
XIV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran berhubungan dengan stres yang cukup hebat, distorsi kognitif dan perseptual individu panik.
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional.
3. Perubahan proses pikir: waham curiga berhubungan dengan ketidakmampuan untuk percaya orang lain, panik, cemas.
4. Harga diri rendah berhubungan dengan kerusakan perkembangan kognitif berpandangan negatif terhadap diri sendiri.
5. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk percaya, level panik dari ansietas, dan harga diri rendah.
6. Defisit perawatan diri: berpakaian/berhias berhubungan dengan kemunduran perkembangan, rasa tidak berharga dan kurangnya perhatian terhadap kebutuhan dirinya sendiri.
7. Risiko mencederai diri dan orang lain berhubungan dengan kurangnya rasa percaya pada orang lain, level panik dari ansietas.
XV. RENCANA TINDAKAN
NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN PERENCANAAN RASIONAL
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL TINDAKAN KEPERAWATAN
1.
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran berhubungan dengan stres yang cukup hebat, distorsi kognitif dan perseptual individu panik
TUPAN :
Klien mampu menetapkan dan menguji realita/kenyataan, serta menyingkirkan kesalahan sensori persepsi.
TUPEN :
Klien mampu mengontrol halusinasi
Kriteria Hasil:
- Klien dapat menyebutkan cara baru mengendalikan halusinasi
- Klien dapat memilih dan melaksanakan cara mengendalikan halusinasi.
- Klien melaksanakan cara yang dipilih untuk mengendalikan halusinasi.
- Klien mau mengikuti TAK
1. Identifikasi dan diskusikan bersama klien perilaku yang biasa dilakukan saat muncul halusinasi.
2. Diskusikan manfaat dari cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian
3. Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol halusinasi
- Dekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa
- Bercakap-cakap dengan orang lain (perawat, klien lain)
- Susun jadwal kegiatan harian
- Minta padaorang lain untuk menyapa jika klien tampak bicara sendiri
4. Bantu klien memilih dan melatih cara memutus/ mengontrol halusinasi secara bertahap
5. Beri kesempatan untuk melakukan cara mengontrol/ memutus halusinasi yang telah dipilih dan dilatih. Evaluasi hasilnya bersama klien, beri pujian jika berhasil.
6. Libatkan dalam TAK orientasi realita dan stimulasi persepsi. Dapat membantu menentukan tindakan yang tepat
Jika cara yang biasanya digunakan klien ternyata tidak bermanfaat, maka dapat diganti dengan cara yang lain.
Dalam TAK orientasi realita dan stimulasi persepsi klien akan mengetahui halusinasi yang dialami oleh klien lain, berbagi pengalaman dan cara mengatasi halusinasi.
Untuk melibatkan klien dalam pengambilan keputusan dalam komunikasi terapeutik.
Validasi tentang cara untuk mengontrol halusinasi yang sudah di ajarkan sebagai bahan evaluasi tindakan perawat terhadap klien.
Agar klien mampu berorientasi pada kenyataan saat ini.
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional TUPAN :
Klien mampu mengatasi ansietas dibawah level menengah dengan menunjukkan tidak adanya perilaku yang menunjukan ansietas dalam berespon terhadap stress.
TUPEN :
Klien mampu memverbalkan perilaku yang menunjukkan ansietas mulai menurun.
Kliem mampu mengungkapkan strategi untuk mengatasi ansietas.
KH :
- Ketika ansietas mulai meningkat, klien akan menunjukkan perilaku untuk mengatasinya
- Klien mampu mengatasi ansietasnya pada level menengah 1. Bina hubungan saling percaya. Bersikap jujur, konsisten dalam berespon dan tepat waktu.
2. Ajak klien dan dorong klien untuk melakukan melakukan kegiatan yang dapat menurunkan tekanan dan kecemasan (berjalan-jalan, olah raga, aktivitas kelompok)
3. Dorong klien untuk mengidentifikasi perasaan pada orang yang dapat dipercaya untuk mengekspresikan perasaannya
4. Perawat harus dapat mengatur suasanan menjadi tenang
5. Gunakan sentuhan terapeutik yang nyaman untuk klien
6. Bantu klien mengenali tanda-tanda peningkatan ansietas dan cara yang biasa digunakan klien untuk mengatasi ansietas
7. Berikan obat-obatan transkualiser sesuai indikasi
Hubungan therapeutik mendukung rasa percaya klien terhadap perawat sehingga program perawatan dapat berjalan dengan baik.
Tekanan dan kecemasan dapat nemurun dengan baik ketika klien mengikuti aktivitas fisik
Klien yang cemas sering menyangkal persahabatan diantara masalah emosional dan ansietasnya
Ansietas dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain
Karena ansietas dapat muncul pada individu yang menginterpretasikan sentuhan yang agresif
Untuk menentukan tindakan yang tepat
Penggunaan jangka pendek obat-obat ansietas membantu menurunkan efek ansietas dan memfasilitasi klien agar kooperatif dalam terapi
3. Perubahan proses pikir berhubungan dengan ketidakmampuan untuk percaya orang lain, panik, cemas TUPEN:
Klien dapat mengetahui dan mengatakan bahwa ide-ide yang salah itu terjadi khususnya pada saat ansietas meningkat dalam 2 minggu.
TUPAN:
Klien dapat mengatasi ide-ide yang salah/delusi.
KRITERIA HASIL:
- Klien dapat mempertahankan aktivitas sehari-hari yang mampu dilakukan olehnya.
- Klien mampu menahan diri berespon terhadap pikiran-pikiran delusi, bila pikiran tersebut muncul. 1. Kaji tingkat kecemasan, gunakan strategi pengendalian kecemasan sampai level yang dapat ditoleransi
2. Datangi klien dengan tenang dan bina hubungan saling percaya.
3. Tunjukkan bahwa Anda menerika keyakinan klien yang salah, sementara itu biarkan klien tahu bahwa perawat tidak mendukung keyakinan tersebut.
4. Gunakan teknik komunikasi terapeutik keraguan yang berasalan sebagai teknik komunikasi terapeutik untuk membantu klien secara perlahan kembali ke realita
5. Bantu klien menghubungkan keyakinan yang salah tersebu dengan peningkatan dukungan dengan ansietas yang dirasakan.
6. Bantu dan dukung klien dalam usaha untuk mengungkapkan secara verbal perasaan ansietas, takut, panik. Kecemasan dapat ditularkan dan klien psikosis sangat sensitif terhadap rangsangan eksterna
Kunjungan yang tenang membantu untuk memulihkan proses pikir klien yang dengan cepat mudah beralih
BHSP dapat mempermudah klien mempercayai perawat sehingga mampu mengungkapkan perasaannya
Penting untuk dikomunikasikan kepada klien bahwa perawat tidak menerima delusi sebagai realita.
Penting untuk dikomunikasikan kepada klien bahwa perawat tidak menerima delusi sebagai realita.
Membantah keyakinan klien tidak akan bermanfaat apa-apa, tidak dapat dikurangi dengan pendekatan ini dan mungkin akan menghalangi perkembangan hubungan saling percaya.
Jika klien dapat belajar untuk menghentikan ansietas yang meningkat, pikiran menarik diri dapat dicegah.
4. Harga diri rendah berhubungan dengan kerusakan perkembangan kognitif berpandangan negatif terhadap diri sendiri. TUPAN:
Klien mampu meningkatkan harga dirinya dan mempunyai sistem pendukung yang dapat membantu mengekspresikan perasaan dan pikirannya secara optimal
TUPEN:
Klien mampu mengungkapkan perasaannya dengan indikator/KH:
- Klien mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat.
- Klien mampu memper-tahankan kontak mata.
- Klien mampu mempertahankan postur tubuh yang tegak.
1. BHSP:
- Prinsip komunikasi terapeutik (pra interaksi-terminasi)
- Pertahankan sikap yang konsisten: menepati janji, sikap terbuka, kongruen, hindari sikap non verbal yang dapat menimbulkan kesan negatif.
2. Observasi perlaku klien
3. Monitor pernyataan-pernyataan klien tentang kritik diri
4. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya
5. Anjurkan klien mempertahankan kontak mata dan postur terbuka/tegak.
Hubungan therapeutik mendukung rasa percaya klien terhadap perawat sehingga program perawatan dapat berjalan dengan baik
Perilaku klien merupakan data sejauh mana klien mengalami ganguan harga diri rendah
Pelibatan klien dalam asuhan keperawatan dapat membantu perawat dalam menggali permasalahan yang ada pada diri klien
Untuk membantu meningkatkan harga diri
Klien mampu konsentrasi dengan pertanyaan perawat.
5. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk percaya, level panik dari ansietas, dan harga diri rendah. TUPAN :
Klien akan mengembangkan rasa percaya kepada perawat.
TUPEN :
Klien dapat mendemonstrasikan lebih banyak penggunaan ketrampilan koping adaptif yang dibuktikan oleh adanya kesesuaian antara interaksi dan keinginan untuk berpartisipasi dalam masyarakat.
KH :
- Klien dapat menilai situasi secara realistis
- Klien dapat mengakui dan mengklarifikasi kemungkinan salah interpretasi terhadap perilaku dan perkataan orang lain
- Klien makan dari piring RS dan minum obat tanpa memperlihatkan tak percaya
- Klien dapat berinteraksi secara kooperatif dengan perawat dan rekannya.
1. Dorong perawat yang sama untuk bekerja sama dengan klien sebanyak munkin
2. Hindari tertawa , berbisik-bisik atau berbicara pelan di dekat klien sehingga klien dapat melihat, namun tidak mendengar.
3. Beri kesempatan pilihan untuk pengambilan keputusan tindakan untuk klien.
4. Motivasi untuk mengatakan perasaan yang sebenarnya. Perawat harus menghindari sikap penolakan terhadap perasaan marah yang ditujukan klien langsung ke perawat
5. Memotivasi klien untuk memaafkan semua orang dan disekitarnya jika ada salah, hindarkan hanya diam saja.
6. Anjurkan untuk sering ngobrol dengan oang lain.
7. Anjukan minum obat rutin Memudahkan perkembangan hubungan saling percaya.
Klien bisa mengartikan sentuhan sebagai ancaman
Memberikan rasa percaya pada klien dan meningatkan percaya diri
Mengali masalah yang dialami klien, mengeksplor perasaan masa lampau yang tidak menyenangkan klien
Membuat klien menjadi lebih lega dan menguangi rasa bersalah, lebih terbuka terhadap sekitarnya
Meningkatkan rasa percaya diri
Membantu kesembuhan klien dalam pengobatan
6. Defisit perawatan diri: berpakaian/berhias berhubungan dengan kemunduran perkembangan, rasa tidak berharga dan kurangnya perhatian terhadap kebutuhan dirinya sendiri. TUPAN:
Klien mempertahankan penampi-lannya dan mampu memenuhi kebutuhan berpakaian dan berhias secara mandiri.
TUPEN:
Klien mampu berpakaian dan berhias dengan indikator/KH:
1. Klien mampu menggunakan pakaian-pakaian/berhias dengan tepat, misalnya mampu memasang kancing sendiri, menyisir rambut, dan sebagainya.
2. Klien mengungkapkan kepu-asaannya dalam berpakaian dan/berhias.
3. Berpenampilan rapi.
1. Kaji kemampuan klien dalam berpakaian dan berhias
2. Diskusikan dengan klien kemungkinan adanya hambatan dalam berpakaian dan berhias.
3. Monitor adanya kemunduran sensori, kognitif, dan psikomotor yang menyebabkan klien kesulitan dalam berpakaian dan berhias.
4. Gunakan komunikasi/instruksi yang mudah dimengerti klien untuk mengakomodasi keterba-tasan kognitif klien.
5. Sediakan baju bersih dan sisir, jika mungkin bedak, parfum dan sebagainya.
6. Dorong klien untuk mengenakan baju sendiri dan memasang kancing baju dengan benar.
7. Berikan bantuan kepada klien jika perlu.
8. Berikan reinforment atas keberhasilan klien berpakaian dan berhias.
9. Evaluasi perasaan klien setelah mampu berpakaian dan berhias.
Mengetahui kebiasaan klien tentang cara berpakaian dan berhias.
Membantu klien untuk memenuhi ADL jika klien mengalami ketidakmampuan.
Untuk melakukan intervensi lanjutan secara cepat dan tepat dalam mengatasi masalah klien.
Mempermudah kerjasama perawat dalam melakukan intervensi pada klien.
Memenuhi kebutuhan berhias klien dan sebagai upaya dalam peningkatan harga diri klien.
Untuk memandirikan klien dan mengetahui kemampuan yang positif dalam diri klien.
Membantu memenuhi kebutuhan atau mengatasi masalah klien.
Untuk meningkatkan harga diri klien.
Mengetahui respon klien dan menentukan intervensiberikutnya.
7. Risiko mencederai diri dan orang lain berhubungan dengan kurangnya rasa percaya pada orang lain, level panik dari ansietas TUPAN:
Klien tidak melakukan tindakan kekerasan, baik pada orang lain, diri sendiri, lingkungan, maupun kekerasan secara verbal
TUPEN:
Klien dapat menentukan cara adaptif menyalurkan energi marah dengan indikator/KH
a. Klien memilih cara adaptif menyalurkan energi marah (misal: olahraga, berdoa, dan sebagainya)
b. Klien mampu mendemons-trasikan cara marah adaptif yang dipilih.
c. Klien mampu mengungkap- kan perasaannya setelah mendemonstrasikan cara adaptif yang dipilih.
1. Jelaskan pada klien manfaat penyaluran energi marah.
2. Bantu klien memilih sendiri cara marah yang adaptif.
3. Bantu klien mengambil keputusan untuk atau perilaku kekerasan yang adaptif.
4. Beri kesempatan pada klien untuk mendiskusikan cara yang dipilihnya.
5. Anjurkan klien mempraktekkan cara yang dipilihnya.
6. Beri kesempatan pada klien untuk mendiskusikan cara yang telah dipraktekkannya.
7. Evaluasi perasaan klien tentang cara yang dipilih dan telah dipraktekannya.
8.
Agar klien lebih kooperatif saat dilakukan tindakan.
Melibatkan klien dalam mengambil keputusan.
Membantu klien dalam pemilihan mekanisme koping yang tepat.
Meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri klien.
Mengevaluasi klien dalam kemampuan mengontrol marah.
Meningkatkan harga diri klien karena merasa dilibatkan dalam proses interaksi.
Untuk mengetahui respon klien dan menentukan intervensi lebih lanjut.
XVI. IMPLEMENTASI
No dx. Hari/tgl/jam IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
INTERAKSI PERAWAT DAN KLIEN TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK RASIONAL EVALUASI
VERBAL NON VERBAL
1.
2.
2.
Sabtu, 10-10-09
08.00
Interaksi I P: ”Selamat pagi Mbak, perkenalkan saya perawat Vinami. Saya yang jaga di ruang Srikandi pagi ini Mbak, kalau saya boleh tahu, nama Mbak siapa? Dan suka dipanggil siapa Mbak?
K: ”Sri Handayani Mbak. Biasanya dipanggil Si Sri Mbak.”
P: ”Wah... namanya cantik sekali, cocok dengan orangnya. Mbak Sisri, saya boleh duduk di samping Mbak Sisri?”
K: ”Hmm... iya boleh Mbak.”
P: ”Mbak Si Sri mau gak saya temani duduk di sini sambil ngobrol?”
K: ”He... iya Mbak mau.”
P: ”Mbak Sisri mau ngobrolin apa dan brapa lama Mbak?”
K: ”Sembarang Mbak.”
P: ”Gimana kalai ngobrol tentang kenapa Mbak Sisri dibawa kemari?” Selama kira-kira 10 menit.
K: ”Iya Mbak...”
P: ”Mbak Sisri liat apa? Kan Mbak Sisri ngobrolnya sama saya, jadi Mbak Sisri liatin saya, ya?”
K: ”Iya Mbak”.
P: ”Jadi, kalau saya boleh tau kenapa Mbak Sisri dibawa ke RSJD Surakarta ini?
K: ”Nangis terus Mbak di kamar, gak mau makan, malas mandi, malas ngapa-ngapain, gak bisa tidur, trus suka denger suara-suara Mbak, trus gak mau minum obat Mbak.”
P: ”O... gitu ya Mbak. Mbak Sisri denger suara itu pagi/siang/sore/malam?
K: ”Malam Mbak mau tidur.”
P: ”Suara itu seperti apa Mbak? Laki-laki atau perempuan?”
K: ”Laki-laki Mbak”.
P: ”Suara itu ngomong apa Mbak? Kapan terakhir denger?”
K: ”Nyuruh saya tidur Mbak tadi malam.”
P: ”Hayo... Mbak Sisri lagi ngobrol sama siapa? Kok liatnya ke mana-mana?”
K: ”He... malu Mbak.”
P: ”Suara-suara itu ada orang gak Mbak?”
K: ”Gak ada Mbak”.
P: ”Mbak Sisri, Mbak tahu apa yang sedang Mbak alami?”
K: ”Halusinasi Mbak”.
P: ”Wah... Mbak Sisri pintar sekali. Mbak Sisri tahu darimana tentang halu-sinasi”.
K: ”Dari Mbak-mbaknya yang praktek yang pake jilbab ada pita orangenya Mbak”.
P: ”Betul ya Mbak itu namanya halusinasi, lalu apa yang Mbak Sisri lakukan jika terjadi halusinasi.”
K: ”Tutup telinga trus teriak pergi...pergi... kamu suara palsu.”
P: ”Mbak Sisri, saya punya cara lain untuk mengatasi halusinasi, Mbak Sisri mau saya ajarkan?”
K: ”Iya Mbak mau.”
P: ”Tapi waktunya sudah habis Mbak Sisri. Bagaimana kalau nanti kita ketemu lagi setelah saya mengantarkan klien-klien yang lain ke rehabilitasi. Mbak Sisri gak ke rehabkan hari ini?”
K: ”Gak Mbak, Iya nanti lagi.”
P: ”Kalau begitu nanti jam 10.00 WIB kita ketemu lagi di sini untuk belajar cara lain mengatasi halusinasi.”
K: ”Iya Mbak”.
P: ”Kalau begitu saya permisi dulu Mbak Sisri. Oya, saya senang lho ngobrol ma Mbak Sisri. Mbak Sisri seneng gak ngobrol sama saya?”
K: ”Seneng Mbak.”
P: ”Ya udah kalau gitu permisi Mbak Sisri. Selamat Pagi.”
K: ”Makasih ya Mbak.”
P: ”Iya sama-sama...” Berdiri di hadapan klien sambil mengulurkan tangan pada klien untuk berjabat tangan
Berjabat tangan dengan perawat
Menunjuk bangku di sebelah klien
Jari-jari tangan klien dililitkan pada pakaian, mata memandang sekitar.
Mempertahankan kontak mata
Mengangguk
Mempertahankan kontak mata
Melihat sekitar kemudian melihat perawat lagi
Menyentuh tangan klien
Memandang sekitar, jari-jari tangan dililitkan pada pakaian
Memegang paha klien
Mengangguk
Mempertahankan kontak mata
Menatap perawat, sesekali memandang sekitar, menggaruk kepala, sesekali menunduk
Menatap klien
Menatap perawat
Mempertahankan kontak mata
Menunduk, badan membungkuk
Menyentuh pundak klien
Melihat sekitar
Memegang pundak klien
Menatap perawat
Mempertahankan kontak mata
Menggeleng
Memegang bahu klien
Menatap perawat
Mengacungkan jempol
Menggaruk pipi
Mempertahankan kontak mata
Memperagakan tutup telinga
Memegang pundak klien
Mengangguk
Menyentuh paha klien, mempertahankan kontak mata
Mengangguk
Memegang bahu klien
Mengangguk
Memegang baku klien
Mengangguk, tersenyum
Mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan klien
Berjabat tangan dengan perawat
Tersenyum, menatap klien, kemudian mening-galkan klien. Broad opening
Reinforcement
Offering self
Offering general leads
Fokusing
Eksploring listening
Eksploring
Focusing
Giving recognation
Menawarkan informasi
Validasi
Membina hubungan saling percaya
Memberi pujian
Menawarkan diri tanpa respon bersyarat
Menawarkan topik pembicaraan
Memfokuskan klien tetap pada pembicaraan
Menggali masalah mendengarkan dengan baik
Mempelajari masalah lebih mendalam
Memfokuskan klien pada pembicaraan
Memberikan pengalaman pembicaraan
Menyediakan informasi untuk klien
Mengevaluasi perasaan klien
S: - Klien mengatakan mampu menggu-nakan cara mengatasi halusinasi dengan napas dalam dan istighfar.
- Klien menga-takan memilih mengendali-kan halusinasi dengan napas dalam dan istighfar.
O: - Klien mampu menggunakan cara napas dalam dan istighfar untuk mengusir halusinasi.
- Klieng mengikuti TAK untuk mengusi halusinasi.
A: Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Ajak klien berbincang-bincang jika klien tampak bicara sendiri
- Motivasi klien untuk mendekatkan diri pada Tuhan YME
4
1,2
10.00
Interaksi II P: ”Selamat siang Mbak... Sisri...”
K: ”Siang Mbak”.
P: ”Mbak Sisri masih ingat gak sama saya?”
K: ”He... inget Mbak, tapi lupa namanya.”
P: ”Vinami ...”
K: ”Iya... Mbak Vinami.”
P: ”Mbak Sisri masih ingat tidak kita punya janji mau ngobrol lagi?”
K: ”Masih Mbak, kita mau ngobrol di sini jam 10.00 tentang cara laing mengatasi halusinasi.”
P: ”Wah... ingatan Mbak Sisri bagus sekali.”
K: ”He...”
P: ”Cara lainnya itu adalah dengan ambil napas dalam sambil beristighfar. Maaf, agama Mbak Sisri Islam?”
K: ”Iya Mbak...”
P: ”Mbak Sisri, saya akan memberikan contoh kepada Mbak dan Mbak Sisri, ikutin ya...”
K: ”Iya Mbak...”
P: ”Kita mulai ya, 1...2...3... ambil napas dalam melalui hidung, tahan ...1 ...2....3.... embuskan lewat mulut.... sambil baca istighfar. Ulangi ya Mbak tarik nafas dalam melalui hidung, tahan 1...2....3... embuskan lewat mulut, Astaghfirullah ....”
K: ”Astaghfirullah hal azim...”
P: ”Bagaimana Mbak Sisri? Bisa?”
K: ”Iya Mbak ....”
P: ”Jadi, kalau halusinasi itu muncul lagi... tapi jangan sampai ya Mbak... He... Mbak Sisri akan melakukan apa?
K: ”Tarik napas dalam sambil istighfar Mbak.”
P: ”Pintar... Mbak Sisri, cara mengatasi halusinasinya enak yang mana antara tutup telinga dengan tarik napas dalam sambil istighfar?”
K: ”Enak tarik napas dalam sambil istighfar Mbak.”
P: ”Mbak Sisri, berhubung waktunya sudah habis, saya permisi dulu ya. Oya, bagaimana kalau besok saya temani Mbak Sisri ngobrol lagi?”
K: ”Iya Mbak mau...”
P: ”Mbak Sisri mau ngobrolin apa, jam berapa dan dimana Mbak?”
K: ”Terserah Mbak.”
P: ”Bagaimana kalau di sini lagi aja jam 08.00 tentang kenapa Mbak Sisri suka malu ma orang”
K: ”Iya Mbak, mau”
P: ”Kalau begitu permisi Mbak Sisri”.
K: ”Makasih ya Mbak.” Berdiri di samping klien sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan klien
Tersenyum, menatap perawat dan berjabat tangan dengan perawat
Duduk di sebelah klien
Menunduk
Garuk-garuk kepala
Mempertahankan kontak mata
Menatap perawat sekilas, menunduk
Mengacungkan kedua jempol tangan
Menunduk, tersipu
Mempertahankan kontak mata
Mengangguk
Mempertahankan kotnak mata
Mengikuti perawata
Memegang pundak klien
Mengangguk
Mempertahankan kontak mata, tertawa
Menatap klien
Mengacungkan jempol, mempertahankan kontak mata
Tersenyum
Menatap klien
Mengangguk
Mempertahankan kontak mata
Menunduk
Memegang pundak klien
Validasi
Restarting
Giving recognation
Encourage description of perception
Encourage comparison
Offering self
Broad opening
Offering general leads
Mengevaluasi
Mengulang kembali
Memberikan pengakuan penghargaan
Meminta klien mengungkapkan apa yang diterima
Menanyakan perbandingan
Menawarkan diri untuk menemani klien
Mendorong klien menyeleksi topik pembicaraan
Menawarkan topik pembicaraan
4.
6.
Senin, 12-10-09
08.00 P: ”Assalaamu’alaikum. Pagi Mbak Sisri... wah tampak cerita sekali pagi ini...?
K: ”Pagi Mbak He....”
P: ”Tapi kok Mbak Sisri gak pake bedak & lipstik, jadi keliatan kurang seger Mbak Sisri. Coba Mbak Sisri liat temen-temannya yang lain tu pada seger dan cantik-cantik kan pake bedak dan lipstik.”
K: ”He.. gak pa-pa Mbak”.
P: ”Bagaimana kalau sekarang Mbak Sisri pake bedak dan lipstik dulu biar cantik dan keliatan seger. Mari saya bantu. Bagaimana Mbak?
K: ”Iya Mbak ...”
P: ”Mbak Sisri pasti tambah cantik deh kalau pakai bedak dan lipstik. Saya juga pakai lho Mbak.”
K: ”He...”
P: ”Wah Mbak Sisri cantik sekali setelah pakai bedak dan lipstik. Mbak Sisri bagaimana Mbak Sisri makin cantik kan?”
K: ”He... malu Mbak.”
P: ”Jangan dihapus Mbak Sisri”.
K: ”Malu Mbak”
P: ”Mbak Sisri, kita kan sekarang mau ngobrolin tentang harga diri menurut Mbak Sisri harga diri yang baik itu harga diri rendah, tinggi atau sangat tinggi?
K: ”Yang tinggi Mbak”.
P: ”Gini Mbak Sisri tadi kan suka ngomong malu, kalau berbicara dengan orang lain suka menunduk, gak mau dandan karena malu. Kalau seperti itu berarti Mbak Sisri punya harga diri yang bagaimana?
K: ”Rendah Mbak”.
P: ”Mbak Sisri mau harga diri Mbak Sisri lebih baik?”
K: ”Mau Mbak...”
P: ”Nah, ini salah satunya Mbak Sisri dengan berhias, lalu gak boleh malu-malu untuk melakukan hal-hal baik, badannya tegap jangan bungkuk, kalau ngobrol sama orang lain tatap matanya dan kurangi gerakan-gerakan tidak penting seperti melilitkan jari pada pakaian seperti yang sering Mbak Sisri lakukan. Begitu Mbak Sisri salah satu caranya.”
K: ”Iya Mbak.”
P: ”Nah, bagaimana perasaannya setelah dandan Mbak?”
K: ”Merasa lebih segar Mbak. He...”
P: ”Eh, Mbak Sisri gak terasa sudah waktunya ke rehab ni. Hari ini Mbak Sisri mulai ikut ke rehab kan?”
K: ”Iya Mbak.”
P: ”Kalau begitu saya permisi dulu mau nyiapin buku rehab dulu ya Mbak. Permisi Mbak Sisri”.
K: ”Iya... Makasih ya Mbak.” Mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan klien
Berjabat tangan dengan perawat
Menunjuk pada teman-teman klien
Menggeleng
Memegang pundak klien
Berjalan menuju cermin
Mendampingi klien berjalan menuju cermin
Memakai bedak dan lipstik
Tangan klien hendak menghapus lipstik
Memegang tangan klien
Menatap cermin
Memegang bahu klien, menatap kelien melalui cermin
Menatap cermin
Memegang kedua bahu kelin, menatap klien dari cermin
Mempertahankan kontak mata melalui cermin
Mengangguk
Mempertahankan kontak mata melalui cermin
Mengangguk
Tersenyum, mempertahankan kontak mata
Tertawa
Melihat jam tangan
Melihat jam dinding
Menatap klien, mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan klien
Berjabat tangan dengan perawat Reinforcement
Offering self
Reinforcement
Encorage comparison
Presenting reality
Validasi
Memberikan pujian
Menawarkan diri untuk membantu klien
Memberikan pujian
Menanyakan perbandingan kepada klien agar klien dapat menilai sendiri
Menyediakan informasi untuk menghadirkan realitas
Mengevaluasi perasaan klien
Diagnosas 2:
S: - Klien mengatakan dapat percaya kepada perawat
- Klien mengatakan masih malu jika pulang nanti
O: - Klien belum mampu mempertahankan kontak mata
- Klien belum mampu memper-tahankan postur tubuh yang tegak
A: - Masalah teratasi sebagian
P: - Lanjutkan Intervensi
- Observari perilaku klien
- Monitor pernyata-an-pernyataan klien tentang kritik diri
- Dorong klien mengungkapkan perasaannya
- Dorong klien mempertahankan kotak mata dan postur terbuka/ tegak
Diagnosa 4:
S: Klien mengatakan merasa lebih segar jika menggunakan bedak dan lipstik
O: - Klien tampak mampu berhias
- Klien tampak rapi dan segar
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan Intervensi
- Sediakan sisir, bedak, lipstik
- Beri pujian
6.
3.
5,7
Selasa, 13-10-09
08.15 P: ”Assalamu’alaikum... Pagi Mbak Sisri.”
K: ”Eh, Mbak Vinami, Pagi Mbak.”
P: ”Wah Mbak Sisri cantik sekali pagi ini pakai bedak dan lipstik.”
K: ”He... makasih Mbak.”
P: ”Nah, kalau seperti ini kan kelihatan seger dan cerah. Berarti setiap hari Mbak Sisri harus dandan ya? Biar cepat pulang.”
K: ”Iya Mbak.”
P: ”Nah, skearang Mbak Sisri mau tidak ngobrol-ngobrol sama saya?”
K: ”Ngobrolin apa Mbak?”
P: ”Mbak Sisri maunya ngobrolin apa?”
K: ” Sembarang Mbak-e”
P: ”Gimana kalau 7 menit saja? Di sini? Mau Mbak Sisri?”
K: ”Iya Mbak...”
P: ”Mbak Sisri mau ngobrolnya beralam lama dan dimana?
K: ”Terserah Mbak...?
P: ”Gimana kalau 7 menit saja? Di sini? Mau Mbak Sisri?”
K: ”Mau Mbak.”
P: ”Jadi, kalau saya boleh tahu kenapa Mbak Sisri gak mau minum obat?”
K: ”Dosis obatnya kan tinggi Mbak, jadi saya gak mau.”
P: ”Keluarga ngingetin Mbak Sisri buat minum obat gak?”
K: ”Ya ngingetin Mbak, tapi dosis obatnya kan tinggi sekali, jadi saya gak mau minum. Tapi selama di sini obatnya saya minum terus Mbak.”
P: ”Mbak Sisri, selama Mbak Sisri minum obat itu pernah keracunan gak?”
K: ”Nggak mbak.”
P: ”Nah, kalau dosis, obatnya itu tinggi berarti Mbak Sisri keracunan kan? Tapi nyatanya nggak keracunan kan?”
K: ”He... Iya Mbak.”
P: ”Mak Sisri, obat yang diberikan untuk Mbak Sisri itu dosisnya sudah sesuai dengan keadaan Mbak Sisri, kan sebelum dikasih obat Mbak Sisri diperiksa dulu kan?”
K: ”Iya Mbak”.
P: ”Kalau begitu mulai sekarang Mbak Sisri janji ke diri Mbak Sisri sendiri bahwa Mbak Sisri mau minum obat terus dan kontrol teratur. Mbak Sisri mau sembuh kan?”
K: ”Iya Mbak. Saya janji, Mbak, makasih ya Mbak, atas nasihatnya.”
P: ”Iya Mbak Sisri sama-sama. Saya Cuma ngasih semangat ke Mbak Sisri, dan selanjutnya itu semua ada di tangan Mbak Sisri.”
K: ”Iya Mbak.”
P: ”Wah... Mbak Sisri, gak terasa udah 7 menit kita ngobrol-ngobrol. Saya seneng banget ngobrol sama Mbak Sisri. Mbak Sisri seneng gak?”
K: ”He... Iya Mbak. Makasih ya Mbak.”
P: ”Iya sama-sama. Besok mau ngobrol lagi gak sama saya?”
K: ”Mau Mbak.”
P: ”Ngobrolin tentang apa Mbak Sisri? Jam berapa dan dimana?”
K: ”Terserah Mbak-e aja.”
P: ”Gimana kalau kita ngobrol tentang kenapa Mbak Sisri suka ngamuk-ngamuk waktu di rumah? Jam 8 besok, disini?”
K: ”Iya Mbak.”
P: ”Baiklah Mbak Sisri saya permisi dulu ya. Kalau ada apa-apa ngomong saja ke saya. Oke Mbak Sisri?”
K: ”Oke Mbak.”
P: ”Permisi Mbak Sisri.”
K: ”Iya Mbak.” Berdiri di sebelah klien, mengulurkan tangan untuk berjabat tangan
Berjabat tangan dengan perawat
Duduk di sebelah klien, mempertahankan kontak mata
Menatap perawat
Mengacungkan jempol
Mengangguk, tersenyum
Mempertahankan kontak mata
Menatap perawat
Menyentuh tangan klien
Tersenyum
Mempertahankan kontak mata
Menganggauk
Mempertahankan kontak mata
Menatap perawat
Menyentuh tangan klien
Mengangguk
Mempertahankan kontak mata
Menatap perawat, menggaruk kepala
Mempertahankan kontak mata
Menatap perawat
Menyentuh tangan klien
Menggeleng
Memegang pundak klien
Tertawa
Mempertahankan kontak mata
Mengangguk
Mempertahankan kontak mata, memegang bahu klien
Mengangguk
Memegang baku klien
Mengangguk
Melihat jam tangan
Memegang tangan perawat
Memegang tangan klien
Mengangguk
Mempertahankan kontak mata
Menatap perawat
Mempertahankan kontak mata
Menganggauk
Mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan klien
Berjabat tangan dengan perawat
Berdiri
Menatap perawat
Reinforcement
Reinforcement
Broad opening
Offering general leads
Eksploring
Eksploring
Voucing doubt
Voucing doubt
Presenting reality
Encouraging evaluation
Encouraging evaluation
Validasi
Broad opening
Offering general leads
Memberikan pujian sehingga klien merasa lebih berharga
Memberikan pujian sehingga klien merasa lebih berharga
Memberikan pertanyaan terbuka, memberikan kesempatan klien memilih topik
Menawarkan topik, memberikan petunuuk
Menggali masalah
Mempelajari suatu topik lebih mendalam
Menunjukkan keraguan
Menyelipkan persepsi perawat mengenai realitas
Menghadirkan realitas dengan perilaku tidak menilai
Membantu klien mempertimbangkan kejadian dalam dirinya
Membantu klien mempertimbangkan kejadian ke dalam nilai dirinya
Mengevaluasi perasaan klien setelah dilakukan percakapan
Memberi kesempatan klien untuk memilih topik
Menawarkan topik
Diagnosa 3:
S: Klien mengatakan akan selalu minum obat mulai saat ini
O: Klien mengungkapkan mampu menahan diri berespon terhadap pikiran-pikiran delusi, bila pikiran tersebut muncul.
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi
- Jangan mendebat klien jika waham muncul
- Gunakan teknik komunikasi keraguan beralasan sehingga teknik komunikasi terapeutik untuk membantu klien secara perlahan kembali ke realita jika waham muncul.
4,6
5,7
Rabu, 14-10-09
08.00 P: ”Pagi Mbak Sisri. Gimana kabarnya pagi ini? Tambah cantik aja Mbak Sisri”.
K: ”Pagi Mbak. He.. Alhamdulillah baik Mbak.”
P: ”Gimana Mbak Sisri masih ingat hari ini ada janji apa?”
K: ”Ngobrol Mbak, tentang kenapa saya suka ngamuk-ngamuk, jam 8 pagi di sini”.
P: ”Wah... ingatan Mbak Sisri bagus sekali.”
K: ”Makasih Mbak”.
P: ”Jadi, sekarang ceritakan pada saya kenapa Mbak Sisri suka ngamuk-ngamuk di rumah?”
K: ”Gak tau Mbak. Pokoknya kalo’ emosi pengennya marah-marah ngamuk-ngamuk, pengen nendang-nendang.”
P: ”Yang bikin mbak Sisri emosi apa?”
K: ”Ya kalao mikir yang sedih-sedih gitu cepet emosi Mbak.”
P: ”Lalu, yang bikin Mbak Sisri sedih apa?”
K: ”He... malu Mbak, mikirin cowok.”
P: ”O, jadi itu selama ini yang mengganggu pikiran mbak Sisri? Betul Mbak Sisri?”
K: ”He... Iya Mbak.”
P: ”Mbak Sisri mau cerita tentang cowok itu?”
K: ”He... nggak Mbak.”
P: ”Ya sudah kalau gak mau. Mungkin lain kali Mbak Sisri mau cerita sama saya.”
K: ”Iya Mbak.”
P: ”Mbak Sisri, mau saya ajarkan bagaimana cara menahan/melupakan emosi yang benar?”
K: ”Mau Mbak.”
P: ”Tapi, besok ya karena sekarang gak cukup waktunya. Mbak Sisri kan mau ke rehab dan saya ada keperluan. Bagaimana kalau besok jam 10.00 setelah Mbak Sisri pulang dari rehab?”
K: ”Iya Mbak gak pa-pa.”
P: ”Besok kita ketemu jam 10 setelah Mbak Sisri rehab di tempat tidur Mbak Sisri ya?”
K: ”Iya Mbak.”
P: ”Baiklah, saya permisi dulu ya Mbak Sisri.”
K: ”Iya Mbak, makasih ya Mbak.”
P: ”Iya sama-sama Mbak Sisri.” Duduk di sebelah klien berjabat tangan dengan klien
Tersenyum, berjabat tangan dengan perawat
Mempertahankan kontak mata
Menatap perawat
Mengacungkan jempol
Tersenyum
Menyentuh tangan klien
Menatap perawat, tangan mengusap bibir
Mempertahankan kontak mata
Menatap perawat
Memegang bahu klien
Menunduk
Mempertahankan kontak mata, memegang bahu klien
Menunjuk, tersenyum
Mempertahankan kontak mata
Menggeleng
Memegang tangan klien
Mengangguk
Menyentuh tangan klien
Mengangguk
Mempertahankan kontak mata, memegang bahu klien
Mengangguk
Melihat jam dinding
Melihat jam dinding
Berjabat tangan dengan klien
Berjabat tangan dengan perawat
Tersenyum.
Validasi
Reinforcement
Restarting
Giving recornition
Eksploring
Eksploring
Attempting to translate into feeling
Assertive
Menawarkan informasi
Mengevaluasi perasaan, memberikan pujian
Mengingatkan kembali
Memberikan pengakuan penghargaan
Menggali masalah
Mempelajari topik lebih mendalam
Membantu klien mengidentifikasi perasaan
Meyakinkan klien untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan tetap menghargai hak privasi klien
Menyediakan tambahan informasi
Diagnosa 5:
S: Klien mengatakan mampu menggunakan teknik relaksasi progresif.
O: - Klien mampu mendemonstrasi-kan teknik relaksasi progresif
- Klien mampu mengungkapkan perasaannya setelah mendemonstrasikan teknik relaksasi progresif
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
5,7
Kamis, 15-10-09
10.05 P: ”Pagi Mbak Sisri. Gimana kabarnya hari ini?”
K: ”Pagi Mbak, kabar saya baik.”
P: ”Mbak Sisri masih ingat kita punya janji apa hari ini. Sekarang jam 10.05 dan Mbak Sisri sudah pulang dari rehab.”
K: ”Belajar cara melupakan emosi yang baik Mbak.”
P: ”Bagus... ingatan Mbak Sisri memang bagus. Kalau begitu mari kita ke tempat tidur Mbak Sisri.”
K: ”Iya Mbak.”
P: ”Mbak Sisri, yang mau saya ajarkan ini namanya teknik relaksasi progresif. Tujuannya untuk menahan atau melupakan emosi secara baik, kan Mbak Sisri suka emosi ya? Nah, biar gak ngamuk-ngamuk emosinya ditahan pakai cara ini. Apa tadi namanya Mbak?”
K: ”Teknik relaksasi progresif.”
P: ”Iya... pinter. Nah Mbak Sisri, Teknik relaksasi progresif ini, carannya nanti Mbak Sisri tiduran/ berbaring yang nyaman, trus jidat, bahu, lengan, tangan, paha, kaki, semua ditegangkan. Dahi/jidatnya dikerutkan, tangannya menggenggam. Sampai sini jelas Mbak Sisri?”
K: ”Jelas Mbak.”
P: ”Setelah saya beri aba-aba nanti Mbak Sisri tegangkan, sayah itung 1-7 kemudian longgarkan, seperti itu sampai diulang 3x. Bagaimana Mbak Sisri ada yang ditanyakan?”
K: ”Nggak Mbak.”
P: ”Bisa kita mulai sekarang?”
K: ”Bisa Mbak.”
P: ”Sekarang Mbak Sisri berbaring, tidurnya posisinya yang nyaman.”
K: ”Sudah nyaman Mbak.”
P: ”Kita mulai ya. Saya beri aba-apa kencangkan jidat, bahu, tangan, paha, kaki... 1...2..3..4..5..6.7.. longgarkan ... Bagaimana Mbak Sisri?.
K: ”He... enak Mbak
P: ”Bisa kita ulang sekali lagi ya.?”
K: ”Iya Mbak.”
P: ”Kencangkan jidat, bahu, lengan, tangan, menggenggam, paha, kaki ... 1...2...3...4...5...6...7 Longgarkan... bagaimana Mbak Sisri?”
K: ”Enak Mbak.”
P: ”Baik, kalau begitu sudah cukup latihannya. Silakan Mbak Sisri bangun.”
K: ”He...”
P: ”Bagaimana Mbak Sisri waktu tadi melakukan teknik relaksasi progresif apa yang dirasakan?”
K: ”Enak Mbak, kayak lebih lega.”
P: ”Alhamdulillah. Sekarang coba Mbak Sisri ulang tujuan dan cara melakukan relaksasi progresif.”
K: ”Untuk menahan emosi biar gak ngamuk Mbak. Caranya jidat, bahu, lengan, tangan, paha, kaki, semua ditegangkan, dihitung 1-7.”
P: ”Wah... Mbak Sisri pinter.... Nah sekarang berarti Mbak Sisri bisa ya nahan emosi biar gak ngamuk-ngamuk?”
K: ”Bisa Mbak...”
P: ”Mbak Sisri berhubung sudah hampir waktunya makan siang, sampai sini dulu ya ngobrolnya. Besok disambung lagi. Bagaimana?”
K: ”Iya Mbak.”
P: ”Besuk mau ngobrolin apa Mbak Sisri, jam berapa, dan dimana?”
K: ”Terserah Mbak-e”.
P: ”Gimana kalau ngobrol tentang apa-apa aja yang sudah saya ajarkan untuk Mbak Sisri selama ini? Jam 10.30 setelah Mbak Sisri pulang dari rehab? Eh, besok Jumat ya, Mbak berarti gak ada rehab. Jadi bagaimana kalo jam 8 pagi di tempat tidur Mbak Sisri?”
K: ”Iya Mbak.”
P: ”Baiklah, saya permisi dulu ya Mbak Sisri...”
K: ”Makasih ya Mbak.”
P: ”Iya sama-sama Mbak Sisri.” Menatap klien, duduk di sebelah klien
Menatap perawat
Menyentuh tangan klien
Menggaruk kepala
Mengacungkan jempol
Memandu klien ke tempat tidur
Berjalan menuju tempat tidur
Berdiri di hadapan klien diantara tempat tidur klien
Menatap perawat, duduk di tempat tidur
Mengacungkan jempol
Memegang paha klien
Mengangguk
Mempertahankan kontak mata
Menggeleng
Memegang bahu klien
Mengangguk
Membantu klien berbaring
Berbaring, menatap plafon
Memegang bahu klien, melihat klien dari kepala hingga kaki (kesiapan klien)
Tersenyum, menatap perawat
Mempertahankan kontak mata
Bersiap mengerutkan dahi
Melihat klien dari kepala hingga kaki
Tersenyum
Membantu kelien duduk
Bangun dari tidur, duduk
Mempertahankan kontak mata
Menatap perawat
Tersenyum, menghela napas panjang
Menatap perawat, menggoyangkan kaki
Mengacungkan jempot
Memegang bahu klien
Mengangguk
Melihat jam
Mengangguk
Mempertahankan kontak mata
Menatap perawat
Menyentuh tangan klien
Mengangguk
Berjabat tangan dengan klien
Berjabat tangan dengan perawat
Tersenyum
Validasi
Restarting
Giving recognation
Menawarkan informasi
Giving recognation
Menawarkan informasi klarifikasi
Klarifikasi
Observasi
Observasi
Validasi
Giving recognition
Encouraging formulation of plan of action
Broad opening
Offering general leads Mengevaluasi perasaan
Mengingatkan kembali
Memberikan pengakuan penghargaan
Menyediakan informasi untuk klien
Memberikan pengakuan penghargaan
Menyediakan informasi yang dibutuhkan klien
Menanyakan kepada klien apa yang tidak dimengerti perawat terhadap situasi yang ada
Menanyakan kepada klien apa yang tidak dimengerti perawat terhadap situasi yang ada
Mengamati keadaan klien
Mengamati keadaan klien
Mengevaluasi perasaan klien
Memberikan pengakuan penghargaan.
Mendukung terbentuknya rencana tindakan
Mendorong klien menyelesaikan topik yang akan dibicarakan
Menawarkan topik pembicaraan berikutnya
5.
Jumat, 16-10-09
08.00 P: ”Met pagi Mbak Sisri. Gimana kabarnya hari ini?”
K: ”Sedih Mbak. Kangen sama ibuku, mbahku.”
P: ”Jadi, Mbak Sisri mau ngbrol apa ni sekarang? Sesuai sama janji kita kemarin atau ganti?”
K: ”Aku kangen sama Bu’ku Mbak, kok aku gak dijenguk ya Mbak?”
P: ”Mbak Sisri, Ibu, Mbah dan keluarga Mbak Sisri yang lain juga kangen sama Mbak Sisri. Sekarang ibu Mbak Sisri masih ngumpulin uang buat Mbak Sisri, buat jemput Mbak sisri. Ya?”
K: ”He’eh Mbak.”
P: ”Di sini kan Mbak Sisri berobat biar sembuh, jadi harus sabar ya, temen-temen Mbak Sisri yang lain juga banyak yang belum dijenguk sama kelaurganya. Mbak Sisri harus sabar ya?”
K: ”Iya Mbak.”
P: ”Mbak Sisri jangan sedih, harus ceria, tunjukin bahwa Mbak Sisri itu sudah lebih baik, ya?”
K: ”Iya Mbak, Makasih ya Mbak sudah ngasih semangat aku. Sekarang saya sudah bisa menerimaMbak.”
P: ”Bagus... Mbak Sisri pasti bisa, ya?”
K: ”Iya Mbak.”
P: ”Nah sekarang sudah dulu ngobrolnya berdua. Gimana kalo kita ngumpul sama temen-teman yang lain? Kit cerita-cerita biar Mbak Sisri gak sedih lagi.”
K: ”Iya Mbak. He... Makasih ya Mbak.”
P: ”Iya sama-sama, yuk ke sana Mbak Sisri.”
K: ”Ayo Mbak.”
Duduk berdekatan dengan klien
Ekspresi sedih
Memegang tangan klien
Menatap perawat, tatapan sayu
Memegang bahu klien
Mengangguk
Mempertahankan kontak mata, memegang bahu klien
Mengangguk
Mempertahankan kontak mata
Mengangguk, memegang bahu perawat
Mengacungkan jempot
Mengangguk
Memegang tangan klien
Mengangguk dengan tetap menatap perawat
Tersenyum, membimbing klien menuju teman-temannya
Berjalan menuju sekelompok teman-teman yang tengah berbincang-bincang. Reducing distant
Broad opening
Reinforcement
Menurunkan jarak fisik
Mendorong klien menyeleksi topik pembicaraan
Memberikan pujian