Rabu, 04 November 2009

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA TIPE PARANOID


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA TIPE PARANOID



Disusun Oleh:


Rizal El Fata
NIM : J 230 080 036

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI KEPERAWATAN (NERS)
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INUVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2009
I. PENGERTIAN
Skizofrenia merupakan kelompok gangguan psikosis atau psikotik yang ditandai oleh distorsi-distorsi mengenai realitas, adanya perilaku menarik diri dari interaksi social serta disorganisasi dan fragmentasi dalam hal persepsi, pikiran dan kognisi (Carson dan Butcher, 1992).
Skizofrenia merupakan gangguan yang benar-benar membingungkan dan menyimpan banyak teka-teki. Pada suatu saat, orang-orang denagn skizofrenia berfikir dan berkomunikasi dengan sangat jelas, memiliki pandangan yang tepat atas realita dan berfungsi secara baik dalam kehidupan sehari-hari. Pada saata yang lain, pemikiran dan kata-kata ,mereka terbalik-balik, merka kehilangan sentuhan dengan realita dan mereka tidak mampu memelihara diri mereka sendiri, bahkan dalam banyak cara yang mendasar (Susan Nalen Hoeksema, 2004). Bleuler dan Zeugen (swiss) mengajukan istilah deskriptif yang lebih dapat diterima untuk penggolongan umum dari gangguan-gangguan ini. Ia menyebut skizofrenia atau split mind karena ia berfikir bahwa kondisinya ditandaipertama-tama oleh disorientasi proses berpikir, kemudian adanya kelemahan koherensi antara pikiran dan perasaan dan adanya orientasi kedalam diri yang menjauhi (split of) realitas.
Maka dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa skizofrenia adalah kelompok gangguan yang melibatkan karakteristik gejala-gejala psikotik (delusi, halusinasi, gangguan mood, gangguan alam pikiran ) dan penurunan level seseorang dalam memfungsikan area-area primernya.
Pengertian Skizofrenia paranoid yaitu pada tipe ini adanya pikiran-pikiran yang absurd (tidak ada pegangannya) tidak logis, dan delusi yang berganti-ganti. Sering diikuti halusinasi dengan akibat kelemahan penilaian kritis (critical judgement)nya dan aneh tidak menentu, tidak dapat diduga, dan kadang-kadang berperilaku yang berbahaya. Orang-0rang dengan tipe ini memiliki halusinasi dan delusi yang sangat mencolok,yang melibatkan tema-tema tentang penyiksaan dan kebesaran (toernry, 1995, Susan Nolen Hoeksema, 2004).
Pada skizofrenia paranoid secara tinggi melawan kepada argument-argumen atau pendapat-pendapat yang melawan delusi dan bisa menjadi sangat mudah marah terhadap semua orang yang berdebat dengan mereka. Mereka mungkin sangat arogan dan seolah-olah mereka superior terhadp orang lain atau tetap mencurigai. Kombinasi dan gabungan dari delusi penyiksa dan kebesaran dapat mengarah orang-orang pada tipe ini untuk bunuh diri dan bengis atau kejam pada orang lain (Kendler dkk, 1994).
Serangan akal skizofreie paranoid cenderung tampil kemudian (belakangan) daripada serangan skizofrenia lainnya. Episode psikosis sering kali dipicu oleh stress. Secara umum, skizofrenia paranoid daiaggap penderitaan sedang ( midler ), bentuk skizofrenia yang kurang membahayakan (Wira Miharja, 2005).
Skizofrenia paranoid adalah karakteristik tentang adanya delusi (faham) kejar atau kebesaran dan halusinasi pendengaran. Kadang-kadang individu tertekan, menjadi korban dan beranggapan diawasi, dimusuhi dan agresif. Permulaan tanda-tanda ini biasanya selanjutnya mungkin berlanjut 20-30 detik dan berkurangnya pembawaan mental regresi dan respon perilalu emosi yang terlihat sapa subtype skizofrenia yang lain. Kelemahan dan bukti kejadian terutama dengan perhatian untuk fungsi pibadi dari menjanjikan hidup tidak bergantung (Towsend, 2005 ).

II. ETILOGI
1. Faktor biologis
• Faktor herediter
a. Kontribusi gen terhadap skizofrenia
Studi terhadap keluarga, anak kembar dan anak adopsi melengkapi bukti-bukti bahwa gen terlibat dalam transmisi (penyebaran) skizofrenia (Liohtermann, Karbe & Maier, 2000). Beberapa peneliti berpendapat bahwa banyak gen (polygenic) model tambahan, yang membentuk jumlah dan konfigurasi gen abnormal untuk membentuk skizofrenia ( Gottensman, 1991, Gottansman & Erlenmyer-kimling, 2001). Adanya lebih banyak gen yang terganggu meningkatkan kemungkinan berkembangnya skizofrenia dan menungkatakan kerumitan gangguan tersebut. Individu yang lahir dengan beberapa gen tetapi tidak cukup untuk menunjukkan simtom-simtom bertaraf sedang atau ringan skizofrenia, seperti keganjilan dalam pola bicara atau proses berpikir dan keyakinan-keyakinan yang aneh.
Anak-anak yang memiliki kedua orang tuanya menderita skizofrenia dan anak-anak kembar identik atau dari satu zigot (monozigot) dari orangtua dengan skizofrenia, mendapat sejumlah besar gen skizofrenia, memiliki resiko sangat besar mendapatkan skizofrenia. Sebaliknya penurunan kesamaan gen dengan orang-orang skizofrenia, menurunkan resiko individu mengembangkan gangguan ini.
Jika aman dari orang skizofrenia mengembangkan gangguan ini, tidak berarti bahwa hal itu dikirimkan atau diwariskan secara genetic. Tumbuh bersama orangtua skizofrenia dan secara khusus bersama dengan kedua orangtua dengan gangguan tersebut, kemungkinan besar berarri tumbuh berkembang dalam suasana yang penuh stress. Jika orangtua psikotik, anak dapa terbuka untuk pemikiran-pemikiran yang tidak logis, perubahan suasana hati dan perilaku yang kacau.
Bahkan jika orangtua bukanlah psikotik akut, sisa-sisa simtom negative akut skizofrenia, kurangnya motivasi, dan disorganisasi mungkin mengganggu kamampuan orangtua untuk peduli terhadap anak. Studi adopsi yang dilakukan Leonard Heston di Amerika Serikat dan Kanada menunjukkan bahwa anak-anak yang hidup bersama orangtua skizofrenia yang diadopsi jauh dari ibu, mempunyai tingkat pengembangan skizofrenia yang lebih rendah
b. Pembesaran Ventrikel
Struktur utama otak yang abnormal sesuai dengan skizofrenia adalah pembesaran ventrikel. Ventrikel adalah ruang besar yang berisi cairan dalam otak. Perluasan mendukung atropi (berhentinya pertumbuhan), deteriorasi di jaringan otak lainnya. Orang-orang skizofrenia dengan pembesaran ventricular cenderung menunjukkan penirinan secara social, ekonomi, perilaku, lama sebelum mereka mengembangkan simtom utama atau inti dati skizofrenia. Mereka juga cenderung untuk memiliki simtom yang lebih kuat dari pada orang skizofrenialainnya dan kurang responsive terhadap pengobatan karena dianggap sebagai pergantian yang buruk dalam pemfungsian otak, yang sulit untuk ditangani/dikurangi melalui treatment. Perbedaan jenis kelamin mungkin juga berhubungan dengan ukuran ventricular. Beberapa studi menemukan bahwa laki-laki dengan skizofrenia memiliki pelebaran ventrikel yang lebih kuat.
c. Faktor Anatomis Neuron
Abnormalitas neuron secara otomatis pada skizofrenia memiliki beberapa penyebab, termasuk abnormalitas gen yang spesifik (khas), cedera otak berkaitan dengan cedera waktu kelahiran, cedera kepala, infeksi virus defisiensi (penurunan) dalam nutrisi dan defisiensi dalam stimulus kognitif (Conklin & Lacono, 2002).
d. Komplikasi Kelahiran
Komplikasi serius selama prenatal dan masalah-masalah berkaitan dengan kandungan pada saat kelahiran merupakan hal yang lebih sering dala sejarah orang-orang dengan skizofrenia dan mungkin berperan dalam membuat kesulitan-kesulitan secara neurologist. Komplikasi dalam pelepasan berkombinasi dengan keluarga beresiko terhadap terjadinya karena menambah derajad pembesaran ventricle. Penelitian epidemiologi telah menunjukkan angka yang tinggi dari skizofrenia dikalangan orang-orang yang memiliki ibu terjangkit virus influenza ketika hamil.
e. Neurotransmitter
Neurotransmiter dopamine dianggap memainkan peran dalam skizpfrenia ( Coklin & Lacono, 2002 ). Teori awal dari dopamine menyatakan bahwa simtom-simton skizofrenia disebabkan oleh kelebihan jumlah dopamine di otak, khususnya di frontal labus dan system limbic. Aktivitas dopamine yang berlebihan / tinggi dalam system mesolimbik dapat memunculkan simtom positif skizofrenia : halusinasi, delusi, dan gangguan berfikir. Karena atipikal antipsikotis bekerja mereduksi simtom-simtom skizofrenia dengan mengikat kepada reseptor D4 dalam system mesolimbik. Sebaliknya jika aktivitas dopamine yang rendah dapat mendorong lahirnya simtom negative seperti hilangnya motivasi, kemampuan untuk peduli pada diri sendiri dalam aktivitas sehari-hari. Dan tidak adanya responsivitas emosional. Hal ini menjelaskan bahwa phenothiazines, yang mereduksi aktivitas dopamine, tidak meredakan atau mengurangi simtom.
Dalam penelitian lain bahwa taraf abnormalita nuotansmiter glutamate dan gamma aminobutyric acid ( GABA ) tampak pada orang-orang dengan skizofrenia (Goff & Coyle, 2001, Tsai & Coyle,2002 ). Glutamate dan GABA terbesar di otak manusia dan defisiensi pada neurotransmitter akan memberikan kontribusi terhadap simtom-simtom kognitif dan emosioanal. Neuro glutamate merupakan pembangkit jalan kecil yang menghubungkan kekortek, system limbic dan thalamus bagian otak yang membangkitkan tingkah laku abnormal pada orang-orang dengan skizofrenia.
2. Faktor Psikososial
a. Teori Psikodinamika
Menurut Kohut & Wolf, ahli-ahli teori psikodinamika berpendapat bahwa skizofrenia merupakan hasil dari paksaan atau tekanan kekuetan biologis yang mencegah atau menghalangi individu untuk mengembangkan dan mengintegrasikan persaan atau pemahaman atas dirinya. Freud(1942) berargumen bahwa jika ibu secara ekstrim atau berlebihan kasar dan terus-menerus mendominasi, anak akan mengalami taraf regresi dan kembali ke taraf perkembangan bayi dalam hal pemfungsiannya, sehingga ego akan kehilangan kemampuannya dalam membedakan realita.
Berdasarkan penelitian interaksi antar keluarga dan skizofrenia yang berfokus pada stress keluarga, menunjukkan bahwa stress keluarga menyebabkan atau mengurangi penderita skizofrenia. Dimana keluarga dapat mendukung anggota keluarga dengan skizofrenia dan menolong mereka berfungsi dalam masyarakat meskipun gangguan tersebut membuat gangguan lebih buruk dengan terciptanya suasana yang merusak atau mengurangi kemampuan anggota keluarga yang skizofrenia untuk menanganinya (Susan Nolen Hoeksema, 2004).
b. Pola-Pola Komunikasi
Menurur Gregory Bateson & koleganya bahwa orangtua (khususnya ibu) pada anak-anak sklizofrenia menempatkan anak mereka dalam situasi ikatan ganda (double binds) yang secara terus menerus mengkomunikasikan pesan-pesan yang bertentangan pada anak-anak. Yang dimaksud ikatan ganda adalah pemberian pendidikan dan informasi yang nilainya saling bertentangan. Dalam teori doble-bind tentang pola-pola komunikasi dalam keluarga orang-orang dengan skizofrenia, menampakkan keganjilan. Keganjilan-keganjilan itu membentuk lingkungan yang penuh ketegangan yang membuat lebih besar kemungkinan seorang anak memiliki kerawanan secara biologis terhadap skizofrenia akan mengembangkan sindrom skizofrenia sepenuhnya atau bahwa seseorang dengan skizofrenia akan memiliki frekuensi kekambuhan psikotis yang lenih tinggi.
c. Tampilan Emosi
Berdasarkan beberapa penelitian bahwa gaya interaksi penderita skizofrenia dapat dilihat dari ekspresi emosinya. Keluarga-keluarga yang pengekspresian emosinya kuat terlalu melibatkan diri dengan setiap anggota keluarga lainnya, Overprotekif terhadap anggota keluarganya terganggu dan bersikap mengorbankan diri bagi anggota keluarganya yang terganggu tetapi juga suka mengkritik, bermusuhan dan memarahi anggota keluarga yang terganggu.
d. Stres dan Kekambuhan
Keadaan sekitar atau lingkungan yang penuh stress (stresfull) mungkin tidak menyebabkan seseorang terjangkit skizofrenia, tetapi keadaan tersebut dapat memicu episode baru pada orang-orang yang mudah terkena serangan atau rawan terhadap skizofrenia. Berdasarkan penelitian bahwa lebih dari 50 % orang yang mengalami kekambuhan skizofrenia adalah mereka yang dalam kehidupannya telah mengalami kejadian-kejadian buruk sebelum mereka kambuh. Banyak kejadian dalam hidup orang-orang skizofrenia alami dalam beberapa miggu sebelum mereka kambuh mungkin secara actual disebabkan oleh simtom-simtom prodormal yang muncul sebelum kambuh kedalam psikotis. Sebagai contoh, satu dari simtom-simtom prodormal dari kekambuhan skizofrenia adalah menarik diri dari lingkungan social yang pada gilirannya kejadian-kejadian buruk dalam kehidupannya sebagian besar mendahului sebuah kekambuhan, seperti pecah/hancurnya jalinan atau hubungan (relation ship) atau hilangnya sebuah pekerjaan (Wiramiharja, 2005).

3. Faktor Kesalahan Belajar
Yang dimaksud kesalahan belajar adalah tidak tepatnya mempelajari yang benar atau dengan tepat mempelajari yang tidak benar. Dalam hal ini penderita mempelajari dengan baik perilaku orang-orang skizofrenia atau perilaku yang baik dengan cara yang tidak baik ( Wiramaharja,2005).

III. TANDA dan GEJALA
Menurut Eugen Bleuler gejala-gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi dua yaitu :
a. Gejala primer
i. Gangguan proses pikiran (bentuk,langkah dan isi pikiran) yang terganggu terutama aspek asosiasi, kadang-kadang suatu ide belum selesai diutarakan, sudah muncul ide uang lain. Sering ditandai oleh : menggunakan arti simbolik, terdapat clang association, jalan pikirannya tidak dapat dimengerti / inkoherensi, menyamakan hal-hal. Terjadi bloking beberapa detik sampai beberapa hari, ada penderita yang mengatakan bahwa seperti ada yang laindidalam dirinya yang berfikir dan tanda sejenis lainnya.
ii. Gangguan afek dan emosi
Dapat berupa :
Kedangkalan afek dan emosi, klien menjadi acuh tak acuh pada hal-hal yang penting dalam hidupnya.
Parathimi ; merasa sedih atau marah yang seharusnya timbul rasa tenang dan gembira.
Paramimi ; klien menangis padahal merasa senang dan bahagia.
Emosi, afek dan ekspresinya tidak mengalami kesatuan.
Emosi yang berlebih.
Hilang kemampuan untuk mengandalkan hubungan emosi yang baik.
Ambivalensi pada afek : dua hal yang bertentangan berada pada satu objek.
iii. Gangguan kemauan
Ditandai antara lain :
Tidak dapat mengambil keputusan
Tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan
Melamun dalam waktu tertentu yang lama.
Negativisme ; perbuatan yang berlawanan dengan perlawanan
Ambivalensi kemauan ; menghendaki dua hal yang berlawanan pada waktu yang sama
Otomatisme ; merasa kemauannya dipengaruhi oleh orang lain atau tenaga dari luar sehingga ia berbuat otomatis.
iv. Gangguan psikomotor
Stupor : tidak bergerak dalam waktu yang lama.
Hiperkinesa; terus bergerak dan tampak gelisah
Stereotipi ; berulang melakukan gerakan atau sikap
Verbigerasi ; stereotipi pembicaraan
Manerisme ; stereotipi tertentu pada pada skizofrenia, grimes pada muka atau keanehan berjalan dan gaya.
Katalepsi ; posisi badan dipertahankan dalam waktu yang lama.
Fleksibilitas cerea ; bila anggota badan dibengkokkan terasa suatu tahanan seperti lilin.
Negativisme ; menentang atau justru melakukan berlawanan dengan apa yang disuruh.
Otomatisme komando ; kebalikan daari negativisme.
Echolalia; meniru kata-kata yang diucapkan orang lain.
b. Gejala sekunder
i. Waham atau delusi kayakinan yang salah yang tidak dapat diubah dengan penalaran atau bujukan. Sangat tidak logis dan kacau tetapi klien tidak menyadari hal tersebut dan menganggap sebagai fakta dan tidak dapat diubah oleh siapapun.
Jenis-jenis waham mencakup :
1. kebesaran ; seseorang memiliki suatu perasaan berlebih dalam kepentingan atau kekuasaan.
2. curiga ; seseorang merasa terancam dan yakin bahwa orang lain bermaksud untuk membahayakan atau menncurigai dirinya.
3. Siar ; semua kejadian dalam, lingkungan sekitarnya diyakini merujuk / terkait kepada dirinya.
4. kontrol ; seseorang percaya bahwa objek atau oang tertentu mengontrol perilakunya.
ii. Halusinasi ; istilah ini menggarbarkan persepsi sensori yang salah yang mungkin meliputi salah satu dari kelima panca indra. Halusinasi pendengaran dan penglihatan yang sering,halusinasi penciuman, perabaan, dan pengecapan juga dapat terjadi ( Towsend, Mary S, 1998 ).
Tanda gangguan yang berlangsung secara terus menerus sedikitnya selama 6 bulan ( Stuard, 2006 ).
i. Kecurigaan yang ekstrim terhadap orang lain.
ii. Halusinasi
Modalitas sensori yang tercakup dalam halusinasi :
a. Pendengaran / auditorius
Mendengar suara atau bunyi, biasanya suara orang. Suara dapat berkisar dari suara yang sederhana sampai suara orang bicara mengenai pasien, untuk menyelesaikan percakapan antara dua orang atau lebih tentang pasien yang berhalusinasi. Jenis lain termasuk pikiran yang dapat didengar pasien yaitu pasien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkan oleh pasien dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu, kadang-kadang hal yang berbahaya.
b. Penglihatan / visual
Stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, ganbar geometris, gambar kartun, dan gambar atau panorama yang luas dan kopleks. Penglihatan dapat berupa sesuatu yang menyenangkan atau yang menakutkan ( seperti melihat monster ).
iii. Waham kejar atau kebesaran
a. Waham kejar (delusion of persecution) yaitu keyakinan bahwa orang atau kelompok tertentu sedang mengancam atau berencan membahayakan dirinya. Waham ini menjadikan penderita paranoid selalu curiga akan segala hal dan berada dalam ketakutan karena merasa diperhatikan, diikuti serta diawasi.
b. Waham atau kebesaran ( delusion of grandeur ) yaitu keyakinan bahwa dirinya memiliki suatu kelebihan dan kekuatan serta menjadi orang yang penting (Maramis, 2004).



IV. PSIKOFISIOLOGI





















V. PSIKOPATOLOGI





























VI. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan wawancara dan observasi kepada klien dan keluarga yang menghantarkan. Pengkajian pertama kali dilakukan secara lengkap guna menggali informasi yang dibutuhkan untuk terapi guna kesembuhan klien. Beberapa hal yang dapat dikaji dari klien antara lain :
a. Identitas
Meliputi;
- Nama
- Umur
- Jenis kelamin
- Alamat
- Pekerjaan yang bertanggung jawab.
b. Alasan masuk
Meliputi;
- Penyebab klien masuk rumah sakit
- Usaha yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut dan hasilnya.
c. Faktor Predisposisi
Meliputi;
- Riwayat penyakit masa lalu dan hasil pengobatan sebelumnya.
- Riwayat penyakit keluarga
- Riwayat Trauma yang pernah dialami
- Masalah keperawatan yang muncul
d. Faktor fisik meliputi system dan system organ antara lain :
- Tanda Tanda Vital (Tekanan Darah, Nadi, Suhu, Pernafasan.
- Tinggi dan berat badan
- Masalah keperawatan yang muncul.


e. Faktor psikososial
 Genogram
Menggambarkan hubungan klien dengan keluarga minimal 3 generasi keatasnya
Masalah keperawatan yang muncul
 Konsep diri
Gambaran diri
Identitas diri
Peran diri
Ideal diri
Harga diri
Masalah keperawatan yang muncul
 Hubungan Sosial
Orang yang berarti dalam hidup klien
Kelompok yang berarti dalam masyarakat
Keterlibatan klien dalam kelompok tersebut
Masalah keperawatan yang muncul
 Spiritual
Nilai dan keyakinan
Kegiatan ibadah
Masalah keperawatan yang muncul
f. Status Mental
Meliputi; - Penampilan
- Pembicaraan
- Aktivitas motorik
- Alam perasaan
- Efektif
- Interaksi selama wawancara
- Persepsi
- Isi pikir
- Pikiran magis
- Waham
- Tingkat kesadaran
- Memori
- Tingkat konsentrasi dan berhitung
- Kemampuan penilaian
- Daya titik diri
- Jelaskan apa yang dikatakan klien
- Masalah keperawatan yang muncul
g. Kebutuhan Persiapan Pulang
Meliputi; - Makan
- BAB / BAK
- Mandi
- Berpakaian
- Istirahat dan tidur
- Penggunaan obat
- Pemeliharaan kesehatan
- Kegiatan didalam rumah
h. Mekanisme koping
i. Masalah psikososial dan lingkungan
j. Pengetahuan
k. Aspek medik
l. Daftar masalah keperawatan
Menulis data pendukung dan masalah yang muncul kemudian membuat pohon masalah dari rumusan data tersebut.


m. Daftar diagnosa keperawatan
Pada akhir pengkajian, tulis tempat dan tanggal pengkajian serta tanda tangan dan jelas pengkaji.

2. Diagnosa keperawatan, Rencana keperawatan dan Rasional.





















2. Diagnosa keperawatan, Rencana keperawatan dan Rasional.

Nama
Diagnosa Keperawatan Perencanaan Rasional
No Hari/Tgl Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Keperawatan
1. Perubahan persepsi sensorik ( pendengaran/ penglihatan) b.d distorsi kognitif dan perceptual individu (halusinasi), panik, stress berat Tujuan jangka pendek : dapat mendiskusikan isi hatinya dengan perakat 1 minggu.
Tujuan jangka panjang : klien dapat mendiskusikan dan memeriksa realitas mengurangi adanya halusinasi.
KH :
- Pasien dapat mengakui bahwa halusinasi terjadi pada saat ansietas meningkat secara ekstrim.
- Pasien dapat mengatakan tanda-tanda ansietas dan menggunakan teknik-teknik untuk memutuskan ansietas tersebut. - Membina hubungan saling percaya.




- Punya 1 klien, perakat dan klien lain dengan namanya.


- Gunakan pertanyaan yang jelas dan nyata.




- Bantu lien untuk fokus pada aktifitas nyata dilingkungannya.


- Tenangkan klien, bahwa klien aman dan tidak akan terancam bahaya.

- Observasi perilaku verbal dan non verbal yang berhubungan dengan halusinasi.
-Hindari menyentuh klien bahwa perakat tidak apa-apa bila memperlakukan begitu.
-Coba untuk menghubungkan waktu kejadian ansietas, Bantu klien untuk mengerti hubungan ini. - Klien harus mempercayai perakat sebelum membicarakan halusinasi/perubahan persepsi sensori lain.
- Menggunakan nama klien dan perakat yang benar dapat mengembalikan pada realitas dan mengurangi pengaruh halusinasi.
- Karena kesalahpahaman, perubahan berfikir dan idiosincratik membuat klien salah mengungkapan pesan abstrak.
-Memfokuskan aktifitas membantu untuk mengembalikan pada realita dan klien dari pengalaman halusinasi.
- Pengurangan rasa takut baik untuk klien untuk membuat kepercayaan klien terhadap lingkungan dan merasa aman.
- Intervensi akal akan mencegah respon agresif yang diperintah dari halusinasi.
- Pasien dapat saja mengartikan sentuhan sebagai ancaman dan berespons dengan agresif.
- Jika pasien dapat belajar untuk menghentikan peningkatan ansietas, halusinasi dapat dicegah.



Nama
Diagnosa Keperawatan Perencanaan Rasional
No Hari/Tgl Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Keperawatan
2. Perubahan proses pikir panik. Ketidak mampuan mempercayai orang lain, menekan rasa takut Tujuan jangka pendek : Pasien dapat mengakui dan mengatakan bahwa ide-ide yang salah itu terjadi khususnya pada saat ansietas meningkat dalam 2 minggu.

Tujuan jangka panjang :
- Tergantung pada proses kekronisan penyakit, pilih tujuan jangka panjang yang paling realistis untuk pasien;
1. Pasien dapat mengatakan berkurangnya pikiran-pikiran waham.
2. Pasien mampu membedakan pikiran waham yang realita.
KH :
1. Menggunakan verbal reflek dari proses piker yang berorientasi pada realita.
2. Pasien dapat mem- pertahankan aktivitas sehari-hari yang mampu dilakukan olehnya. - Kaji tingkat kecemasan gunakan strategi mengendalikan kecemasan level yang dapat ditoleransi.
- Datangi klien dengan tenang dan tidak berangan-angan.



- Tunjukkan bahwa anda menerima keyakinan klien yang salah sementara itu biarkan pasien tahu bahwa anda tidak mendukung keyakinan tersebut
- Jangan mambantah atau menyangkal keyakinan klien gunakan teknik keraguan yang beralasan sebagai teknik terapeutik.
- Bantu klien menghubungkan keyakinan yang salah tersebut dan peningkatan ansietas yang dirasakan.
- Fokus dan kuatkan pada realita, kurangi ingatan tentang pikiran irasional.
- Bantu dan dukung dalam usaha untuk mengungkapkan secara verbal perasaan ansietas, takut atau tidak aman.
berespon terhadap pikiran-pikiran deksi bila pikiran tersebut muncul. - Kecemasan dapat ditularkan dan klien pkikosis sangat sensitive terhadap rangsang eksternal.

- Kunjungan yang tenang membantu untuk memulihkan persepsi sensori klien dapat menghambat gangguan proses dan persepsi.
- Penting untuk dikomunikasikan kepada klien bahwa perawat tidak menerima delusi sebagai realita.



- Membantah keyakinan klien tidak akan bermanfaat apa-apa tidak dapat dikurangi dengan pendekatan ini, dan mungkin akan menghalangi perkembangan hibungan saling percaya.
- Jika klien dapat belajar untuk menghentikan ansietas yang meningkatnya pikiran wahamnya mungkin dapat dicegah.

- Diskusikan yang berfokus padaidde-ide yang salah.


- Ungakapan perasaan secara verbal dalam lingkungan yang tidak mengancam akan menolong klien untuk mengungkapkan perasaannya yang mungkin sudah terpendam sejak lama.





Nama
Diagnosa Keperawatan Perencanaan Rasional
No Hari/Tgl Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Keperawatan
3. Isolasi social b.d perkembangan ego yang lemah,waham sukar berinteraksi dengan orang lain pada masa lampau. Tujuan jangka pendek : .
- Pasien siap masuk dalam terapi aktivitas ditemani oleh seorang perawat yang dipercayainya dalam satu minggu.
Tujuan jangka panjang :
.- Pasien dapat secara sukarela meluangkan waktu bersama pasien lain dan perawat dalam aktivitas kelompok diunit rawat hidup.
KH :
1. Klien dapat mendemontrasikan kecanggihan dari hasrat untuk bersosialisasi dengan orang lain.
2. Klien dapat mengikuti aktifitas kelompok tanpa disuruh.
3. Pasien melakukan pendekatan interaksi satu-satu dengan orang lain dengan cara yang sesuai / dapat diterima. - Atur setiap hari untuk menyusun rencana waktu untuk berinteraksi dan beraktivitas dengan klien.

- Identifikasi factor signifikan support individu klien dan mendorong mereka untuk berinteraksi dengan klien, percakapan ditelepon, beraktifitas dan mengunjunginya.
- Bantu klien membedakan antara isolasi sosiol dan hasrat untuk mandiri.
- Bantu klien menemukan klien lain untuk sosialisasi dengan orang yang memiliki kesukaan yng sama.
- Perlihatkan sikap menerima dengan cara melakukan kontak yang sering tapi singkat.

- Perlihatkan penguatan positif pada klien.
- Temani klien untuk memperlihatkan dukungan selama aktifitas kelompok yang mungkin merupakan hal yang menakutkan atau sukar untuk pasien.
- Jujur dan menepati janji - Struktur menolong klien mengatur waktu untuk berinteraksi dengan yang lain dan mengatekan bahwa partisipasi klien diharapkan dan anggota yang berguna dalam komunitas.
- Jaringan pendukung yang kuat menambah kontak social klien, mempertinggi kemampuan social, meningkatkan harga diri dan memfalitasi hubungan yang positif.


- Klien kadang memilih untuk menyendiri diwaktu yang tepat dan seharusnya diberi kesempatan untuk itu.
- Berbagi kesukaan yang sama meningkatkan kenyamanan bersosialisasi apalagi dilakukan berulang kali.

- Sikap menerima dari orang lain akan meningkatkan harga diri klien dan memfasilitasi rasa percaya pada orang lain.
- Hal ini akan membuat pasien merasa berguna.
- Kehadiran seseorang yang dioercayai akan memberikan rasa aman pada klien.





- Kejujuran dan rasa membutuhkan menimbulkan suatu hubungan saling percaya.







Nama
Diagnosa Keperawatan Perencanaan Rasional
No Hari/Tgl Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Keperawatan
4. Koping individu tidak efektif b.d disfungsi system keluarga berfokus pada ansietas. Tujuan jangka pendek:
- Pasien akan mengembangkan rasa percaya kepada perawat dalam 1 minggu.
Tujuan jangka panjang:
- Pasien dapat mandemonstrasikan lebih banyak penggunaan keterampilan koping adaptif yang dibuktikan oleh adanya kesesuaian antara interaksi dan keinginan untuk berpartisipasi dalam masyarakat.
KH:
- Pasien dapat menilai situasi secara realistis dan tidak melakukan tindakan projeksi perasaan dalam lingkungan tersebut.
- Pasien dapat mengakui dan mengklarifikasi kemungkinan salah interpretasi terhadap perilaku dan perkataan orang lain.
- Pasien makan makanan dari piring rumah sakit dan minum obat tanpa memperlihatkan rasa tak percaya.
- Pasien dapat berinteraksi secara tepat/sesuai dari kooperatif dengan perawat dan rekan-rekannya. - Dorong perawat yang sama untuk bekerja sama dengan pasien sebanyak mungkin.
- Hindari kontak fisik.




- Hindari tertawa, berbisik-bisik atau berbicara pelan didekat pasien sehingga pasien dapat melihat namun tidak mendengar apa yang didengarkan.
- Jujur dan selalu tepati janji


- Kemungkinan besar dibutuhkan pendekatan yang kreatif untuk mendukung masukan makanan.

- Periksa mulut pasien setelah minum obat.



- Jangan berikan kegiatan yang bersifat kompetitif kegiatan yang mendukung adanya hubungan interpersonal dengan perawat atau terapis adalah kegiatan yang terbaik.
- Motivasi untuk mengatakan perasaan yang sebenarnya. Perawat harus menghindari sikap penolakan terhadap perasaan marah yang ditujukan pasien langsung kepada diri perawat.
- Sikap asertif, sesuai kenyataan, pendekatan yang bersahabat akan menjadi hal yang baik mengancam pasien yang curiga. - Untuk memudahkan perkembangan hubungan saling percaya.

- Pasien yang curiga mungkin mengartikan sentuhan sebagai bahasa tubuh yang mengisyaratkan ancaman.
- Pasien seringkali curiga yakin bahwa orang lain sedang membicarakan dirinya dan sikap yang serba rahasia akan mendukung munculnya rasa curiga.

- Rasa kejujuran membutuhkan orang lain mendukung munculnya suatu hubungan saling percaya.
- Pasien curiga pasti yakin bahwa mereka akan diracuni sehingga pasien menolak makanan yang disiapkan oleh seseorang dalam piringnya.
- Untuk meyakinkan bahwa pasien telah minum obatnya dan tidak mencoba membuang pil-pilnya tersebut.
-Kegiatan kompetitif merupakan kegiatan yang sangat menagncam pasien-pasien curiga.





- Mengungkapkan perasaan secara verbal dalam suatu lingkungan yang tidak mengancam akan menolong pasien untuk sampai kepada saat tertentu dimana pasien dapat mencurahkan perasaan yang telah lama terpendam.


- Pasien curiga tidak memiliki kemampuan untuk berhubungan dengan sikap yang bersahabat atau yang ceria sekali.




Nama
Diagnosa Keperawatan Perencanaan Rasional
No Hari/Tgl Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Keperawatan
5. Resiko tiggi terhadap kekerasan pada diri sendiri dan orang lain b.d pikiran delusional, intruksi dan halusinasi. Tujuan jangka pendek:
- Klien dapat mengenal tanda-tanda peningkatan ansietas dan kegelisahan dalam waktu 2 minggu dan melaporkan kepada perawat agar dapat diberikan intervensi sesuai kebutuhan.
Tujuan jangka panjang:
- Klien tidak membahayakan dirinya dan orang lain selama di rumah sakit.
KH:
- Ansietas dipertahankan pada tingkat saat klien tidak menjadi agresif.
- Klien memperlihatkan rasa percaya kepada orang lain disekitarnya.
- Klien mempertahankan orientasi realitasnya.
- Pertahankan lingkungan dengan stimulus tingkat rendah.
- Observasi secara ketat perilaku klien
(setiap 15 menit).


- Singkirkan semua benda yang membahayakan klien dan lingkungan klien.
- Bimbing klien untuk menyalurkan perilaku merusak diri kepada kegiatan fisik untuk menurunkan ansietas klien.
- Perawat mempertahankan sikap dan perilaku yang tenang diharapkan klien.
- Memiliki cukup staf yang kuat secara fisik yang dapat membantu mengamankan klien jika dibutuhkan.
- Beri obat-obatan tranquilizer sesuai program terapi pengobatan. Pantau keefektifan obat dan efek sampingnya.
- Jika pasien belum dapat tenang gunakan alat-alat pembatasan gerak( fiksasi) jika diperlukan.
- Obsevasi ketat klien dalam masa fiksasi (15 menit).
- Begitu kegelisahan klien menurun kaji kesiapan klien untuk dilepaskan dari fiksasi.





- Tingkat ansietas akan meningkatkan dalam lingkungan yang penuh dengan stimulus.
- Intervensi yang tepat dapat segera diberikan dan untuk selalu memastikan bahwa klien berada dalam keadaan aman.
- Ada kemungkinan klien akan melakukan hal-hal yang membahayakan dengan alat-alat tersebut ketika gelasah.
- Latihan fisik adalah cara yang aman dan efektif untuk menghilangkan ketegangan yang terpendam.


- Ansietas menular dan dapat ditransfer dari perawat kepad klien.


- Untuk mengontrol situasi dan memberi keamanan fisik kepada perawat.


- Pencapaian batasan alternatif yang paling sedikit harus diseleksi ketika merencanakan intervensi untuk psiatri.

- Untuk meminimalkan mobilisasi klien dan menjaga keamanan klien dan perawat.


- Keamanan klien merupakan prioritas keperwatan.

- Untuk meminimalkan resiko kecelakaan bagi klien dan perawat.



VII. Penutup dan Kesimpulan
 Skizofrenia adalah sebuah gejala gangguan yang melibatkan karakteristik gejala-gejala psikotik (delusi, halusinasi, gangguan mood, gangguan alam pikiran) dan penurunan level seseorang dalam memfungsikan area-area hidupnya.
 Etiologi skizofrenia
a. Factor boilogis meliputi :
- factor herediter
- factor biokimiawi
- factor faal saraf
- factor anatomi saraf
b. Faktor psikoanalisis
 Tanda-tanda gejala skizofrenia
a. gejala primer
- gangguan proses pikiran (bentuk, langkah, isi pikir)
- ganggguan afek dan emosi
- gangguan kemauan
- gangguan psikomotor
b. gangguan waham sekunder
- wahan
-halusinasi
Tanda dan gejala khusus pada skizpfrenia paranoid adalah :
a. curiga yang ekstrim pada orang lain
b. waham kejar atau kebesaran
c. halusinasi ( pendengaran dan /penglihatan )




DAFTAR PUSTAKA

Kakhire. M. Fortinasih, Patricia. 1995. Psychiatric Nursing Care Plans. Misouri USA. Von Hoffman Inc.
Stuart, Gall. W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Townsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiarti. Jakarta : EGC
Townsend, Mary C. 2005. Essential of Psychiatric Mental Heart Nursing. Philadelpia, New York : F. A. Davis Company
Wiromihardjo, Sutardjo A.2005. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung : PT. Refika Aditama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar