Kamis, 19 November 2009

Rabu, 11 November 2009

Pict S1&ners file SURAKARTA









NERS PICT


MEMMORY METAL_58 SOLO DUPLICATED OF METALLICA (2004)










METAL_58 SOLO DUPLICATED OF METALLICA

PROPOSAL&LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH


PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH
PADA KELUARGA KLIEN Ny. S DI KARANGANYAR


Tugas Individu Stase Keperawatan Kesehatan Jiwa



Oleh:
RIZAL EL FATA
J 230 00 0136




PROGRAM PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2009

RENCANA KUNJUNGAN RUMAH
A. Identitas Klien
Nama Klien : Ny. S
Hari, tanggal : Senin , 26 Oktober 2009
Waktu : 15.00-15.50
Alamat : Josroyo Indah III no.13 Jaten-Karanganyar
Diagnosa Medis : Skizofrenia Paranoid

B. Latar Belakang
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang terkonstribusi pada fungsi yang terintergrasi baik individu, keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. Perawat psikiatri memberikan asuhan sepanjang rentang asuhan. Perawatan ini termasuk intervensi yang berhubungan dengan pencegahan primer, sekunder dan tersier. Intervensi keperawatan yang spesifik dalam pencegahan primer termasuk penyuluhan kesehatan, pengubahan lingkungan dan dukungan sistem sosial. Memperkuat dukungan sosial adalah cara untuk menahan atau menghancurkan pengaruh dari peristiwa yang potensial menimbulkan keadaan stress.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengimplementasikan intervensi lanjutan kepada keluarga klien dalam melibatkan peran serta keluarga dalam proses penyembuhan klien.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk menvalidasi data – data klien / informasi tentang klien
b) Melakukan intervensi yaitu penyuluhan kesehatan kepada keluarga klien.
c) Menjelaskan cara komunikasi terapeutik dengan klien gangguan jiwa.
d) Memotivasi peran serta keluarga dalam proses penyembuhan klien.


D. Data Fokus
Menurut klien, klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu yaitu tahun 2002 klien pernah mondok di RSJD Surakarta. Setelah keluar dari rumah sakit klien sembuh dan dapat beradaptasi di masyarakat tanpa gejala-gejala gangguan jiwa. Keluarga klien mengatakan klien tidak pernah melakukan atau mengalami maupun menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga atau tindakan kriminal. Anggota keluarga klien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa. Menurut suami pertama kali klien mengalami gangguan jiwa pada tahun 2002 karena permasalahan batas tanah dengan tetangga, lalu mulai dari saat itu klien sering mengomel-ngomel dan marah-marah sendiri. Mulai dari situlah klen mengalami gangguan jiwa yaitu sering mengamuk, marah-marah, dan membanting barang-barang serta membiarkan kompor menyala terus.

E. Rencana Intervensi Keperawatan
1. Rencanakan interaksi perawat dengan keluarga klien
2. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga klien
3. Kaji pengetahuan keluarga tentang perawatan klien
4. Motivasi keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan klien
5. Beri reinforcement pada keluarga

F. Rencana Interaksi
N
o Rencana Interaksi Dilakukan Hasil/Modifikasi
Y T
1 Tahap Pre Interaksi
 Eksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri perawat.
 Mengumpulkan data klien
 Membuat rencana interaksi, waktu : 30 menit
Tempat : rumah keluarga klien
Topik :
 Membina hubungan saling percaya
 Klarifikasi masalah klien
 Mengkaji pengetahuan keluarga tentang perawatan klien
 Memberi penyuluhan kesehatan jiwa tentang perawatan dan pencegahan kekambuhan

2 Tahap Orientasi
“Selamat sore pak/bu….. maaf mengganggu waktu istirahat bp/ Ibu, apa benar ini rumahnya keluarga Ny.S?”
Iya benar..
“Perkenalkan kami Mahasiswa keperawatan UMS, nama saya Rizal. Saya adalah perawat yang saat ini sedang dinas di RSJD Surakarta, di ruangan dimana Ny.S di rawat.
“Sore ini kami ingin berdiskusi mengenai perawatan yang sebaiknya dilakukan oleh keluarga setelah Ny.S selama di rumah. Demikian maksud kedatangan kami, jadi apakah bapak/ibu bersedia berbincang-bincang dengan kami? Apabila nanti ada yang bersifat rahasia kami akan menjamin kerahasiaannya kecuali demi kepentingan perawatan dan pengobatan”
Oh..iya, kita sepakati waktu pembicaraan kita berapa menit bp/ibu? Bagaimana kalau sekitar 45 menit?... kita bicaranya disini saja di rumah bp/ibu.
3. Tahap Kerja
“Sebelum kita mulai pembicaraan, mungkin ada yang bp/ibu tanyakan atau sampaikan ?”
“Baiklah bisa kita mulai saja ya ?”
“Siapakah anggota keluarga yang paling dipercaya Ny. S jika punya masalah?”
“Bagaimana perawatan keluarga terhadap Ny. S selama ini? Apakah dia masih dilibatkan membuat keputusan dalam keluarga?”
“Apa harapan bapak/ibu… apabila sudah pulang ke rumah?”
“Baiklah, saya akan sedikit menjelaskan kondisi yang Ny.S alami dan hal-hal yang bisa keluarga lakukan untuk membantu mempercepat pemulihan dan mencegah kekambuhan Ny.S!”
Mulai Penyuluhan sesuai SAP
4. Tahap Terminasi
“Terima kasih bapak/ibu atas bincang-bincangnya semoga pertemuan kita ini membawa manfaat untuk kita bersama.”
“Dari pembicaraan tadi bisa saya simpulkan bahwa ……
“Baik, karena sudah sore kami mau pamitan dulu, terima kasih atas waktunya …. Permisi. Assalamu’alaikum.
















SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Pokok bahasan : Peran keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan gangguan jiwa.

A. Tujuan
1. TIU:
Setelah proses pembelajaran, keluarga mampu memahami dan berperan serta dalam merawat klien dengan gangguan jiwa.
2. TIK:
Setelah proses pembelajaran keluarga mampu:
a. Menyebutkan pengertian perilaku kekerasan.
b. Menyebutkan hal-hal yang melatarbelakangi perilaku kekerasan.
c. Menyebutkan faktor presipitasi perilaku kekerasan.
d. Menyebutkan tanda dan gejala marah.
e. Menyebutkan hal-hal yang dilakukan keluarga ketika klien di rumah, marah.
f. Menyebutkan Fungsi keluarga

B. Materi (Terlampir)
a. Menyebutkan pengertian perilaku kekerasan.
b. Menyebutkan hal-hal yang melatarbelakangi perilaku kekerasan.
c. Menyebutkan factor presipitasi perilaku kekerasan.
d. Menyebutkan tanda dan gejala marah.
e. Menyebutkan hal-hal yang dilakukan keluarga ketika klien di rumah, marah.
f. Menyebutkan Fungsi keluarga



C. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab

D. Media
1. Leaflet
2. Tanya jawab


E. Rencana kegiatan
Tahap Kegiatan Perawat Kegiatan keluarga Waktu
Pembukaan • Memberi salam
• Memperkenalkan diri
• Menjelaskan tujuan
• Memberi kesempat-an untuk bertanya • Menjawab salam
• Mendengar

• Bertanya 5 menit
Inti • Menyebutkan pengertian perilaku kekerasan.
• Menyebutkan hal-hal yang melatarbelakangi perilaku kekerasan.
• Menyebutkan factor presipitasi perilaku kekerasan.
• Menyebutkan tanda dan gejala marah.
• Menyebutkan hal-hal yang dilakukan keluarga ketika klien di rumah, marah.
• Fungsi keluarga 30 menit
Penutup • Evaluasi secara lisan
• Memberi pujian
• Menyimpulkan
• Memberi salam penutup 5 menit


F. RENCANA EVALUASI
Evaluasi penyuluhan akan dilakukan dengan memberikan 5 pertanyaan tentang materi yang telah disampaikan ke keluarga.

G. PENILAIAN KEBERHASILAN
Dikatakan berhasil apabila keluarga mampu menjawab 5 pertanyaan :
• 100% mampu menjelaskan peran penting keluarga dalam perawatan pasien dan fungsi keluarga.
• 100% keluarga mampu menjelaskan tentang perilaku keerasan.
• 100% keluarga mampu menjelaskan tentang tanda dan gejala marah.
• 100% keluarga mampu menyebutkan hal-hal yang melatarbelakangi perilakukekerasan.
• 100% keluarga mampu menyebutkan hal-hal yang dapat dilakukan keluarga ketika klien marah dirumah.



Soal-soal pertanyaan esai :
1. Sebutkan alasan keluarga berperan penting dalam perawatan, fungsi keluarga?
2. Sebutkan pengertian perilaku kekerasan?
3. Sebutkan tanda dan gejala marah?
4. Sebutkan hal-hal yang melatarbelakangi perilaku kekerasan?
5. Sebutkan hal-hal yang dilakukan keluarga ketika klien di rumah, ketika klien marah.















MATERI HALUSINASI
A. PENGERTIAN
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada obyek atau rangsangan yang nyata. Misalnya klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara
B. PROSES TERJADINYA HALUSINASI
Halusinasi berkembang melalui empat fase yaitu :
1. Fase Pertama
Klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, kesepian yang meuncak dan tidak dapat diselesaikan. Klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara.
2. Fase Kedua
Kecemasan meningkat, melamun dan berfikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu, dan ia tetap dapat mengontrolnya.
3. Fase Ketiga
Bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.
4. Fase Keempat.
Halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain dilingkungan.
C. FAKTOR PRESIPITASI
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain.
Interaksi sosial yang provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.
D. TANDA-TANDA HALUSINASI:
1. Menarik diri, tersenyum sendiri, duduk terpaku, bicara sendiri, memandang satu arah, menyerang, tiba-tiba marah, gelisah.
2. Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat. Sering pula klien memaksakan kehendak, merampas makanan, memukul bila tidak senang. Wawancara diarahkan pada penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah yang dirasakan oleh seseorang.
E. JENIS HALUSINASI
1. Halusinasi dengar.
Mendengar suara membicarakan, mengejek, mentertawakan, mengancam tetapi tidak ada sumber disekitar.
2. Halusinasi lihat.
Melihat pemandangan, orang, binatang atau sesuatu yang tidak ada tetapiu klien yakin ada.
3. Halusinasi penciuman.
Mengatakan mencium bau bunga, kemenyan dan lain-lain yang tidak dirasakan oleh orang lain dan tidak ada sumber.
4. Halusinasi Kecap.
Merasa mengecap sesuatu rasa dimulut, tetapi tidak ada.
5. Halusinasi Raba.
Merasa ada binatang merayap pada kulit tetapi tidak ada
F. PERAN SERTA KELUARGA DALAM MERAWAT HALUSINASI:
1. Bantu Mengenal Halusinasi.
a. Bina saling percaya.
b. Diskusikan kapan muncul situasi yang menyebabkan (jika sendiri), isi dan frekwensi.
2. Meningkatkan Kontak Dengan Realita.
a. Bicara tentang topik yang nyata tidak mengikuti halusinasi.
b. Bicara dengan klien secara sering dan singkat.
c. Buat jadwal kegiatan sehari-hari untuk menghindari kesendirian.
d. Ajak bicara jika tampak klien sedang berhalusinasi.
e. Diskusikan hasil observasi anda.
3. Bantu Menurunkan Kecemasan dan Ketakutan.
a. Temani, cegah isolasi dan menarik diri.
b. Terima halusinasi klien tanpa mendukung dan menyalahkan. Misalnya: “Saya percaya anda mendengar tetapi saya sendiri tidak dengar”.
c. Beri kesempatan untuk mengungkapkan.
d. Tetap hangat, empati, kalem dan lemah lembut.
4. Mencegah Klien Melukai Diri Sendiri dan Orang Lain.
a. Lakukan perlindungan.
b. Kontak yang sering secara personal.
5. Tingkatkan Harga diri.
a. Identifikasi kemampuan klien dan beri kegiatan yang sesuai.
b. Beri kesempatan sukses dan beri pujian atas kesuksesan klien.
c. Dorong berespon pada situasi nyata.
G. CARA MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG SAKIT JIWA
1. Perhatikan semua kebutuhan klien berkomunikasi, makan, mandi, aktifitas sehari-hari.
2. Perhatikan hal-hal yang menimbulkan rasa sedih atau marah klien.
3. Tanggapi apa yang ingin dikemukakan atau disampaikan klien dengan penuh perhatian.
4. Motifasi dan latih klien untuk melakukan kebutuhannya secara mandiri secara bertahap.
5. Libatkan dalam kegiatan sehari-hari dirimah secara bertahap.
6. Ajak klien bicara bicara hal-hal; yang menarik bagi klien dan bersifat ringan seperti acara TV, berita di koran, dll.
7. Puji sesering mungkin bila klien melakukan yang baik.
8. Ajak bergaul dan dampingi saat klien sedang interaksi dengan orang lain.
9. Memberikan obat sesuai dengan dosis/petunjuk dokter.
10. Perhatikan efek samping obat yang diberikan.
H. PENYEBAB KEKAMBUHAN PASIEN JIWA
1. Tidak memakan obat secara teratur.
2. Dosis obat tidak sesuai.
3. Keluarga banyak mengkritik.
4. Keluarga banyak mencampuri kehidupan pasien.
5. Sikap bermusuhan dari lingkungan.
I. FUNGSI KELUARGA
1. Keluarga tempat klien belajar dan mengembangkan diri.
2. Keluarga lingkungan yang dikenal.
3. Keluarga adalah orang-orang terdekat yang dapat membantu dan memperhatikan atau memotivasi klien.
4. Keluarga Mengenal adanya gangguan kesehatan anggota keluarga.
5. Memutuskan tindakan tepat yang harus dilakukan pada keluarga yang sakit.
6. Merawat anggota keluarga, menciptakan lingkungan/suasana yang aman, nyaman dan sehat bagi anggota keluarga.
7. Menggunakan pelayanan kesehatan yang ada untuk menyembuhkan
DAFTAR PUSTAKA

Directorat Kesehatan Jiwa, Dit. Jen Yan. Kes. Dep. Kes R.I. 2001. Keperawatan Jiwa. Teori dan Tindakan Keperawatan Jiwa, Jakarta.

Keliat Budi, Anna,. 2002. Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa, EGC, Jakarta.

Stuart & Sunden. 1997. Pocket Guide to Psychiatric Nursing, EGC, Jakarta.







LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH

Nama Klien : Ny. S
Umur : 56 tahun
Hari, tanggal : Senin , 26 Oktober 2009
Waktu : 15.00-15.50
Alamat : Josroyo Indah III no.13 Jaten-Karanganyar
Diagnosa Medis : Skizofrenia Paranoid


Hasil Kunjungan Rumah:

1. Kondisi Demografi
 Rumah terletak di daerah padat penduduk, perumahan kecil tipe 45.
 Kodisi fisik rumah terbuat dari lantai berubin, ventilasi kurang, mempunyai kamar mandi pribadi
 Rumah klien digunakan untuk berjualan.
 Di depan rumah terdapat rumah tetangga yang dibatasi oleh jalan kecil
 Ada transportasi umum yang sampai di dusun klien, tapi hanya sampai dekat jalan saja, kemudian diperlukan berjalan kaki untuk sampai dirumah klien, listik sudah ada.
 Kultur penduduk setempat masih cukup tinggi nilai kekeluargaannya, namun masih ada yang mengatakan klien orang gila. Teman sebayanya menjauhi klien karena dianggap tidak sama yang dibicarakan, klien berbicaranya tidak nyambung.

2. Struktur Keluarga
 Keluarga termasuk jenis nuclear family
 Klien adalah anak pertama dari 3 bersaudara.
 Saat ini klien tinggal bersama suami dan anak-anaknya.
 Pengambilan keputusan dilakukan oleh suami, tetapi terkadang klien diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya.
 Keluarga termasuk keluarga yang sering bergaul dengan lingkungan sekitar, keluarga sering mengikuti pengajian di lingkungan.
 Hubungan antar anggota keluarga baik
Keluarga mengatakan selama ini apabila ada masalah klien jarang membicararakan dengan suami maupun anak-anaknya. Klien paling dekat dengan adiknya yang tinggal di Surakarta.
 Aktivitas klien di rumah sebagai ibu rumah tangga.

3. Status Ekonomi
 Suami klien seorang PNS. Keadaan ekonomi keluarga klien termasuk cukup Baik.
 Keluarga menyatakan bahwa tidak masalah dengan membayar pengobatan klien yang penting klien dapat sembuh.

4. Validasi Keluarga alasan masuk RSJ
klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu yaitu tahun 2002 klien pernah mondok di RSJD Surakarta. Setelah keluar dari rumah sakit klien sembuh dan dapat beradaptasi di masyarakat tanpa gejala-gejala gangguan jiwa. Keluarga klien mengatakan klien tidak pernah melakukan atau mengalami maupun menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga atau tindakan kriminal.
Anggota keluarga klien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa. Menurut suami pertama kali klien mengalami gangguan jiwa pada tahun 2002 karena permasalahan batas tanah dengan tetangga, lalu mulai dari saat itu klien sering mengomel-ngomel dan marah-marah sendiri. Mulai dari situlah klen mengalami gangguan jiwa yaitu sering mengamuk, marah-marah, dan membanting barang-barang serta membiarkan kompor menyala terus


5. Tanggapan Keluarga terhadap Perawatan Kesehatan
 Jika pasien kambuh dibawa ke RSJ
 Keluarga menyatakan akan rutin mengontrolkan klien.

6. Kesiapan Keluarga Menerima Klien
 Keluarga siap menerima klien kembali.
 Keluarga tidak membebani tugas yang berat kepada klien
 Klien dibantu dan diperhatikan untuk melakukan kegiatan dirumah.
 Klien diberi kesempatan untuk memilih keputusan yang tepat, dengan sebelumnya dijelaskan.
 Keluarga akan terus merawat klien dan mengawasi apabila terdapat tanda-tanda klien kambuh. Adapun tanda-tanda marah yang sudah diketahui keluarga:
a. Tidak mau berhubungan dengan orang lain atau berdiam diri dan tidak melakukan kegiatan apa-apa.
b. Mengamuk atau merusak lingkungan.
c. Tidak memperlihatkan, memperdulikan penampilan diri, tidak mau makan.
d. Tidak mau minum obat.
e. Melakukan hal yang tidak teratur, tidak biasanya atau tidak ada tujuannya
 Keluarga mengatakan akan menggunakan cara khusus untuk klien dalam mengatasi halusinasi yang telah didapatkan dari perawat, antara lain :
 Perhatikan semua kebutuihan klien berkomunikasi, makan, mandi, aktifitas sehari-hari.
 Perhatikan hal-hal yang menimbulkan rasa sedih atau marah klien.
 Tanggapi apa yang ingin dikemukakan atau disampaikan klien dengan penuh perhatian.
 Motifasi dan latih klien untuk melakukan kebutuhannya secara mandiri secara bartahap.
 Libatkan dalam kegiatan sehari-hari dirimah secara bertahap.
 Ajak klien bicara bicara hal-hal; yang menarik bagi klien dan bersifat ringan seperti acara TV, berita di koran, dll.
 Puji sesering mungkin bila klien melakukan yang baik.
 Ajak berrgaul dan dampingi saat klien sedang interaksi dengan orang lain.
 Memberikan obat sesuai dengan dosis/petunjuk dokter.
 Perhatikan efak samping obat yang diberikan.

7. Penerimaan Keluarga kepada Perawat
 Keluarga menerima kunjungan perawat dengan ramah dan sikap terbuka

Jumat, 06 November 2009




LAPORAN PENDAHULUAN
KLIEN DENGAN EFUSI PLEURA
DI RUANG TRIASE INSTALASI GAWAT DARURAT
RS DR MOEWARDI SURAKARTA
















Disusun oleh:
DWI NURLIANA NUGRAHENI
J 230040015


PROGRAM PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2009

EFUSI PLEURA

A. PENGERTIAN

Efusi pleura adalah penumpukan cairan didalam rongga pleura. Efusi dapat berupa cairan jernih yang mungkin merupakan transudat, eksudat, darah atau pus ( Baughman C, 2000).
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam rongga pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal. Proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal pleura menggandung sejumlah cairan ( 5-15 ml ) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan pleura bergerak tanpa adanya friksi ( Smeltzer C, 2002 ).

B. ETIOLOGI
Secara umum penyebab efusi pleura adalah sebagai berikut :
1. Pleuritis karena bakteri patogenik
2. Pleuritis tuberkulo
3. Efusi pleura karena kelainan intra abdominal, seperti sirosis hati, pankreatitis, abses ginjal, abses hati
4. Efusi pleura karena gangguan sirkulasi, seperti pada dekompensiasi kordis, emboli pulmonal dan hipoalbuminemia
5. Efusi pleura karena neoplasma, seperti mesoliomia, karsinoma bronkhus, neoplasma metastatik, limfoma malignum
6. Efusi pleura karena trauma yaknitrauma tumpul, laserasi, luka tusuk pada dada, ruptur esophagus.
Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik, tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari empat mekanisme dasar :
• Peningkatan tekanan kapiler subpleura dan limfatik
• Penurunan tekanan osmotic koloid darah
• Peningkatan tekanan negative intrapleura
• Adanya inflamasi atau neoplastik pleura

C. PATOFISIOLOGI

Di dalam rongga pleura terdapat kurang lebih 5ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis, cairan ini di hasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hidrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya ( 10-20% ) mengalir kedalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter seharinnya.
Terkumpulnya cairan dirongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena (gangguan jantung). Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan eksudat pleura. Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan karena tekanan osmotic koloid yang menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi, cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini juga menggandung banyak sel darah putih, sebaiknya kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah.

D. MANIFESTASI KLINIS
Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergeseran, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil dan nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosis), banyak keringat, batuk, banyak riak. Deviasi trakea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan pleura yang signifikan. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaringkarena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vokal), pada perkusi didapati daerah pekak karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.Pemeriksaan radiologik (Rontgen dada), pada permulaan didapati menghilangya sudut kostofrenik. Bila cairan lebih dari 300 ml akan tampak cairan dengan permukaan melengkung, mungkin terdapat pergeseran di mediastinum.
2. Ultrasonografi
3. Torakosintesis/ pungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna, biakan tampilan, sitologi, berat jenis. Pungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada sela iga ke delapan. Di dapati cairan yang mungkin serosa (serotorak), berdarah (hematoraks), pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila cairan serosa mungkin berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang).
4. Cairan pleura dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan asam (untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (gluklosa, amylase, laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi untuk sel-sel malignan dan PH
5. Biopsi pleura mungkin juga diperlukan

F. PENATALAKSANAAN
1. Prehospital
Penatalaksanaan klien asma sebelum dibawa ke RS yaitu:
a. Tenangkan klien
b. Bantu klien duduk dengan posisi badan sedikit condong ke depan
c. Beri klien minum air hangat
d. Bila sesak naps masih berlangsung dan tidak ada perubahan segara bawa klien ke RS atau instansi kesehatan terdekat.
2. Hospital
Prinsip umum pengobatan efusi pleura adalah :
a) Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
b) Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan efusi pleura
c) Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai penyakit efusi pleura, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan penngobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawatnnya.

G. KOMPLIKASI
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :
1. Efusi pleura berulang
2. Emfisema
3. empiema
4. Deformitas thoraks
5. Gagal nafas









H. PATHWAY

Infeksi penghambatan tekanan osmotik
drainaselimfatik koloid plasma


peradangan tekanan kapiler transudasi cairan
permukaan pleura paru meningkat intravaskuler


permeabilitas vaskuler tekanan hidrostatik edema


transudasi cavum pleura


EFUSI PLEURA

Penumpukan cairan dalam rongga pleura produksi
Secret >>
Ekspansi paru menurunan

Sesak napas secret sukar dikeluarkan

Nyeri dada bersihan jalan napas tidak efektif





I. PENGKAJIAN
1. Primary Survey
a. Airway
Kaji adanya peningkatan secret yang dapat menyumbat/mengganggu jalan nafas, bagaimana suara nafas.
b. Breathing
Kaji adanya distress pernafasan, hipoksemia berat, retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas, adanya bunyi wheezing.
c. Circulation
Kaji adanya takikardi, takipnea, menurunnya haluaran urine, penurunan tekanan darah, kapilari refill, adanya sianosis.
d. Disability
Kaji tingkat kesadaran, bagaimana keadaan pupil, dan reflek otot ekstremitas.
e. Exposure
Kaji tingkat kenyamanan, bagaimana pemberian cairan/pemenuhan kebutuhan harian klien.
2. Identitas klien
3. Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat keturunan, alergi debu, udara dingin
4. Riwayat kesehatan sekarang : keluhan sesak napas, keringat dingin.
5. Status mental : lemas, takut, gelisah
6. Pernapasan : perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan.
7. Gastro intestinal : adanya mual, muntah.
8. Pola aktivitas : kelemahan tubuh, cepat lelah
9. Pemeriksaan fisik head to toe

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa 1 :
Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mukus.
Tujuan : Jalan nafas kembali efektif.
Kriteria hasil :Sesak berkurang, batuk berkurang, klien dapat mengeluarkan sputum, ronki berkurang/hilang, vital dalam batas normal keadaan umum baik.
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya : wheezing, ronkhi.
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas. Bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi (empysema).
b. Kaji / pantau frekuensi pernafasan catat rasio inspirasi dan ekspirasi.
Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan selama strest/adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
c. Kaji pasien untuk posisi yang aman, misalnya : peninggian kepala tidak duduk pada sandaran.
Rasional : Peninggian kepala tidak mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi.
d. Observasi karakteristik batuk, menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk keefektipan memperbaiki upaya batuk.
Rasional : batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada klien lansia, sakit akut/kelemahan.
e. Berikan air hangat.
Rasional : penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus.
f. Kolaborasi obat sesuai indikasi.Bronkodilator spiriva 1×1 (inhalasi).
Rasional : Membebaskan spasme jalan nafas, mengi dan produksi mukosa.

Diagnosa 2 :
Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
Tujuan : Pola nafas kembali efektif.
Kriteria hasil : Pola nafas efektif, bunyi nafas normal atau bersih, TTV dalam batas normal, batuk berkurang, ekspansi paru mengembang.

Intervensi :
1. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot bantu pernafasan / pelebaran nasal.
Rasional : kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal nafas. Expansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasis dan atau nyeri dada
2. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti krekels, ronki.
Rasional : ronki dan wheezing menyertai obstruksi jalan nafas / kegagalan pernafasan.
3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.
Rasional : duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan.
4. Observasi pola batuk dan karakter sekret.
Rasional : Kongesti alveolar mengakibatkan batuk sering/iritasi.
5. Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk.
Rasional : dapat meningkatkan/banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah ketidak nyaman upaya bernafas.
6. Kolaborasi: Berikan oksigen sesuai indikasi
Rasional : memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas, memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret.

Diagnosa 3 :
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
Kriteria hasil : Keadaan umum baik, mukosa bibir lembab, nafsu makan baik, tekstur kulit baik, klien menghabiskan porsi makan yang disediakan, bising usus 6-12 kali/menit, berat badan dalam batas normal.

Intervensi :
1. Kaji status nutrisi klien (tekstur kulit, rambut, konjungtiva).
Rasional : menentukan dan membantu dalam intervensi selanjutnya.
2. Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.
Rasional : peningkatan pengetahuan klien dapat menaikan partisipasi bagi klien dalam asuhan keperawatan.
3. Timbang berat badan dan tinggi badan.
Rasional : Penurunan berat badan yang signifikan merupakan indikator kurangnya nutrisi.
4. Anjurkan klien minum air hangat saat makan.
Rasional : air hangat dapat mengurangi mual.
5. Anjurkan klien makan sedikit-sedikit tapi sering
Rasional : memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
6. Kolaborasi: Konsul dengan tim gizi/tim mendukung nutrisi.
Rasional : menentukan kalori individu dan kebutuhan nutrisi dalam pembatasan.

Diagnosa 4 :
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan : Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Kriteria hasil : KU klien baik, badan tidak lemas, klien dapat beraktivitas secara mandiri, kekuatan otot terasa pada skala sedang
Intervensi :
1. Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dyspnea peningkatan kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas.
Rasional : menetapkan kebutuhan/kemampuan pasien dan memudahkan pilihan intervensi.
2. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat.
Rasional : Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan.
3. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan atau tidur.
Rasional : pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi atau menunduk kedepan meja atau bantal.
4. Bantu aktivitas keperawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.
Rasional :meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
5. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
Rasional : menurunkan stress dan rangsangan berlebihan meningkatkan istirahat.






















DAFTAR PUSTAKA

Baughman C Diane, 2000, Keperawatan Medikal Bedah, jakarta. EGC
Doenges E Mailyn, 2002, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, jakarta. EGC
Hudak & Gallo, Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, volume II Jakarta: EGC
Smeltzer C Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan , Jakarta. EGC
Rofiqahmad, 2008, Askep Efusi Pleura, available from : http: // www.wordperss as retrieved on 12 Desember 2008 : 1.08 PM

















ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.N
DENGAN ASMA BRONKIAL DI RUANG TRIASE
INSTALASI GAWAT DARURAT RS.DR MOEWARDI
SURAKARTA

A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Nama : Tn.N
Umur : 52 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani
Agama : Islam
Alamat : Sangrah 02/06, Surakarta
Tgl& jam pengkajian : 13 Oktober 2009 jam 22.00
No RM : 97.64.77
Diagnosa Medis : Efusi Pleura

2. Identitas penanggungjawab
Nama : Ny. R
Umur : 49 tahun
Alamat : Sangrah 02/06, Surakarta
Hub. Dengan klien : Istri

3. Riwayat Penyakit
a. Keluhan utama
Sesak napas disertai batuk
b. Riwayat Penyakit Sekarang
± 8 jam sebelum masuk rumah sakit klien mengeluh sesak napas, sesak berlangsung terus menerus dan semakin lama semakin memberat. Sesak disertai dengan dahak, warna putih kental. Sesak napas bertambah jika beraktivitas dan berkurang dengan istirahat. Karena sesak tidak berkurang klien dibawa ke RSDM untuk mendapatkan terapi lebih lanjut.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
sebelumnya klien belum pernah dirawat din Rumah sakit, klien sudah sering sesak napas dan batuk tetapi tidak pernah memeriksakannya ke dokter.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti DM, asma, hipertensi dan alergi.

4. Primary Survay
a. Airway
Terdapat secret/sputum pada jalan napas.
b. Breathing
RR: 32x/menit, pernapasan cepat dan dangkal, terdapat retraksi dinding dada.
c. Circulation
TD : 120/80 mmHg N: 100X/menit S: 362 C capillary refill < 2 detik
d. Disability
GCS : E4 V5 M6 : 15, kesadaran composmentis, pupil isokor.
e. Exposure
Tidak terdapat lesi, maupun hematom, abdomen agak membesar

5. Secondary Survay
a. AMPLE
1). Alergi
Klien tidak memiliki riwayat alergi baik makanan maupun obat.
2). Medikasi
Sebelumnya klien tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan, jika sesak napas hanya minum air hangat.

3). Pastillnes
Klien tidak pernah mempunyai penyakit tertentu, hanya masuk angin biasa
4). Lastmeal
Sejak tadi pagi klien belum makan karena sesak napas.
5). Environment
Klien tinggal didaerah padat penduduk.

b. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Bentuk mesochepal, tidak ada luka
Rambut : Rambut dan kulit kepala bersih, rambut tidak rontok.
Mata : Bentuk simetris antara kanan dan kiri, sclera tidak ikhterik, konjungtiva tidak anemis, pupil isokor.
Hidung : Bersih, tidak ada polip
Telinga : Bersih, tidak ada serumen
Mulut : Bersih, tidak ada stomatitis
Leher
Inspeksi : Tidak tampak adanya pembesaran kelenjar tiroid
Palpasi : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan, tidak ada kaku kuduk
Thorax
Inspeksi : Terdapat retraksi dinding dada, pergerakan paru kanan dan kiri sama, pernapasan cepat dan dangkal.
Palpasi : Vokal fremitus kanan dan kiri tidak sama / melemah
Perkusi : Pekak
Auskultasi :Ronki
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba kuat
Perkusi : Batas jantung tidak melebar
Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular
Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada lesi, terdapat oedem
Auskultasi : Peristaltik usus 6x/menit
Perkusi : Timpani
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, hati tidak membesar.
Ekstremitas
Atas : Tidak ada edema, turgor kulit baik
Bawah : Tidak ada edema, turgor kulit baik
Kekuatan otot : 5 5 Edema: - -

5 5 - -

6. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 14,0 g/dl
Eritrosit : 4,87.96/uL
Hematokrit : 42,5%
Leukosit : 11,6.103/uL
Trombosit : 276.103/uL
Goldar : B
GDS : 150 mg/dl
Ureum : 37 mg/dl
Kreatinin : 1,2 mg/dl
Natrium : 137 mmol/L
Kalium : 4,4 mmol/L
Klorida : 109 mmol/L
Hasil AGD
pH : 7,26
PCO2 : 58 mmHg
PO2 : 78
BE : - 1,4 mmol/L
tCO2 : 28,5 mmol/L
HCO3 : 26,5 mmol/L
SO2 : 94%


7. Terapi
a. Infus RL 20 tpm
b. Aminophylin 24 mg/ml

B. ANALISA DATA
No Data Etiologi Problem
1 DS: Klien mengatakan dadanya terasa ampeg, sesak
DO : RR: 32x/menit, pernapasan cepat dan dangkal, adanya penggunaan otot bantu pernapasan
Penurunan ekspansi paru
Pola napas tidak efektif
2 DS: Klien mengatakan sesak napas disertai dahak, warna putih kental
DO : Suara napas ronki, dahak sering keluar ketika batuk
Akumulasi sekret
Bersihan jalan napas tidak efektif
3 DS: klien mengatakan nyeri
P : Saat bernafas
Q: Ampeg
R: Dada terutama sebelah kanan
S: Skala 6
T: Hilang timbul
DO: Ekspresi wajah klien tidak rileks, tampak menahan nyeri ketika batuk/ bernapas
TD : 120/80 mmhg
N : 100 x/menit


Trauma jaringan


Nyeri dada

C. PRIORITAS MASALAH
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d akumulasi secret
2. Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru
3. Nyeri dada b.d trauma jaringan

D. NURSING CARE PLAN
No Dx Keperawatan Tujuan/KH Intervensi Rasional
1 Bersihan jalan napas tidak efektif b.d akumulasi secret
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x4 jam bersihan jalan napas efektif dengan KH:
• Sesak berkurang
• Batuk berkurang
• Klien dapat mengeluarkan sputum
• Tidak ada ronki
• TTV normal 1. Auskultasi suara napas




2. Kaji frekuensi pernapasan






3. Posisikan tubuh dan kepala
4. Beri air hangat

5. Ajarkan klien napas dalam dan batuk
5. Kolaborasi dalam pemberian obat. 1. Beberapa derajat spasme bronkus terjadi karena obstruksi napas.
2. Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan selama stress.
3.Mempermudah pengeluaran secret.
4. Menurunkan spasme bronkus
5. Membantu pengeluaran sekret

5. Membebaskan jalan napas, membantu mengencerkan dahak.
2 Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x4 jam pola napas efektif dengan KH:
• RR normal (16-20x/menit)
• Sesak napas berkurang
• TTV normal 1. Kaji TTV


2. Kaji frekuensi, irama, kedalaman pernapasan.
3. Beri posisi semi fowler
4. Dorong klien napas dalam dan latihan batuk
5. Beri O2 sesuai indikasi

6. Kolaborasi dalam pemberian obat. (Aminophylin 24 mg/ml) 1. Mengetahui keadaan umum klien.
2. Mengetahui adanya komplikasi pulmonal.

3. Membantu ekspansi paru
4.Menurunkan/ mencegah atelektasis

5. Membantu memenuhi kebutuhan O2 tubuh
6. Membantu mengatasi sesak napas.
3 Nyeri dada b.d trauma jaringan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x4 nyeri berkurang dengan KH:
• Klien mengatakan nyeri hilang atau dapat terkontrol
• Klien tenang
• Skala nyeri berkurang
1-3 1. Kaji terhadap adanya nyeri terkait PQRST


2. jelaskan penyebab nyeri

3. beri pposisi nyaman

4. ajarkan teknik relaksasi napas dalam

5. kolaborasi pemberian analgetik
1. Untuk menentukan intervensi yang tepat



2. Untuk menenangkan klien dan keluarganya
3. Meningkatkan kenyamanan klien
4. Mengurangi ketegangan otot sehingga mengurangi nyeri
5. Analgetik beerfungsi mengurangi nyeri



E. CATATAN PERAWATAN
No.
Dx Tanggal & jam Implementasi
TTD


2

1,2

2

1,2

1
1,2
1


2
1,2

3

3

3 13 oktober 09

22 .05

22.10

22.15

22.15

22.15
22.30
22.35


22.25
22.45

22.50

22.50

23.00


 Memberikan O2 3Lpm Nasal kanul

 Memberikan posisi semi fowler

 Mengukur TTV

 Mengkaji irama, frekuensi, kedalaman pernapasan
 Mengauskultasi suara napas
 Membantu klien latihan batuk
 Menganjurkan keluarga untuk memberikan klien air hangat

 Memberikan aminophylin 24 mg/ml
 Mengkaji ulang frekuensi pernapasan

 Mengkaji tingkat nyeri

 Menjelaskan penyebab timbulnya nyeri

 Mengajarkan nafas dalam jika nyeri timbul


Dwi Nurli






Dwi Nurli









Dwi Nurli



F. CATATAN PERKEMBANGAN
NO Hari / Tanggal/ Jam Evaluasi ttd
1











2










3 S : Klien mengatakan sesak napas agak berkurang, dahak bisa keluar
O : RR: 28x/menit, setiap batuk klien tampak mengeluarkan sputum, warnaputih kental, suara napas ronki
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

S : Klien mengatakan sesak napas berkurang
O : RR; 28x/menit, terdapat rettraksi dinding dada, pernapasan cepat dan dangkal
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi


S : klien mengatakan nyeri sedikit berkurang
P : Saat bernafas
Q: Ampeg
R:Dada
Terutama
sebelah kanan
S: Skala 4
T: Hilang
Timbul
O : Klien masih
Gelisah,terkadang klien
masih merinti kesakitan
A:MasalahTeratasi Sebagian
P : lanjutkan intervensi

Rabu, 04 November 2009

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. SH DENGAN SKIZOAFEKTIF TIPE DEPRESIF DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA


ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Nn. SH DENGAN SKIZOAFEKTIF TIPE DEPRESIF
DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA


RUANG RAWAT : Srikandi
TANGGAL DIRAWAT : 03 Oktober 2009

A. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Nn. SH (P)
Umur : 24 tahun
Pendidikan : SMP
Tanggal Pengkajian : 10 Oktober 2009
No. RM : 201292
Informan : Klien
Diagnosa Medis : Gangguan Skizoafektif tipe Depresif (F25.1)

II. ALASAN MASUK
Klien mengatakan dirawat inap di RSJD Surakarta karena mengurung diri di kamar, tidak mau makan, menangis dan sering mendengar suara-suara (kadang memanggil namanya dan mengajak berbicara). Klien mengatakan malas mandi dan tidak mau minum obat karena menurutnya dosis obat yang diberikan sangat tinggi. Klien mengatakan ketika klien kambuh kali ini keluarga tidak melakukan apa-apa terhadapnya ketika di rumah, keluarga langsung membawa klien ke RSJD Surakarta.

III. FAKTOR PREDISPOSISI :
Klien mengatakan pernah tiga kali dirawati di RSJD Surakarta. Pertama kali dirawat sekitar tahun 2003. Klien mengatakan sebelum sakit klien suka “nongkrong” dengan teman-teman yang sebagian adalah laki-laki, dahulu klien bukan seorang yang pemalu. Kemudian klien menyukai/jatuh cinta pada salah seorang teman pria dan menyatakan rasa cintanya pada teman pria tersebut, tetapi tidak ada jawaban. Setelah itu klien suka menyendiri, mengurung diri di kamar dan menangis, kemudian klien suka mengamuk dan malas membantu mengerjakan pekerjaan rumah (menyapu, dsb). Klien mengatakan pada waktu kali pertama klien mengurung diri di kamar dan mengamuk (tahun 2003) klien dibawa ke “orang pintar” karena dianggap kerasukan makhluk halus. Selain itu juga diadakan “slametan” untuk memohon pada Yang Maha Kuasa agar klien tidak diganggu oleh makhluk halus. Akan tetapi, tidak ada perkembangan ataupun perubahan pada klien setelah dilakukan berbagai ritual yang telah menghabiskan banyak dana hingga orang tua harus menjual sawahnya. Kemudian pada tahun yang sama, keluarga berinisiatif untuk memeriksakan klien di RSJD Surakarta dan klien dirawat inap di RSJD Surakarta untuk pertama kali untuk beberapa bulan ( klien tidak ingat berapa bulan). Sejak saat itu keluarga selalu memeriksakan klien secara rutin di RSJD Surakarta. Klien mengatakan keluarga tidak pernah mengasingkan atau menganiaya/ mengikat klien pada saat pertama kali mengalami gangguan jiwa. Sekitar tahun 2005 klien mengamuk di rumah dan dirawat inap kembali di RSJD Surakarta. Klien mengatakan mengalami kekerasan dalam keluarga pada tahun ini ( umur 20 tahun ), klien dibanting oleh ayahnya karena klien telah menendang neneknya. Pada tahun 2008 klien mengamuk kembali dan menganiaya diri sendiri dengan menghantuk-hantukkan kepala ke tembok pada (umur 23 tahun), kemudian dirawat di RSJD Surakarta untuk ketiga kalinya. Klien berhasil menjalani pengobatan sebelumnya, tetapi beberapa bulan terakhir klien tidak mau minum obat (tahun 2009). Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
Masalah keperawatan : Risiko mencederai diri dan orang lain



IV. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda vital : TD : 110/60 mm Hg, Nadi :96 x / menit
S = 36,6° C, RR : 19 x / menit
2. Ukur : TB = 153 cm, BB = 38 kg
3. Keluhan fisik : tidak ada

V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram









Keterangan
: laki-laki
: perempuan
: klien
: garis pernikahan
: garis keturunan
: tinggal dalam satu rumah
Klien adalah anak pertama dari tiga bersaudara dan merupakan anak perempuan satu-satunya. Dalam keluarga klien, tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.
2. Konsep diri :
a. Gambaran diri: klien menilai bahwa dirinya seorang perempuan biasa seperti pada umumnya, klien menerima keadaan tubuhnya apa adanya.
b. Identitas: klien mengatakan dia adalah seorang perempuan anak pertama dari tiga bersaudara dan belum menikah.
c. Peran : klien merupakan seorang remaja, bekerja sebagai penjahit lepas, klien tidak bergabung dalam karang taruna, sejak menderita gangguan jiwa klien jarang berkumpul dengan teman/tetangga. Di rumah klien berperan sebagai anak. Kadang gaji klien diberikan kepada ibunya, tetapi ibu klien menolaknya dengan alasan uang tersebut dapat klien gunakan untuk memenuhi kebutuhan klien seperti membeli baju, dan klien dapat menerima hal itu. Di masyarakat klien sebagai warga yang baik dan tidak ada masalah.
d. Ideal diri: Klien mengatakan ingin sembuh dan ingin bekerja lagi sepulang dari perawatan di RSJD ini.
e. Harga diri: klien mengatakan dirinya seorang yang pemalu, pemalas dan tidak cantik.
Masalah keperawatan: harga diri rendah.
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti: ibu
b. Peran serta dalam kelompok/masyarakat: sebelum mengalami gangguan jiwa klien mengatakan suka “nongkrong” dengan teman-temannya yang sebagian besar adalah laki-laki. Tetapi selama sakit klien jarang bertemu dengan teman-temannya ataupun tetangga kerana malu dengan kondisinya.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Saat ini klien mampu berkomunikasi dengan baik, kepada teman ataupun perawat, tetapi masih malu-malu untuk bercerita.
Masalah keperawatan: Harga diri rendah
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan: klien beragama Islam dan percaya bahwa Tuhan ada.
b. Kegiatan ibadah: klien mengatakan kalau di rumah rajin beribadah dan melakukan shalat lima waktu meski kadang ada yang terlewatkan. Selama di RS klien jarang menunaikan ibadah shalat tetapi selalu berdoa setiap saat.
Masalah keperawatan: tidak ada.

VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Penampilan klien rapi, penggunaan pakaian sesuai, rambut disisir dan diikat menjadi satu. Wajah klien tampak tidak segar, klien mengatakan malas menggunakan bedak/lipstik. Klien mengatakan sejak masuk RS tidak ganti pakaian dalam/underwear karena tidak memiliki gantinya. Klien mandi dan gosok gigi 2x sehari. Klien belum dijenguk oleh keluarga sehingga tidak ada yang membawakan pakaian dalam/underwear.
Masalah keperawatan: defisit perawatan diri berhias/berpakaian.
2. Pembicaraan
Cara bicara klien cepat, mampu menjawab pertanyaan dengan baik, tetapi saat berbicara kontak mata klien kurang, klien berbicara sambil memandang sekitar dan selalu menggerak-gerakkan tangannya seperti menggaruk atau melilitkan baju di jarinya.
Masalah keperawatan: Ansietas
3. Aktivitas motorik
Klien tampak tenang, sering berjalan mondar-mandir, dan sesekali berbincang dengan temannya. Kadang klien tampak tiba-tiba beranjak dari tempat tidur dan berpindah tempat duduk di halaman. Ketika ditanya apa yang terjadi klien mengatakan baru saja mendengar suara-suara tidak nyata. Kadang klien tampak tiba-tiba menyendiri dengan tatapan kosong dan wajah tegang.
Masalah keperawatan: Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
Risiko mencederai diri sendiri dan orang lain

4. Alam perasaan
Klien mengatakan kadang takut dengan suara-suara yang sering didengarnya. Saat ini perasaan klien biasa saja.
Masalah keperawatan: Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran.
5. Afek
Afek klien datar, klien sering tersenyum saat ditanya dan melihat sekitarnya saat berbicara.
Masalah keperawatan: - (tidak ada)
6. Interaksi selama wawancara
Saat wawancara klien sering menunduk, melihat sekitarnya, berbicara sambil tersenyum, kotak mata kurang, malu-malu menjawab pertanyaan.
Masalah keperawatan: harga diri rendah
7. Persepsi
Klien mengatakan sering mendengar suara-suara memanggil namanya dan kadang mengajak klien berbincang-bincang padahal tidak ada orangnya, tetapi klien tidak ingat apa yang dikatakan suara itu. Klien sering mendengar suara tersebut saat pagi atau malam hari menjelang tidur, dalam sehari kadang klien mendengar suara itu satu atau dua kali. Klien mengatakan jika mendengar suara itu klien langsung beranjak pergi dari tempat dia duduk karena takut.
Masalah keperawatan: gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran.
8. Proses pikir :
Pembicaraan klien terarah, dapat mengikuti pembicaraan sesuai topik.
Masalah keperawatan: tidak ada.
9. Isi pikir
Klien mengatakan waktu di rumah tidak mau minum obat karena menurut klien dosis obat yang diberikan padanya sangat tinggi. Klien tampak ragu-ragu saat minum obat setelah makan siang.
Masalah keperawatan: gangguan isi pikir: waham curiga.
10. Tingkat kesadaran
Klien mampu menyebutkan waktu dan tempat dengan benar. Klien sadar berada di RSJD Surakarta dan mampu menyebutkan nama-nama perawat.
Masalah keperawatan: tidak ada
11. Memori
Klien mampu menceritakan kejadian-kejadian sejak sebelum sakit dan apa yang terjadi selama klien mengalami gangguan jiwa, meskipun kadang lupa.
Masalah keperawatan: tidak ada.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien mampu berkonsentrasi dan berhitung sederhana menggunakan jari tangan.
Masalah keperawatan: tidak ada.
13. Kemampuan penilaian
Tidak ada masalah karena klien mampu untuk mengambil keputusan secara mandiri, seperti klien memilih mandi dulu sebelum shalat Subuh.
Masalah keperawatan: tidak ada.
14. Daya tilik diri
Klien menyadari bahwa klien mengalami gangguan jiwa.
Masalah keperawatan: tidak ada.

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Makan
Klien tidak membutuhkan bantuan saat makan/mandiri, klien mampu makan sendiri, hanya membutuhkan motivasi karena nafsu makan menurun jika makanan tidak sesuai selera. Klien mampu membersihkan alat-alat makan secara mandiri setelah makan.
Masalah keperawatan : tidak ada.


2. BAB atau BAK
Klien mampu BAB/BAK secara mandiri. Klien juga mampu membersihkan diri setelah BAB atau BAK.
Masalah keperawatan : tidak ada.

3. Mandi
Klien menyatakan tidak membutuhkan bantuan saat mandi, klien juga mampu mencuci rambut sendiri dan menggunting kuku.
Masalah keperawatan : tidak ada.

4. Berpakaian
Klien mampu mengenakan pakaian sendiri dan dalam berpakaian sesuai dengan yang harus dipakai.
Masalah keperawatan : tidak ada.

5. Istirahat dan tidur
Klien mengatakan susah tidur siang ataupun malam, karena saat memulai tidur sering mendengar suara-suara yang memanggilnya sehingga menyebabkan sulit tidur, tetapi jika minum obat yang berwarna orange pasti dapat tidur nyenyak.
Masalah keperawatan : tidak ada.

6. Penggunaan obat
Klien mengatakan tidak mau minum obat saat di rumah karena menurutnya dosis obatnya tinggi.
Masalah keperawatan : gangguan isi pikir: waham curiga.

7. Pemelihara kesehatan
Klien mengatakan akan kontrol secara rutin dan minum obat teratur sepulang dari RSJD Surakata karena tidak mau kambuh dan dirawat inap lagi.
Masalah keperawatan : tidak ada.

8. Kegiatan dalam rumah
Klien mengatakan sepulang dari RSJD Surakarta akan selalu membantu pekerjaan rumah seperti memasak, mencuci baju, mencuci piring, menyapu rumah dan halaman.
Masalah keperawatan : tidak ada.

9. Kegiatan di luar rumah
Klien mengatakan akan bekerja lagi di tempat kerjanya yang dulu dan akan segera mengunjungi “majikannya” agar diterima bekerja kembali. Selain itu klien juga mengatakan bahwa dirinya akan berusaha untuk berbelanja ke pasar. Klien mengatakan mengetahui alat transportasi yang dapat digunakan untuk bepergian. Tetapi klien selalu meminta antar adiknya yang pertama menggunakan motor jika bepergian terutama jika pergi untuk kontrol ke RSJD Surakarta.
Masalah keperawatan : tidak ada.

VIII. MEKANISME KOPING
Klien mengatakan jika memiliki masalah lebih senang mengurung diri di kamar dan menangis. Kadang mengamuk orang-orang di sekitarnya. Klien mengatakan jika marah suka mencederai diri atau orang lain. Kadang klien tampak tiba-tiba menyendiri dengan tatapan kosong dan wajah tegang.
Masalah keperawatan : koping individu tidak efektif.


IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
- Klien tidak memiliki masalah dengan dukungan kelompok
- Klien tidak memiliki masalah dalam berhubungan dengan lingkungan
- Klien bersekolah hanya sampai tingkat SMP karena tidak ada biaya untuk melanjutkan
- Klien memiliki pekerjaan, sebagai penjahit lepas pada seorang pengusaha konveksi
- Klien tidak memiliki masalah dengan perumahan
- Klien berasal dari keluarga dengan ekonomi rendah, untuk perawatan selama di RSJ klien menggunakan Jamkesmas.
- Klien tidak memiliki masalah dengan pelayanan kesehatan
Masalah keperawatan: -

X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG
Klien mengerti bahwa dirinya mengalami gangguan jiwa dan klien mengerti tentang halusinasi.
Masalah keperawatan: tidak ada.

XI. ASPEK MEDIK
Tanggal 10 Oktober 2009
Diagnosa medik : Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif (F 25.1)
Terapi medik : Risperidon 2 x 2 mg
Trihexypenidil 2 x 2 mg

XII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
1. Risiko mencederai diri dan orang lain
2. Harga diri rendah
3. Defisit perawatan diri berpakaian/berhias
4. Gangguan isi pikir: waham curiga
5. Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
6. Koping individu tidak efektif
7. Ansietas






XIII. ANALISA DATA
NO DATA PROBLEM ETIOLOGI
1. DS :
- Klien mengatakan pernah mengalami kekerasan dalam keluarga pada tahun 2005 (umur 20 tahun), klien dibanting oleh ayahnya karena klien telah menendang neneknya. Klien juga pernah menganiaya diri sendiri dengan menghantuk-hantukkan kepala ke tembok pada tahun 2008 (umur 23 tahun).
DO :
- Kadang klien tampak tiba-tiba menyendiri dengan tatapan kosong dan wajah tegang Risiko mencederai diri dan orang lain kurangnya rasa percaya pada orang lain, level panik dari ansietas

2. DS :
- klien mengatakan dirinya seorang yang pemalu, pemalas dan tidak cantik
- sebelum mengalami gangguan jiwa klien mengatakan suka “nongkrong” dengan teman-temannya yang sebagian besar adalah laki-laki. Tetapi selama sakit klien jarang bertemu dengan teman-temannya ataupun tetangga kerana malu dengan kondisinya.
DO :
- Saat ini klien mampu berkomunikasi dengan baik, kepada teman ataupun perawat, tetapi masih malu-malu untuk bercerita.
- Saat wawancara klien sering menunduk, melihat sekitarnya, berbicara sambil tersenyum, kotak mata kurang, malu-malu menjawab pertanyaan. Harga diri rendah Kerusakan perkembangan kognitif berpandangan negatif terhadap diri sendiri

3 DS :
- Wajah klien tampak tidak segar, klien mengatakan malas menggunakan bedak/lipstik. Klien mengatakan sejak masuk RS tidak ganti pakaian dalam/underwear karena tidak memiliki gantinya.
DO :
- Klien belum dijenguk oleh keluarga sehingga tidak ada yang membawakan pakaian dalam/underwear untuk ganti Defisit perawatan diri berpakaian/ berhias
Kemunduran perkembangan, rasa tidak berharga dan kurangnya perhatian terhadap kebutuhan dirinya sendiri.
4. DS
- Klien mengatakan waktu di rumah tidak mau minum obat karena menurut klien dosis obat yang diberikan padanya sangat tinggi.
DO
- Klien tampak ragu-ragu saat minum obat setelah makan siang Gangguan proses pikir: waham curiga Ketidakmampuan untuk percaya orang lain, panik, cemas.
5. DS
- Klien mengatakan kadang takut dengan suara-suara yang sering didengarnya
- Klien mengatakan sering mendengar suara-suara memanggil namanya dan kadang mengajak klien berbincang-bincang padahal tidak ada orangnya, tetapi klien tidak ingat apa yang dikatakan suara itu. Klien sering mendengar suara tersebut saat pagi atau malam hari menjelang tidur, dalam sehari kadang klien mendengar suara itu satu atau dua kali. Klien mengatakan jika mendengar suara itu klien langsung beranjak pergi dari tempat dia duduk karena takut.
DO:
- Kadang klien tiba-tiba tampak beranjak dari tempat tidur dan berpindah tempat duduk di halaman. Ketika ditanya apa yang terjadi klien mengatakan baru saja mendengar suara-suara tidak nyata. Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran Stres yang cukup hebat, distorsi kognitif dan perseptual individu panik
6. DS:
- Klien mengatakan jika memiliki masalah lebih senang mengurung diri di kamar dan menangis. Kadang mengamuk orang-orang di sekitarnya. Klien mengatakan jika marah suka mencederai diri atau orang lain.
DO:
- Kadang klien tampak tiba-tiba menyendiri dengan tatapan kosong dan wajah tegang Koping individu tidak efektif Ketidakmampuan untuk percaya, level panik dari ansietas, harga diri rendah
7. DS: -
DO:
- Cara bicara klien cepat, mampu menjawab pertanyaan dengan baik, tetapi saat berbicara kontak mata klien kurang, klien berbicara sambil memandang sekitar dan selalu menggerak-gerakkan tangannya seperti menggaruk atau melilitkan baju di jarinya. Ansietas Krisis situasional


XIV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran berhubungan dengan stres yang cukup hebat, distorsi kognitif dan perseptual individu panik.
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional.
3. Perubahan proses pikir: waham curiga berhubungan dengan ketidakmampuan untuk percaya orang lain, panik, cemas.
4. Harga diri rendah berhubungan dengan kerusakan perkembangan kognitif berpandangan negatif terhadap diri sendiri.
5. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk percaya, level panik dari ansietas, dan harga diri rendah.
6. Defisit perawatan diri: berpakaian/berhias berhubungan dengan kemunduran perkembangan, rasa tidak berharga dan kurangnya perhatian terhadap kebutuhan dirinya sendiri.
7. Risiko mencederai diri dan orang lain berhubungan dengan kurangnya rasa percaya pada orang lain, level panik dari ansietas.
XV. RENCANA TINDAKAN
NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN PERENCANAAN RASIONAL
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL TINDAKAN KEPERAWATAN
1.








Gangguan persepsi sensori: Halusinasi pendengaran berhubungan dengan stres yang cukup hebat, distorsi kognitif dan perseptual individu panik


TUPAN :
Klien mampu menetapkan dan menguji realita/kenyataan, serta menyingkirkan kesalahan sensori persepsi.
TUPEN :
Klien mampu mengontrol halusinasi
Kriteria Hasil:
- Klien dapat menyebutkan cara baru mengendalikan halusinasi
- Klien dapat memilih dan melaksanakan cara mengendalikan halusinasi.
- Klien melaksanakan cara yang dipilih untuk mengendalikan halusinasi.
- Klien mau mengikuti TAK

1. Identifikasi dan diskusikan bersama klien perilaku yang biasa dilakukan saat muncul halusinasi.
2. Diskusikan manfaat dari cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian
3. Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol halusinasi
- Dekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa
- Bercakap-cakap dengan orang lain (perawat, klien lain)
- Susun jadwal kegiatan harian
- Minta padaorang lain untuk menyapa jika klien tampak bicara sendiri
4. Bantu klien memilih dan melatih cara memutus/ mengontrol halusinasi secara bertahap
5. Beri kesempatan untuk melakukan cara mengontrol/ memutus halusinasi yang telah dipilih dan dilatih. Evaluasi hasilnya bersama klien, beri pujian jika berhasil.
6. Libatkan dalam TAK orientasi realita dan stimulasi persepsi. Dapat membantu menentukan tindakan yang tepat


Jika cara yang biasanya digunakan klien ternyata tidak bermanfaat, maka dapat diganti dengan cara yang lain.
Dalam TAK orientasi realita dan stimulasi persepsi klien akan mengetahui halusinasi yang dialami oleh klien lain, berbagi pengalaman dan cara mengatasi halusinasi.







Untuk melibatkan klien dalam pengambilan keputusan dalam komunikasi terapeutik.

Validasi tentang cara untuk mengontrol halusinasi yang sudah di ajarkan sebagai bahan evaluasi tindakan perawat terhadap klien.


Agar klien mampu berorientasi pada kenyataan saat ini.
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional TUPAN :
Klien mampu mengatasi ansietas dibawah level menengah dengan menunjukkan tidak adanya perilaku yang menunjukan ansietas dalam berespon terhadap stress.
TUPEN :
Klien mampu memverbalkan perilaku yang menunjukkan ansietas mulai menurun.
Kliem mampu mengungkapkan strategi untuk mengatasi ansietas.
KH :
- Ketika ansietas mulai meningkat, klien akan menunjukkan perilaku untuk mengatasinya
- Klien mampu mengatasi ansietasnya pada level menengah 1. Bina hubungan saling percaya. Bersikap jujur, konsisten dalam berespon dan tepat waktu.

2. Ajak klien dan dorong klien untuk melakukan melakukan kegiatan yang dapat menurunkan tekanan dan kecemasan (berjalan-jalan, olah raga, aktivitas kelompok)

3. Dorong klien untuk mengidentifikasi perasaan pada orang yang dapat dipercaya untuk mengekspresikan perasaannya

4. Perawat harus dapat mengatur suasanan menjadi tenang

5. Gunakan sentuhan terapeutik yang nyaman untuk klien


6. Bantu klien mengenali tanda-tanda peningkatan ansietas dan cara yang biasa digunakan klien untuk mengatasi ansietas

7. Berikan obat-obatan transkualiser sesuai indikasi
Hubungan therapeutik mendukung rasa percaya klien terhadap perawat sehingga program perawatan dapat berjalan dengan baik.
Tekanan dan kecemasan dapat nemurun dengan baik ketika klien mengikuti aktivitas fisik




Klien yang cemas sering menyangkal persahabatan diantara masalah emosional dan ansietasnya



Ansietas dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain

Karena ansietas dapat muncul pada individu yang menginterpretasikan sentuhan yang agresif

Untuk menentukan tindakan yang tepat




Penggunaan jangka pendek obat-obat ansietas membantu menurunkan efek ansietas dan memfasilitasi klien agar kooperatif dalam terapi
3. Perubahan proses pikir berhubungan dengan ketidakmampuan untuk percaya orang lain, panik, cemas TUPEN:
Klien dapat mengetahui dan mengatakan bahwa ide-ide yang salah itu terjadi khususnya pada saat ansietas meningkat dalam 2 minggu.
TUPAN:
Klien dapat mengatasi ide-ide yang salah/delusi.
KRITERIA HASIL:
- Klien dapat mempertahankan aktivitas sehari-hari yang mampu dilakukan olehnya.
- Klien mampu menahan diri berespon terhadap pikiran-pikiran delusi, bila pikiran tersebut muncul. 1. Kaji tingkat kecemasan, gunakan strategi pengendalian kecemasan sampai level yang dapat ditoleransi
2. Datangi klien dengan tenang dan bina hubungan saling percaya.



3. Tunjukkan bahwa Anda menerika keyakinan klien yang salah, sementara itu biarkan klien tahu bahwa perawat tidak mendukung keyakinan tersebut.
4. Gunakan teknik komunikasi terapeutik keraguan yang berasalan sebagai teknik komunikasi terapeutik untuk membantu klien secara perlahan kembali ke realita
5. Bantu klien menghubungkan keyakinan yang salah tersebu dengan peningkatan dukungan dengan ansietas yang dirasakan.

6. Bantu dan dukung klien dalam usaha untuk mengungkapkan secara verbal perasaan ansietas, takut, panik. Kecemasan dapat ditularkan dan klien psikosis sangat sensitif terhadap rangsangan eksterna

Kunjungan yang tenang membantu untuk memulihkan proses pikir klien yang dengan cepat mudah beralih
BHSP dapat mempermudah klien mempercayai perawat sehingga mampu mengungkapkan perasaannya
Penting untuk dikomunikasikan kepada klien bahwa perawat tidak menerima delusi sebagai realita.


Penting untuk dikomunikasikan kepada klien bahwa perawat tidak menerima delusi sebagai realita.



Membantah keyakinan klien tidak akan bermanfaat apa-apa, tidak dapat dikurangi dengan pendekatan ini dan mungkin akan menghalangi perkembangan hubungan saling percaya.
Jika klien dapat belajar untuk menghentikan ansietas yang meningkat, pikiran menarik diri dapat dicegah.
4. Harga diri rendah berhubungan dengan kerusakan perkembangan kognitif berpandangan negatif terhadap diri sendiri. TUPAN:
Klien mampu meningkatkan harga dirinya dan mempunyai sistem pendukung yang dapat membantu mengekspresikan perasaan dan pikirannya secara optimal
TUPEN:
Klien mampu mengungkapkan perasaannya dengan indikator/KH:
- Klien mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat.
- Klien mampu memper-tahankan kontak mata.
- Klien mampu mempertahankan postur tubuh yang tegak.
1. BHSP:
- Prinsip komunikasi terapeutik (pra interaksi-terminasi)
- Pertahankan sikap yang konsisten: menepati janji, sikap terbuka, kongruen, hindari sikap non verbal yang dapat menimbulkan kesan negatif.
2. Observasi perlaku klien


3. Monitor pernyataan-pernyataan klien tentang kritik diri


4. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya
5. Anjurkan klien mempertahankan kontak mata dan postur terbuka/tegak.
Hubungan therapeutik mendukung rasa percaya klien terhadap perawat sehingga program perawatan dapat berjalan dengan baik






Perilaku klien merupakan data sejauh mana klien mengalami ganguan harga diri rendah
Pelibatan klien dalam asuhan keperawatan dapat membantu perawat dalam menggali permasalahan yang ada pada diri klien
Untuk membantu meningkatkan harga diri
Klien mampu konsentrasi dengan pertanyaan perawat.


5. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk percaya, level panik dari ansietas, dan harga diri rendah. TUPAN :
Klien akan mengembangkan rasa percaya kepada perawat.
TUPEN :
Klien dapat mendemonstrasikan lebih banyak penggunaan ketrampilan koping adaptif yang dibuktikan oleh adanya kesesuaian antara interaksi dan keinginan untuk berpartisipasi dalam masyarakat.
KH :
- Klien dapat menilai situasi secara realistis
- Klien dapat mengakui dan mengklarifikasi kemungkinan salah interpretasi terhadap perilaku dan perkataan orang lain
- Klien makan dari piring RS dan minum obat tanpa memperlihatkan tak percaya
- Klien dapat berinteraksi secara kooperatif dengan perawat dan rekannya.
1. Dorong perawat yang sama untuk bekerja sama dengan klien sebanyak munkin
2. Hindari tertawa , berbisik-bisik atau berbicara pelan di dekat klien sehingga klien dapat melihat, namun tidak mendengar.
3. Beri kesempatan pilihan untuk pengambilan keputusan tindakan untuk klien.
4. Motivasi untuk mengatakan perasaan yang sebenarnya. Perawat harus menghindari sikap penolakan terhadap perasaan marah yang ditujukan klien langsung ke perawat
5. Memotivasi klien untuk memaafkan semua orang dan disekitarnya jika ada salah, hindarkan hanya diam saja.
6. Anjurkan untuk sering ngobrol dengan oang lain.
7. Anjukan minum obat rutin Memudahkan perkembangan hubungan saling percaya.

Klien bisa mengartikan sentuhan sebagai ancaman



Memberikan rasa percaya pada klien dan meningatkan percaya diri

Mengali masalah yang dialami klien, mengeksplor perasaan masa lampau yang tidak menyenangkan klien



Membuat klien menjadi lebih lega dan menguangi rasa bersalah, lebih terbuka terhadap sekitarnya

Meningkatkan rasa percaya diri
Membantu kesembuhan klien dalam pengobatan
6. Defisit perawatan diri: berpakaian/berhias berhubungan dengan kemunduran perkembangan, rasa tidak berharga dan kurangnya perhatian terhadap kebutuhan dirinya sendiri. TUPAN:
Klien mempertahankan penampi-lannya dan mampu memenuhi kebutuhan berpakaian dan berhias secara mandiri.
TUPEN:
Klien mampu berpakaian dan berhias dengan indikator/KH:
1. Klien mampu menggunakan pakaian-pakaian/berhias dengan tepat, misalnya mampu memasang kancing sendiri, menyisir rambut, dan sebagainya.
2. Klien mengungkapkan kepu-asaannya dalam berpakaian dan/berhias.
3. Berpenampilan rapi.
1. Kaji kemampuan klien dalam berpakaian dan berhias
2. Diskusikan dengan klien kemungkinan adanya hambatan dalam berpakaian dan berhias.
3. Monitor adanya kemunduran sensori, kognitif, dan psikomotor yang menyebabkan klien kesulitan dalam berpakaian dan berhias.
4. Gunakan komunikasi/instruksi yang mudah dimengerti klien untuk mengakomodasi keterba-tasan kognitif klien.
5. Sediakan baju bersih dan sisir, jika mungkin bedak, parfum dan sebagainya.
6. Dorong klien untuk mengenakan baju sendiri dan memasang kancing baju dengan benar.
7. Berikan bantuan kepada klien jika perlu.
8. Berikan reinforment atas keberhasilan klien berpakaian dan berhias.
9. Evaluasi perasaan klien setelah mampu berpakaian dan berhias.
Mengetahui kebiasaan klien tentang cara berpakaian dan berhias.
Membantu klien untuk memenuhi ADL jika klien mengalami ketidakmampuan.

Untuk melakukan intervensi lanjutan secara cepat dan tepat dalam mengatasi masalah klien.


Mempermudah kerjasama perawat dalam melakukan intervensi pada klien.


Memenuhi kebutuhan berhias klien dan sebagai upaya dalam peningkatan harga diri klien.
Untuk memandirikan klien dan mengetahui kemampuan yang positif dalam diri klien.

Membantu memenuhi kebutuhan atau mengatasi masalah klien.
Untuk meningkatkan harga diri klien.
Mengetahui respon klien dan menentukan intervensiberikutnya.

7. Risiko mencederai diri dan orang lain berhubungan dengan kurangnya rasa percaya pada orang lain, level panik dari ansietas TUPAN:
Klien tidak melakukan tindakan kekerasan, baik pada orang lain, diri sendiri, lingkungan, maupun kekerasan secara verbal
TUPEN:
Klien dapat menentukan cara adaptif menyalurkan energi marah dengan indikator/KH
a. Klien memilih cara adaptif menyalurkan energi marah (misal: olahraga, berdoa, dan sebagainya)
b. Klien mampu mendemons-trasikan cara marah adaptif yang dipilih.
c. Klien mampu mengungkap- kan perasaannya setelah mendemonstrasikan cara adaptif yang dipilih.

1. Jelaskan pada klien manfaat penyaluran energi marah.
2. Bantu klien memilih sendiri cara marah yang adaptif.
3. Bantu klien mengambil keputusan untuk atau perilaku kekerasan yang adaptif.
4. Beri kesempatan pada klien untuk mendiskusikan cara yang dipilihnya.
5. Anjurkan klien mempraktekkan cara yang dipilihnya.
6. Beri kesempatan pada klien untuk mendiskusikan cara yang telah dipraktekkannya.
7. Evaluasi perasaan klien tentang cara yang dipilih dan telah dipraktekannya.
8.
Agar klien lebih kooperatif saat dilakukan tindakan.
Melibatkan klien dalam mengambil keputusan.
Membantu klien dalam pemilihan mekanisme koping yang tepat.

Meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri klien.

Mengevaluasi klien dalam kemampuan mengontrol marah.
Meningkatkan harga diri klien karena merasa dilibatkan dalam proses interaksi.

Untuk mengetahui respon klien dan menentukan intervensi lebih lanjut.



XVI. IMPLEMENTASI
No dx. Hari/tgl/jam IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
INTERAKSI PERAWAT DAN KLIEN TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK RASIONAL EVALUASI
VERBAL NON VERBAL
1.



































2.































2.






























































Sabtu, 10-10-09
08.00
Interaksi I P: ”Selamat pagi Mbak, perkenalkan saya perawat Vinami. Saya yang jaga di ruang Srikandi pagi ini Mbak, kalau saya boleh tahu, nama Mbak siapa? Dan suka dipanggil siapa Mbak?
K: ”Sri Handayani Mbak. Biasanya dipanggil Si Sri Mbak.”
P: ”Wah... namanya cantik sekali, cocok dengan orangnya. Mbak Sisri, saya boleh duduk di samping Mbak Sisri?”
K: ”Hmm... iya boleh Mbak.”

P: ”Mbak Si Sri mau gak saya temani duduk di sini sambil ngobrol?”
K: ”He... iya Mbak mau.”
P: ”Mbak Sisri mau ngobrolin apa dan brapa lama Mbak?”
K: ”Sembarang Mbak.”

P: ”Gimana kalai ngobrol tentang kenapa Mbak Sisri dibawa kemari?” Selama kira-kira 10 menit.
K: ”Iya Mbak...”


P: ”Mbak Sisri liat apa? Kan Mbak Sisri ngobrolnya sama saya, jadi Mbak Sisri liatin saya, ya?”
K: ”Iya Mbak”.
P: ”Jadi, kalau saya boleh tau kenapa Mbak Sisri dibawa ke RSJD Surakarta ini?
K: ”Nangis terus Mbak di kamar, gak mau makan, malas mandi, malas ngapa-ngapain, gak bisa tidur, trus suka denger suara-suara Mbak, trus gak mau minum obat Mbak.”
P: ”O... gitu ya Mbak. Mbak Sisri denger suara itu pagi/siang/sore/malam?
K: ”Malam Mbak mau tidur.”
P: ”Suara itu seperti apa Mbak? Laki-laki atau perempuan?”
K: ”Laki-laki Mbak”.

P: ”Suara itu ngomong apa Mbak? Kapan terakhir denger?”
K: ”Nyuruh saya tidur Mbak tadi malam.”
P: ”Hayo... Mbak Sisri lagi ngobrol sama siapa? Kok liatnya ke mana-mana?”
K: ”He... malu Mbak.”
P: ”Suara-suara itu ada orang gak Mbak?”
K: ”Gak ada Mbak”.
P: ”Mbak Sisri, Mbak tahu apa yang sedang Mbak alami?”
K: ”Halusinasi Mbak”.
P: ”Wah... Mbak Sisri pintar sekali. Mbak Sisri tahu darimana tentang halu-sinasi”.
K: ”Dari Mbak-mbaknya yang praktek yang pake jilbab ada pita orangenya Mbak”.
P: ”Betul ya Mbak itu namanya halusinasi, lalu apa yang Mbak Sisri lakukan jika terjadi halusinasi.”
K: ”Tutup telinga trus teriak pergi...pergi... kamu suara palsu.”
P: ”Mbak Sisri, saya punya cara lain untuk mengatasi halusinasi, Mbak Sisri mau saya ajarkan?”
K: ”Iya Mbak mau.”
P: ”Tapi waktunya sudah habis Mbak Sisri. Bagaimana kalau nanti kita ketemu lagi setelah saya mengantarkan klien-klien yang lain ke rehabilitasi. Mbak Sisri gak ke rehabkan hari ini?”
K: ”Gak Mbak, Iya nanti lagi.”
P: ”Kalau begitu nanti jam 10.00 WIB kita ketemu lagi di sini untuk belajar cara lain mengatasi halusinasi.”
K: ”Iya Mbak”.
P: ”Kalau begitu saya permisi dulu Mbak Sisri. Oya, saya senang lho ngobrol ma Mbak Sisri. Mbak Sisri seneng gak ngobrol sama saya?”
K: ”Seneng Mbak.”
P: ”Ya udah kalau gitu permisi Mbak Sisri. Selamat Pagi.”
K: ”Makasih ya Mbak.”

P: ”Iya sama-sama...” Berdiri di hadapan klien sambil mengulurkan tangan pada klien untuk berjabat tangan




Berjabat tangan dengan perawat

Menunjuk bangku di sebelah klien



Jari-jari tangan klien dililitkan pada pakaian, mata memandang sekitar.
Mempertahankan kontak mata

Mengangguk
Mempertahankan kontak mata

Melihat sekitar kemudian melihat perawat lagi
Menyentuh tangan klien




Memandang sekitar, jari-jari tangan dililitkan pada pakaian
Memegang paha klien



Mengangguk
Mempertahankan kontak mata


Menatap perawat, sesekali memandang sekitar, menggaruk kepala, sesekali menunduk



Menatap klien


Menatap perawat

Mempertahankan kontak mata

Menunduk, badan membungkuk
Menyentuh pundak klien


Melihat sekitar

Memegang pundak klien


Menatap perawat
Mempertahankan kontak mata
Menggeleng
Memegang bahu klien


Menatap perawat
Mengacungkan jempol



Menggaruk pipi



Mempertahankan kontak mata



Memperagakan tutup telinga

Memegang pundak klien



Mengangguk
Menyentuh paha klien, mempertahankan kontak mata






Mengangguk

Memegang bahu klien




Mengangguk
Memegang baku klien





Mengangguk, tersenyum
Mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan klien
Berjabat tangan dengan perawat
Tersenyum, menatap klien, kemudian mening-galkan klien. Broad opening







Reinforcement







Offering self











Offering general leads



Fokusing







Eksploring listening











Eksploring














Focusing










Giving recognation















Menawarkan informasi














Validasi











Membina hubungan saling percaya






Memberi pujian







Menawarkan diri tanpa respon bersyarat









Menawarkan topik pembicaraan



Memfokuskan klien tetap pada pembicaraan





Menggali masalah mendengarkan dengan baik









Mempelajari masalah lebih mendalam













Memfokuskan klien pada pembicaraan









Memberikan pengalaman pembicaraan













Menyediakan informasi untuk klien


























Mengevaluasi perasaan klien



S: - Klien mengatakan mampu menggu-nakan cara mengatasi halusinasi dengan napas dalam dan istighfar.
- Klien menga-takan memilih mengendali-kan halusinasi dengan napas dalam dan istighfar.
O: - Klien mampu menggunakan cara napas dalam dan istighfar untuk mengusir halusinasi.
- Klieng mengikuti TAK untuk mengusi halusinasi.
A: Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Ajak klien berbincang-bincang jika klien tampak bicara sendiri
- Motivasi klien untuk mendekatkan diri pada Tuhan YME
4






















1,2



























































10.00
Interaksi II P: ”Selamat siang Mbak... Sisri...”


K: ”Siang Mbak”.


P: ”Mbak Sisri masih ingat gak sama saya?”
K: ”He... inget Mbak, tapi lupa namanya.”
P: ”Vinami ...”
K: ”Iya... Mbak Vinami.”
P: ”Mbak Sisri masih ingat tidak kita punya janji mau ngobrol lagi?”
K: ”Masih Mbak, kita mau ngobrol di sini jam 10.00 tentang cara laing mengatasi halusinasi.”
P: ”Wah... ingatan Mbak Sisri bagus sekali.”
K: ”He...”
P: ”Cara lainnya itu adalah dengan ambil napas dalam sambil beristighfar. Maaf, agama Mbak Sisri Islam?”
K: ”Iya Mbak...”
P: ”Mbak Sisri, saya akan memberikan contoh kepada Mbak dan Mbak Sisri, ikutin ya...”
K: ”Iya Mbak...”
P: ”Kita mulai ya, 1...2...3... ambil napas dalam melalui hidung, tahan ...1 ...2....3.... embuskan lewat mulut.... sambil baca istighfar. Ulangi ya Mbak tarik nafas dalam melalui hidung, tahan 1...2....3... embuskan lewat mulut, Astaghfirullah ....”
K: ”Astaghfirullah hal azim...”
P: ”Bagaimana Mbak Sisri? Bisa?”
K: ”Iya Mbak ....”
P: ”Jadi, kalau halusinasi itu muncul lagi... tapi jangan sampai ya Mbak... He... Mbak Sisri akan melakukan apa?
K: ”Tarik napas dalam sambil istighfar Mbak.”
P: ”Pintar... Mbak Sisri, cara mengatasi halusinasinya enak yang mana antara tutup telinga dengan tarik napas dalam sambil istighfar?”
K: ”Enak tarik napas dalam sambil istighfar Mbak.”
P: ”Mbak Sisri, berhubung waktunya sudah habis, saya permisi dulu ya. Oya, bagaimana kalau besok saya temani Mbak Sisri ngobrol lagi?”
K: ”Iya Mbak mau...”
P: ”Mbak Sisri mau ngobrolin apa, jam berapa dan dimana Mbak?”
K: ”Terserah Mbak.”
P: ”Bagaimana kalau di sini lagi aja jam 08.00 tentang kenapa Mbak Sisri suka malu ma orang”
K: ”Iya Mbak, mau”
P: ”Kalau begitu permisi Mbak Sisri”.
K: ”Makasih ya Mbak.” Berdiri di samping klien sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan klien
Tersenyum, menatap perawat dan berjabat tangan dengan perawat
Duduk di sebelah klien

Menunduk

Garuk-garuk kepala

Mempertahankan kontak mata

Menatap perawat sekilas, menunduk


Mengacungkan kedua jempol tangan
Menunduk, tersipu
Mempertahankan kontak mata



Mengangguk
Mempertahankan kotnak mata













Mengikuti perawata

Memegang pundak klien

Mengangguk
Mempertahankan kontak mata, tertawa



Menatap klien

Mengacungkan jempol, mempertahankan kontak mata



Tersenyum

Menatap klien





Mengangguk
Mempertahankan kontak mata

Menunduk
Memegang pundak klien






Validasi





Restarting






Giving recognation

























Encourage description of perception







Encourage comparison






Offering self






Broad opening



Offering general leads












Mengevaluasi





Mengulang kembali






Memberikan pengakuan penghargaan























Meminta klien mengungkapkan apa yang diterima







Menanyakan perbandingan






Menawarkan diri untuk menemani klien




Mendorong klien menyeleksi topik pembicaraan

Menawarkan topik pembicaraan






4.





6.























































































Senin, 12-10-09
08.00 P: ”Assalaamu’alaikum. Pagi Mbak Sisri... wah tampak cerita sekali pagi ini...?
K: ”Pagi Mbak He....”

P: ”Tapi kok Mbak Sisri gak pake bedak & lipstik, jadi keliatan kurang seger Mbak Sisri. Coba Mbak Sisri liat temen-temannya yang lain tu pada seger dan cantik-cantik kan pake bedak dan lipstik.”
K: ”He.. gak pa-pa Mbak”.
P: ”Bagaimana kalau sekarang Mbak Sisri pake bedak dan lipstik dulu biar cantik dan keliatan seger. Mari saya bantu. Bagaimana Mbak?
K: ”Iya Mbak ...”
P: ”Mbak Sisri pasti tambah cantik deh kalau pakai bedak dan lipstik. Saya juga pakai lho Mbak.”
K: ”He...”

P: ”Wah Mbak Sisri cantik sekali setelah pakai bedak dan lipstik. Mbak Sisri bagaimana Mbak Sisri makin cantik kan?”
K: ”He... malu Mbak.”

P: ”Jangan dihapus Mbak Sisri”.
K: ”Malu Mbak”
P: ”Mbak Sisri, kita kan sekarang mau ngobrolin tentang harga diri menurut Mbak Sisri harga diri yang baik itu harga diri rendah, tinggi atau sangat tinggi?
K: ”Yang tinggi Mbak”.
P: ”Gini Mbak Sisri tadi kan suka ngomong malu, kalau berbicara dengan orang lain suka menunduk, gak mau dandan karena malu. Kalau seperti itu berarti Mbak Sisri punya harga diri yang bagaimana?
K: ”Rendah Mbak”.
P: ”Mbak Sisri mau harga diri Mbak Sisri lebih baik?”
K: ”Mau Mbak...”
P: ”Nah, ini salah satunya Mbak Sisri dengan berhias, lalu gak boleh malu-malu untuk melakukan hal-hal baik, badannya tegap jangan bungkuk, kalau ngobrol sama orang lain tatap matanya dan kurangi gerakan-gerakan tidak penting seperti melilitkan jari pada pakaian seperti yang sering Mbak Sisri lakukan. Begitu Mbak Sisri salah satu caranya.”
K: ”Iya Mbak.”
P: ”Nah, bagaimana perasaannya setelah dandan Mbak?”
K: ”Merasa lebih segar Mbak. He...”
P: ”Eh, Mbak Sisri gak terasa sudah waktunya ke rehab ni. Hari ini Mbak Sisri mulai ikut ke rehab kan?”
K: ”Iya Mbak.”
P: ”Kalau begitu saya permisi dulu mau nyiapin buku rehab dulu ya Mbak. Permisi Mbak Sisri”.
K: ”Iya... Makasih ya Mbak.” Mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan klien

Berjabat tangan dengan perawat
Menunjuk pada teman-teman klien






Menggeleng
Memegang pundak klien





Berjalan menuju cermin
Mendampingi klien berjalan menuju cermin


Memakai bedak dan lipstik





Tangan klien hendak menghapus lipstik
Memegang tangan klien

Menatap cermin
Memegang bahu klien, menatap kelien melalui cermin




Menatap cermin
Memegang kedua bahu kelin, menatap klien dari cermin







Mempertahankan kontak mata melalui cermin

Mengangguk
Mempertahankan kontak mata melalui cermin













Mengangguk
Tersenyum, mempertahankan kontak mata
Tertawa

Melihat jam tangan




Melihat jam dinding
Menatap klien, mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan klien

Berjabat tangan dengan perawat Reinforcement














Offering self












Reinforcement









Encorage comparison






Presenting reality





























Validasi
















Memberikan pujian














Menawarkan diri untuk membantu klien










Memberikan pujian









Menanyakan perbandingan kepada klien agar klien dapat menilai sendiri




Menyediakan informasi untuk menghadirkan realitas


























Mengevaluasi perasaan klien














Diagnosas 2:
S: - Klien mengatakan dapat percaya kepada perawat
- Klien mengatakan masih malu jika pulang nanti
O: - Klien belum mampu mempertahankan kontak mata
- Klien belum mampu memper-tahankan postur tubuh yang tegak
A: - Masalah teratasi sebagian
P: - Lanjutkan Intervensi
- Observari perilaku klien
- Monitor pernyata-an-pernyataan klien tentang kritik diri
- Dorong klien mengungkapkan perasaannya
- Dorong klien mempertahankan kotak mata dan postur terbuka/ tegak
Diagnosa 4:
S: Klien mengatakan merasa lebih segar jika menggunakan bedak dan lipstik
O: - Klien tampak mampu berhias
- Klien tampak rapi dan segar
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan Intervensi
- Sediakan sisir, bedak, lipstik
- Beri pujian
6.



































3.


































































5,7














Selasa, 13-10-09
08.15 P: ”Assalamu’alaikum... Pagi Mbak Sisri.”

K: ”Eh, Mbak Vinami, Pagi Mbak.”
P: ”Wah Mbak Sisri cantik sekali pagi ini pakai bedak dan lipstik.”
K: ”He... makasih Mbak.”
P: ”Nah, kalau seperti ini kan kelihatan seger dan cerah. Berarti setiap hari Mbak Sisri harus dandan ya? Biar cepat pulang.”
K: ”Iya Mbak.”
P: ”Nah, skearang Mbak Sisri mau tidak ngobrol-ngobrol sama saya?”
K: ”Ngobrolin apa Mbak?”
P: ”Mbak Sisri maunya ngobrolin apa?”
K: ” Sembarang Mbak-e”


P: ”Gimana kalau 7 menit saja? Di sini? Mau Mbak Sisri?”
K: ”Iya Mbak...”
P: ”Mbak Sisri mau ngobrolnya beralam lama dan dimana?
K: ”Terserah Mbak...?
P: ”Gimana kalau 7 menit saja? Di sini? Mau Mbak Sisri?”
K: ”Mau Mbak.”
P: ”Jadi, kalau saya boleh tahu kenapa Mbak Sisri gak mau minum obat?”
K: ”Dosis obatnya kan tinggi Mbak, jadi saya gak mau.”
P: ”Keluarga ngingetin Mbak Sisri buat minum obat gak?”
K: ”Ya ngingetin Mbak, tapi dosis obatnya kan tinggi sekali, jadi saya gak mau minum. Tapi selama di sini obatnya saya minum terus Mbak.”
P: ”Mbak Sisri, selama Mbak Sisri minum obat itu pernah keracunan gak?”
K: ”Nggak mbak.”
P: ”Nah, kalau dosis, obatnya itu tinggi berarti Mbak Sisri keracunan kan? Tapi nyatanya nggak keracunan kan?”
K: ”He... Iya Mbak.”
P: ”Mak Sisri, obat yang diberikan untuk Mbak Sisri itu dosisnya sudah sesuai dengan keadaan Mbak Sisri, kan sebelum dikasih obat Mbak Sisri diperiksa dulu kan?”
K: ”Iya Mbak”.
P: ”Kalau begitu mulai sekarang Mbak Sisri janji ke diri Mbak Sisri sendiri bahwa Mbak Sisri mau minum obat terus dan kontrol teratur. Mbak Sisri mau sembuh kan?”
K: ”Iya Mbak. Saya janji, Mbak, makasih ya Mbak, atas nasihatnya.”
P: ”Iya Mbak Sisri sama-sama. Saya Cuma ngasih semangat ke Mbak Sisri, dan selanjutnya itu semua ada di tangan Mbak Sisri.”
K: ”Iya Mbak.”
P: ”Wah... Mbak Sisri, gak terasa udah 7 menit kita ngobrol-ngobrol. Saya seneng banget ngobrol sama Mbak Sisri. Mbak Sisri seneng gak?”
K: ”He... Iya Mbak. Makasih ya Mbak.”
P: ”Iya sama-sama. Besok mau ngobrol lagi gak sama saya?”
K: ”Mau Mbak.”
P: ”Ngobrolin tentang apa Mbak Sisri? Jam berapa dan dimana?”
K: ”Terserah Mbak-e aja.”
P: ”Gimana kalau kita ngobrol tentang kenapa Mbak Sisri suka ngamuk-ngamuk waktu di rumah? Jam 8 besok, disini?”
K: ”Iya Mbak.”
P: ”Baiklah Mbak Sisri saya permisi dulu ya. Kalau ada apa-apa ngomong saja ke saya. Oke Mbak Sisri?”
K: ”Oke Mbak.”

P: ”Permisi Mbak Sisri.”
K: ”Iya Mbak.” Berdiri di sebelah klien, mengulurkan tangan untuk berjabat tangan
Berjabat tangan dengan perawat
Duduk di sebelah klien, mempertahankan kontak mata
Menatap perawat
Mengacungkan jempol




Mengangguk, tersenyum
Mempertahankan kontak mata

Menatap perawat
Menyentuh tangan klien

Tersenyum


Mempertahankan kontak mata

Menganggauk
Mempertahankan kontak mata

Menatap perawat
Menyentuh tangan klien


Mengangguk
Mempertahankan kontak mata

Menatap perawat, menggaruk kepala

Mempertahankan kontak mata

Menatap perawat





Menyentuh tangan klien



Menggeleng
Memegang pundak klien




Tertawa
Mempertahankan kontak mata





Mengangguk
Mempertahankan kontak mata, memegang bahu klien




Mengangguk


Memegang baku klien





Mengangguk
Melihat jam tangan





Memegang tangan perawat
Memegang tangan klien


Mengangguk
Mempertahankan kontak mata

Menatap perawat
Mempertahankan kontak mata



Menganggauk
Mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan klien


Berjabat tangan dengan perawat
Berdiri
Menatap perawat




Reinforcement



Reinforcement









Broad opening




Offering general leads










Eksploring





Eksploring








Voucing doubt




Voucing doubt





Presenting reality







Encouraging evaluation








Encouraging evaluation





Validasi











Broad opening



Offering general leads




Memberikan pujian sehingga klien merasa lebih berharga
Memberikan pujian sehingga klien merasa lebih berharga






Memberikan pertanyaan terbuka, memberikan kesempatan klien memilih topik
Menawarkan topik, memberikan petunuuk









Menggali masalah





Mempelajari suatu topik lebih mendalam






Menunjukkan keraguan



Menyelipkan persepsi perawat mengenai realitas



Menghadirkan realitas dengan perilaku tidak menilai




Membantu klien mempertimbangkan kejadian dalam dirinya






Membantu klien mempertimbangkan kejadian ke dalam nilai dirinya



Mengevaluasi perasaan klien setelah dilakukan percakapan








Memberi kesempatan klien untuk memilih topik

Menawarkan topik







Diagnosa 3:
S: Klien mengatakan akan selalu minum obat mulai saat ini
O: Klien mengungkapkan mampu menahan diri berespon terhadap pikiran-pikiran delusi, bila pikiran tersebut muncul.
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi
- Jangan mendebat klien jika waham muncul
- Gunakan teknik komunikasi keraguan beralasan sehingga teknik komunikasi terapeutik untuk membantu klien secara perlahan kembali ke realita jika waham muncul.
4,6









5,7





























































Rabu, 14-10-09
08.00 P: ”Pagi Mbak Sisri. Gimana kabarnya pagi ini? Tambah cantik aja Mbak Sisri”.
K: ”Pagi Mbak. He.. Alhamdulillah baik Mbak.”
P: ”Gimana Mbak Sisri masih ingat hari ini ada janji apa?”
K: ”Ngobrol Mbak, tentang kenapa saya suka ngamuk-ngamuk, jam 8 pagi di sini”.
P: ”Wah... ingatan Mbak Sisri bagus sekali.”
K: ”Makasih Mbak”.
P: ”Jadi, sekarang ceritakan pada saya kenapa Mbak Sisri suka ngamuk-ngamuk di rumah?”
K: ”Gak tau Mbak. Pokoknya kalo’ emosi pengennya marah-marah ngamuk-ngamuk, pengen nendang-nendang.”
P: ”Yang bikin mbak Sisri emosi apa?”
K: ”Ya kalao mikir yang sedih-sedih gitu cepet emosi Mbak.”
P: ”Lalu, yang bikin Mbak Sisri sedih apa?”
K: ”He... malu Mbak, mikirin cowok.”
P: ”O, jadi itu selama ini yang mengganggu pikiran mbak Sisri? Betul Mbak Sisri?”
K: ”He... Iya Mbak.”
P: ”Mbak Sisri mau cerita tentang cowok itu?”
K: ”He... nggak Mbak.”
P: ”Ya sudah kalau gak mau. Mungkin lain kali Mbak Sisri mau cerita sama saya.”
K: ”Iya Mbak.”
P: ”Mbak Sisri, mau saya ajarkan bagaimana cara menahan/melupakan emosi yang benar?”
K: ”Mau Mbak.”
P: ”Tapi, besok ya karena sekarang gak cukup waktunya. Mbak Sisri kan mau ke rehab dan saya ada keperluan. Bagaimana kalau besok jam 10.00 setelah Mbak Sisri pulang dari rehab?”
K: ”Iya Mbak gak pa-pa.”
P: ”Besok kita ketemu jam 10 setelah Mbak Sisri rehab di tempat tidur Mbak Sisri ya?”
K: ”Iya Mbak.”
P: ”Baiklah, saya permisi dulu ya Mbak Sisri.”
K: ”Iya Mbak, makasih ya Mbak.”
P: ”Iya sama-sama Mbak Sisri.” Duduk di sebelah klien berjabat tangan dengan klien

Tersenyum, berjabat tangan dengan perawat

Mempertahankan kontak mata

Menatap perawat



Mengacungkan jempol

Tersenyum
Menyentuh tangan klien



Menatap perawat, tangan mengusap bibir



Mempertahankan kontak mata
Menatap perawat


Memegang bahu klien

Menunduk

Mempertahankan kontak mata, memegang bahu klien

Menunjuk, tersenyum
Mempertahankan kontak mata
Menggeleng
Memegang tangan klien



Mengangguk
Menyentuh tangan klien



Mengangguk
Mempertahankan kontak mata, memegang bahu klien





Mengangguk
Melihat jam dinding



Melihat jam dinding
Berjabat tangan dengan klien
Berjabat tangan dengan perawat
Tersenyum.
Validasi
Reinforcement





Restarting






Giving recornition


Eksploring








Eksploring








Attempting to translate into feeling



Assertive







Menawarkan informasi





















Mengevaluasi perasaan, memberikan pujian




Mengingatkan kembali





Memberikan pengakuan penghargaan
Menggali masalah








Mempelajari topik lebih mendalam







Membantu klien mengidentifikasi perasaan


Meyakinkan klien untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan tetap menghargai hak privasi klien

Menyediakan tambahan informasi




















Diagnosa 5:
S: Klien mengatakan mampu menggunakan teknik relaksasi progresif.
O: - Klien mampu mendemonstrasi-kan teknik relaksasi progresif
- Klien mampu mengungkapkan perasaannya setelah mendemonstrasikan teknik relaksasi progresif
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
5,7









































































































































Kamis, 15-10-09
10.05 P: ”Pagi Mbak Sisri. Gimana kabarnya hari ini?”
K: ”Pagi Mbak, kabar saya baik.”
P: ”Mbak Sisri masih ingat kita punya janji apa hari ini. Sekarang jam 10.05 dan Mbak Sisri sudah pulang dari rehab.”
K: ”Belajar cara melupakan emosi yang baik Mbak.”
P: ”Bagus... ingatan Mbak Sisri memang bagus. Kalau begitu mari kita ke tempat tidur Mbak Sisri.”
K: ”Iya Mbak.”

P: ”Mbak Sisri, yang mau saya ajarkan ini namanya teknik relaksasi progresif. Tujuannya untuk menahan atau melupakan emosi secara baik, kan Mbak Sisri suka emosi ya? Nah, biar gak ngamuk-ngamuk emosinya ditahan pakai cara ini. Apa tadi namanya Mbak?”
K: ”Teknik relaksasi progresif.”
P: ”Iya... pinter. Nah Mbak Sisri, Teknik relaksasi progresif ini, carannya nanti Mbak Sisri tiduran/ berbaring yang nyaman, trus jidat, bahu, lengan, tangan, paha, kaki, semua ditegangkan. Dahi/jidatnya dikerutkan, tangannya menggenggam. Sampai sini jelas Mbak Sisri?”
K: ”Jelas Mbak.”
P: ”Setelah saya beri aba-aba nanti Mbak Sisri tegangkan, sayah itung 1-7 kemudian longgarkan, seperti itu sampai diulang 3x. Bagaimana Mbak Sisri ada yang ditanyakan?”
K: ”Nggak Mbak.”
P: ”Bisa kita mulai sekarang?”
K: ”Bisa Mbak.”
P: ”Sekarang Mbak Sisri berbaring, tidurnya posisinya yang nyaman.”
K: ”Sudah nyaman Mbak.”

P: ”Kita mulai ya. Saya beri aba-apa kencangkan jidat, bahu, tangan, paha, kaki... 1...2..3..4..5..6.7.. longgarkan ... Bagaimana Mbak Sisri?.
K: ”He... enak Mbak

P: ”Bisa kita ulang sekali lagi ya.?”
K: ”Iya Mbak.”
P: ”Kencangkan jidat, bahu, lengan, tangan, menggenggam, paha, kaki ... 1...2...3...4...5...6...7 Longgarkan... bagaimana Mbak Sisri?”
K: ”Enak Mbak.”
P: ”Baik, kalau begitu sudah cukup latihannya. Silakan Mbak Sisri bangun.”
K: ”He...”
P: ”Bagaimana Mbak Sisri waktu tadi melakukan teknik relaksasi progresif apa yang dirasakan?”
K: ”Enak Mbak, kayak lebih lega.”
P: ”Alhamdulillah. Sekarang coba Mbak Sisri ulang tujuan dan cara melakukan relaksasi progresif.”
K: ”Untuk menahan emosi biar gak ngamuk Mbak. Caranya jidat, bahu, lengan, tangan, paha, kaki, semua ditegangkan, dihitung 1-7.”
P: ”Wah... Mbak Sisri pinter.... Nah sekarang berarti Mbak Sisri bisa ya nahan emosi biar gak ngamuk-ngamuk?”
K: ”Bisa Mbak...”
P: ”Mbak Sisri berhubung sudah hampir waktunya makan siang, sampai sini dulu ya ngobrolnya. Besok disambung lagi. Bagaimana?”
K: ”Iya Mbak.”
P: ”Besuk mau ngobrolin apa Mbak Sisri, jam berapa, dan dimana?”
K: ”Terserah Mbak-e”.
P: ”Gimana kalau ngobrol tentang apa-apa aja yang sudah saya ajarkan untuk Mbak Sisri selama ini? Jam 10.30 setelah Mbak Sisri pulang dari rehab? Eh, besok Jumat ya, Mbak berarti gak ada rehab. Jadi bagaimana kalo jam 8 pagi di tempat tidur Mbak Sisri?”
K: ”Iya Mbak.”
P: ”Baiklah, saya permisi dulu ya Mbak Sisri...”
K: ”Makasih ya Mbak.”

P: ”Iya sama-sama Mbak Sisri.” Menatap klien, duduk di sebelah klien

Menatap perawat

Menyentuh tangan klien




Menggaruk kepala

Mengacungkan jempol
Memandu klien ke tempat tidur

Berjalan menuju tempat tidur
Berdiri di hadapan klien diantara tempat tidur klien









Menatap perawat, duduk di tempat tidur
Mengacungkan jempol
Memegang paha klien










Mengangguk
Mempertahankan kontak mata






Menggeleng
Memegang bahu klien

Mengangguk
Membantu klien berbaring

Berbaring, menatap plafon
Memegang bahu klien, melihat klien dari kepala hingga kaki (kesiapan klien)


Tersenyum, menatap perawat
Mempertahankan kontak mata
Bersiap mengerutkan dahi
Melihat klien dari kepala hingga kaki





Tersenyum
Membantu kelien duduk


Bangun dari tidur, duduk
Mempertahankan kontak mata


Menatap perawat

Tersenyum, menghela napas panjang



Menatap perawat, menggoyangkan kaki




Mengacungkan jempot
Memegang bahu klien



Mengangguk
Melihat jam





Mengangguk
Mempertahankan kontak mata


Menatap perawat
Menyentuh tangan klien









Mengangguk
Berjabat tangan dengan klien
Berjabat tangan dengan perawat
Tersenyum
Validasi




Restarting






Giving recognation





Menawarkan informasi












Giving recognation
Menawarkan informasi klarifikasi














Klarifikasi












Observasi










Observasi











Validasi
















Giving recognition


Encouraging formulation of plan of action







Broad opening




Offering general leads Mengevaluasi perasaan



Mengingatkan kembali





Memberikan pengakuan penghargaan



Menyediakan informasi untuk klien












Memberikan pengakuan penghargaan
Menyediakan informasi yang dibutuhkan klien
Menanyakan kepada klien apa yang tidak dimengerti perawat terhadap situasi yang ada






Menanyakan kepada klien apa yang tidak dimengerti perawat terhadap situasi yang ada








Mengamati keadaan klien









Mengamati keadaan klien










Mengevaluasi perasaan klien















Memberikan pengakuan penghargaan.
Mendukung terbentuknya rencana tindakan







Mendorong klien menyelesaikan topik yang akan dibicarakan

Menawarkan topik pembicaraan berikutnya








5.






Jumat, 16-10-09
08.00 P: ”Met pagi Mbak Sisri. Gimana kabarnya hari ini?”
K: ”Sedih Mbak. Kangen sama ibuku, mbahku.”
P: ”Jadi, Mbak Sisri mau ngbrol apa ni sekarang? Sesuai sama janji kita kemarin atau ganti?”
K: ”Aku kangen sama Bu’ku Mbak, kok aku gak dijenguk ya Mbak?”
P: ”Mbak Sisri, Ibu, Mbah dan keluarga Mbak Sisri yang lain juga kangen sama Mbak Sisri. Sekarang ibu Mbak Sisri masih ngumpulin uang buat Mbak Sisri, buat jemput Mbak sisri. Ya?”
K: ”He’eh Mbak.”
P: ”Di sini kan Mbak Sisri berobat biar sembuh, jadi harus sabar ya, temen-temen Mbak Sisri yang lain juga banyak yang belum dijenguk sama kelaurganya. Mbak Sisri harus sabar ya?”
K: ”Iya Mbak.”
P: ”Mbak Sisri jangan sedih, harus ceria, tunjukin bahwa Mbak Sisri itu sudah lebih baik, ya?”
K: ”Iya Mbak, Makasih ya Mbak sudah ngasih semangat aku. Sekarang saya sudah bisa menerimaMbak.”
P: ”Bagus... Mbak Sisri pasti bisa, ya?”
K: ”Iya Mbak.”
P: ”Nah sekarang sudah dulu ngobrolnya berdua. Gimana kalo kita ngumpul sama temen-teman yang lain? Kit cerita-cerita biar Mbak Sisri gak sedih lagi.”
K: ”Iya Mbak. He... Makasih ya Mbak.”
P: ”Iya sama-sama, yuk ke sana Mbak Sisri.”

K: ”Ayo Mbak.”
Duduk berdekatan dengan klien

Ekspresi sedih

Memegang tangan klien



Menatap perawat, tatapan sayu

Memegang bahu klien







Mengangguk
Mempertahankan kontak mata, memegang bahu klien





Mengangguk
Mempertahankan kontak mata


Mengangguk, memegang bahu perawat



Mengacungkan jempot

Mengangguk
Memegang tangan klien






Mengangguk dengan tetap menatap perawat
Tersenyum, membimbing klien menuju teman-temannya
Berjalan menuju sekelompok teman-teman yang tengah berbincang-bincang. Reducing distant


Broad opening



































Reinforcement




Menurunkan jarak fisik

Mendorong klien menyeleksi topik pembicaraan

































Memberikan pujian