Selasa, 16 Juni 2009


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
2009


Hasil penelitian menyebutkan bahwa lebih dari 90% gangguan seksual disebabkan oleh factor psikologis / psikoseksual ( Naek L tobing, Masalah Kesehatan Seksual pada Usila. Departemen Kesehatan Jiwa dan Departemen Saraf, RSPAD Gatot Subroto Jakarta, 1986 ).
Walaupun pengaruh psikologis cukup besar, tern‘yata pengaruh factor fisik semakin tinggi pada lansia. Semakin tua usia seseorang, penyebab fisik dapat lebih besar daripada penyebab psikologis.

Pengaruh Umum Penuaan Fungsi Seksual Pria
Secara umum, pengaruh penuaan fungsi seksual pada pria meliputi hal-hal berikut :
1. Terjadi penurunan sirkulasi testosteron, tetapi jarang menyebabkan gangguan fungsi seksual pada lansia yang sehat
2. Ereksi penis memerlukan waktu lebih lama dan mungkin tidak sekeras sebelumnya. Perangsangan langsung pada penis sering kali diperlukan.
3. Ukuran testis tidak bertambah, elevasinya lambat, dan cenderung menurun
4. Kelejar penis tampak menurun
5. Kontrol ejakulasi meningkat. Ejakulasi mungkin terjadi setiap tiga episode seksual. Penurunan fungsi ejakulasi sulit untuk disembuhkan.
6. Dorongan seksual jarang terjadi pada pria di atas 50 tahun.
7. Tingkat orgasme menurun atau hilang
8. Kekuatan ejakulasi menurun sehingga orgasme kurang semangat
9. Ejakulasi selama orgasme terdiri dari satu atau dua kontraksi pengeluaran, sedangkan pada pria yang lebih muda dapat terjadi empat kontraksi besar dan diikuti kontraksi kecil sampai beberapa detik.
10. Ejakulasi pengeluaran tanpa kekuatan penuh dan mengandung sedikit sel sperma. Meskipun tingkat kesuburan menurun, tidak berarti lansia menjadi mandul.
11. Penurunan tonus otot menyebabkan spasme pada organ genital eksterna yang tidak biasa. Frekuensi kontraksi sfingter ani selama orgasme menurun.
12. Setelah ejakulasi, penurunan ereksi dan testis lebih cepat terjadi.
13. Kemampuan ereksi setelah ejakulasi semakin panjang, pada umumnya dua belas sampai empat puluh delapan jam setelah ejakulasi. Ini berbeda pada orang muda yang hanya membutuhkan beberapa menit saja.
14. Pada klimaks, hubungan seksual masih memberikan kepuasan yang kuat.


Pengaruh Umum Penuaan Fungsi Seksual Wanita
Secara umum pengaruh penuaan fungsi seksual wanita sering dihubungkan dengan penurunan hormon, seperti berikut ini.
1. Lubrikasi vagina memerlukan waktu yang lebih lama
2. Pengembangan daging vagina berkurang pada panjang dan lebarnya
3. Dinding vagina menjadi lebih tipis dan mudah teriritasi.
4. Selama hubungan seksual dapat terjadi iritasi pada kandung kemih dan uretra.
5. Sekresi vagina berkurang keasamannya, meningkatnkan kemungkinan terjadinya ifeksi.
6. Penurunan elevasi uterus.
7. Atrofi labia mayora dan ukuran klitoris menurun.
8. Fase orgasme lebih pendek.
9. Fase resolusi muncul lebih cepat.
10. Kemampuan multiple orgasme masih baik.

Aktivitas seksual mungkin terbatas karena ketidakmampuan spesifik, tetapi dorongan seksual, ekspresi cinta, dan perhatian tidak mengalami penurunan yang sama. Daripada penurunan fungsi seksual diasumsikan dengan sakit, lebih baik perhatian difokuskan pada sesuatu yang masih mungkin dilakukan. Pengaruh psikososial dari ketidakmampuan pada umumnya mempunyai pengaruh yang lebih negatif pada fungsi seksual daripada gangguan fisik akibat ketidakmampuan itu sendiri. Mengembangkan kepercayaan diri dan membentuk ekspresi seksual yang baru dapat banyak membantu pada lansia yang mengalami ketidakmampuan seksual.
Artritis dengan deformitas pada sendi, memungkinkan terjadinya kontraktur dan nyeri, kanker dengan nyeri dan komplikasi operasi, kemoterapi dan radiasi, gangguan neuromuscular yang menyebabkan atrofi otot, tonus yang tidak normal, dan gerakan yang tidak normal dapat menyebabkan lansia marasa kurang menarik dan tidak mempunyai daya tarik seksual. Perasaan negatif ini menghambat pengembangan emosi dan fisik. Beberapa penyakit dihubungkan dengan penurunan daya tahan atau nyeri dapat menyebabkan gangguan seksual dan aktivitas. Penyakit kronis menyebabkan ketakutan dan menghalangi dorongan aktivitas seksual. Ketakutan dan persepsi negatif ini harus diatasi sehingga lansia dapat menikmati kehidupan / hubungan seksualnya.
Pada beberapa lansia, kunci untuk mempertahankan kemampuan seksual secara penuh adalah kemampuan untuk mengubahpola lama ke pola baru yang lebih baik. Hubungan seksual tradisional,artinya posisi laki-laki diatas mungkin sangat memuaskan orang pada saat masih muda. Akan tetapi, penelitian terakhir menunjukkan bahwa variasi posisi ternyata lebih memuaskan atau minimal dapat dinikmati.

SIKAP dan POSISI HUBUNGAN SEKSUAL

Sikap dan posisi hubungan seksual yang dapat meningkatkan partisipasi seksual pada lansia adalah sebagai berikut :
1. Memahami perubahan normal yang berhubungan dengan lansia
2. Meningkatkan komunikasi pada masalah non-seksual sama baiknya dengan komunikasi seksual
3. Menikmati setiap kejadian. Jangan terburu-buru, kurangi ketakutan
4. Menggunakan posisi seprti miring, atau duduk yang tidak terlalu banyak menumpu dalam kontraksi otot lengan secara isometric
5. Gunakan posisi yang tidak menekan sendi, tengkurap yang menimbulakn nyeri atau strain otot
6. Gunakan latihan kegel untuk meningkatkan tonus otot dan kontraksi vagina selama aktifitas seksual.
7. Lakukan stimulasi oral genital
8. Stimulasi organ genital secara manual
9. Gunakan vibrator sendiri atau dengan pasangan
10. Lakukan masturbasi sendiri atau dengan pasangan
11. Konsultasikan dengan dokter apabila ada masalah impotensi
12. Gunakan teknik stuffing, yaitu masukkan penis ke vagina sebelum ereksi penuh tercapai. Penis biasanya akan menjadi lebih keras/tegang sebagai hasil stimulasi selama berada dalam vagina
13. Coba nikmati sentuhan dan masase. Gunakan krim atau minyak untuk lebih menyenangkan. Saling memberikan perhatian dalam hubungan seksual dapat memebrikan kenikmatan pada lansia pria maupun wanita dan dapat mengurangi ketakutan pada pria.
14. Gunakan pelumas, seperti K-jelly selama hubungan seksual atau masturbasi
15. Lakukan pelukan, ciuman, usapan, rayuan, canda
16. Lakukan gaya hidup sehat, yaitu cukup istirahat, olah raga secukupnya, jangan merokok serta jangan makan dan minum berlebihan
17. Ciptakan suasan yang romantis (lampu, pakaian, bunga, lokasi, musik, perjalanan dan pujian)
18. Perhatikan kebersihan diri (mandi, mencukur rambut, kuku, kumis, gigi dan lain-lain) dan penampilan diri agar pasangan tertarik.





BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Penyakit tulang dan patah tulang merupakan salah satu dari sindrom geriatric, dalam arti insidens dan akibatnya pada usia lanjut yang cukup significant.
Dengan bertambahnya usia terdapat peningkatan hilang tulang secara linear. Hilang tulang ini lebih nyata pada wanita disbanding pria. Tingkat hilang tulang ini sekitar 0,5 – 1% per tahun dari berat tulang pada wanita pasca menopause dan pada pria > 80 tahun. Hilang tulang ini lebih mengenai bagian trabekula disbanding bagian korteks, dan pada pemeriksaan histologik wanita dengan osteoporosis spinal pasca menopause tinggal mempunyai tulang trabekula < 14% (nilai normal pada lansia 14 – 24% ) (Peck, 1989).
Sepanjang hidup tulang mengalami perusakan (dilaksanakan oleh sel osteoklas) dan pembentukan (dilakukan oleh sel osteoblas) yang berjalan bersama-sama, sehingga tulang dapat membentuk modelnya seseuai dengan pertumbuhan badan (proses remodelling)> Oleh karena itu dapat dimengerti bahwa proses remodelling ini akan sangat cepat pada usia remaja (growth spurt). Terdapat berbagai factor yang mempengaruhi pembentukan dan pengrusakan oleh kedua jenis sel tersebut. Apabila hasil akhir perusakan (resorbsi/destruksi) lebih besar dari pembentukan (formasi) maka akan timbul osteoporosis.
Kondisi ini tentu saja sangat mencemaskan siapapun yang peduli, hal ini terjadi karena ketidaktahuan pasien terhadap osteoporosis dan akibatnya. Beberapa hambatan dalam penanggulangan dan pencegahan osteoporosis antara lain karena kurang pengetahuan, kurangnya fasilitas pengobatan, factor nutrisi yang disediakan, serta hambatan-hambatan keuangan. Sehingga diperluan kerja sama yang baik antara lembaga-lembaga kesehatan, dokter dan pasien. Pengertian yang salah tentang perawatan osteoporosis sering terjadi karena kurangnya pengetahuan.
Peran dari petugas kesehatan dalam hal ini adalah dokter dan perawat sangatlah mutlak untuk dilaksanakan. Karena dengan perannya akan membantu dalam mengatasi peningkatan angka prevalensi dari osteoporosis. Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan berperan dalam upaya pendidikan dengan memberikan penyuluhan tentang pengertian osteoporosis, penyebab dan gejala osteoporosis serta pengelolaan osteoporosis. Berperan juga dalam meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan serta peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik pasien serta keluarganya dalam melaksanakan pengobatan osteoporosis. Peran yang terakhir adalah peningkatan kerja sama dan system rujukan antar berbagai tingkat fasilitas pelayanan kesehatan, hal ini akan memberi nilai posistif dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
II. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah :
1. Tujuan Umum :
Untuk megetahui gambaran secara nyata dan lebih mendalam tentang pemberian asuhan keperawatan pada kelayan dengan osteoporosis di panti werha
2. Tujuan Khusus :
a. Untuk mengaplikasi teori dan konsep asuhan keperawatan khususnya pada lansia denan osteoporosis
b. Untuk mengetahui hambatan dan perMassalahan yang timbul dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada lansia dengan osteoporosis.
c. Mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, kreatifitas penulis berdasarkan teori dan praktik klinik keperawatan di panti werdha Weing Wardoyo Ungaran
III. Proses Pembuatan Makalah
Penulisan makalah pada studi kasus menggunakan metode deskriptif yaitu menggambarakan Massalah-Massalah yang terjadi dan didapat pada saat melaksanakan asuhan keperawatan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :
a. Wawancara
Yaitu melakukan Tanya jawab langsung kepada klien dan keluarga, perawat, dokter serta tim kesehatan lainnya
b. Observasi partisipatif aktif
Yaitu mengadakan pengawasan langsung terhadap kelayan serta melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan perMassalahan yang dihadapi
c. Studi Kepustakaan
Yaitu mempelajari literature-literatur yang berhubungan dengan ekspresi menarik diri
d. Studi Dokumentasi
Yaitu pengumpulan data dengan mempelajari catatan medik dan hasil pemeriksaan yang ada

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Adalah suatu keadaan pengurangan jaringan tulang per unit volume, sehingga tidak mampu melindungi atau mencegah terjadinya fraktur terhadap trauma minimal. Secara histopatologis osteoporosis ditandai oleh berkurangnya ketebalan korteks disertai dengan berkurangnya jumlah maupun ukuran trabekula tulang.
Penurunan Massa tulang ini sebagai akibat dari berkurangnya pembentukan, meningkatnya perusakan (destruksi) atau kombinasi dari keduanya (Hadi-Martono, 1996).
Menurut pembagiannya dapat dibedakan atas : (Peck, 1989 ; Chestnut, 1989) :
*) Osteoporosis Primer yang terjadi bukan sebagai akibat penyakit yang lain, yang dibedakan lagi atas :
- Osteoporosis tipe I (pasca menopause), yang kehilangan tulang terutama dibagian trabekula
- Osteoporosis tipe II (senilis), terutama kehilangan Massa tulang daerah korteks
- Osteoporosis idiopatik yang terjadi pada usia muda denganpenyebab yang tidak diketahui
*) Osteoporosis sekunder, yang terjadi pada /akibat penyakit lain, antara lain hiperparatiroid, gagal ginjal kronis, arthritis rematoid dan lain-lain.
B. ETIOLOGI
1. Determinan Massa Tulang
Massa tulang maksimal pada usia dewasa ditentukan oleh berbagai factor antara lain :
 Faktor genetic
Perbedaan genetic mempunyai pengaruh terhadap kepadatan tulang
 Faktor mekanik
Beban mekanik berpengaruh terhadap massa tulang, bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya massa tulang. Ada hubungan langsung dan nyata antara massa otot dan massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan respon terhadap kerja mekanik. Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang yang besar
 Faktor makanan dan hormon
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetic yang bersangkutan
2. Determinan pengurangan Massa Tulang
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penurunan massa tulang pada usia lanjut yang dapat mengakibatkan fraktur osteoporosis pada dasarnya sama seperti pada factor-faktor yang mempengaruhi massa tulang.
 Faktor genetic
Factor genetic berpengaruh terhadap resiko terjadinya fraktur. Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat resiko fraktur dari seseorang denfan tulang yang besar.

 Factor mekanis
Pada umumnya aktifitas fisik akan menurun dengan bertambahnya usia dan karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanik, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.
 Faktor lain
- Kalsium
Kalsium merupakan nutrisi yang penting, dengan masukan kalsium yang rendah dan absorbsinya tidak baik akan mengakibatkan keseimbangan kalsium yang negatif begitu sebaliknya.
- Protein
Parotein yang berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan keseimbangan kalsium yang negatif
- Estrogen
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium, karena menurunnya efisiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium diginjal.
- Rokok dan kopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh rokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.
- Alkohol
Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan kalsium yang rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang pasti belum diketahui.

C. PATOFISIOLOGI
Remodeling tulang normal pada orang dewasa akan meningkatkan massa tulang sampai sekitar usia 35 tahun. Genetik, nutrisi, gaya hidpu (merokok, minum kopi), dan aktifitas fisik mempengaruhi puncak massa tulang. Kehilangan karena usia mulai segera setelah tercapai puncaknya massa tulang. Menghilangnya estrogen pada saat menopause mengakibatkan percepatan resorbsi tulang dan berlangsung terus selama tahun-tahun pasca menopause.
Faktor nutrisi mempengaruhi pertumbuhan osteoporosis. Vitamin D penting untuk absorbsi kalsium dan untuk mineralisasi tulang normal. Diet mengandung kalsium dan vitamin D harus mencukupi untuk mempertahankan remodelling tulang dan fungsi tubuh. Asupan kalsium dan vitamin D yang tidak mencukupi selama bertahun-tahun mengakibatkan pengurangan massa tulang dan pertumbuhan osteoporosis.
D. TANDA DAN GEJALA
 Nyeri dengan atau tanpa adanya fraktur yang nyata
 Nyeri timbul secara mendadadak
 Nyeri dirasakan ringan pada pagi hari (bangun tidur)
 Nyeri akan bertambah karena melakukan aktifitas atau pekerjaan sehari-hari atau karena pergerakan yang salah
 Rasa sakit karena oleh adanya fraktur pada anggota gerak
 Rasa sakit karena adanya kompresi fraktur paa vertebra
 Rasa sakit hebat yang terlokalisasi pada daerah vertebra
 Rasa sakit akan berkurang apabila pasien istirahat di tempat tidur
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Osteoporosis teridentifikasi pada pemeriksaan sinar-x rutin bila sudah terjadi demineralisasi 25% sampai 40%. Tampak radiolusesnsi tulang. Ketika vertebra kolaps, vertebra torakalis menjadi berbentuk baji dan vertebra lumbalis menjadi bikonkaf.
Pemeriksaan laboratorium (missal kalsium serum, fosfat, serum, fosfatase alkalu, ekskresi kalsium urine, ekskresi hidroksi prolin urine, hematokrit, laju endap darah), dan sinar-x dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis medis lain (missal ; osteomalasia, hiperparatiroidisme, dlll) yang juga menyumbang terjadinya kehilangan tulang.
Absorbsiometri foton-tunggal dapat digunakan untuk memantau massa tulang pada tulang kortikal pada sendi pergelangan tangan. Absorpsiometri dual-foton, dual energy x-ray absorpsiometry (DEXA) , dan CT mampu memberikan informasi menganai massa tulang pada tulang belakang dan panggul. Sangat berguna untuk mengidentifikasi tulang osteoporosis dan mengkaji respon terhadap terapi.
F. PENATALAKSANAAN
Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi dan seimbang sepanjang hidup, dengan peningkatan asupan kalsium paa permulaan umur pertengahan, dapat melindungi terhadap demineralisasi skeletal.
Pada menopause, terapi penggantian hormon dengan estrogen dan progesterone dapat diresepkan untuk memperlambat kehilangan tulang dan mencegah terjadinya patah tulang yang diakibatkannya.
Obat-obat yang lain yang dapat diresepkan untuk menanngani osteoporosis termasuk kalsitonin, natrium florida, dan natrium etidronat. Kalsitonin secara primer menekan kehilangan tulang dan diberikan secara injeksi subkutan atau intramuskular. Efek samping (missal : gangguan gastrointestinal, aliran panas, frekuensi urin), biasanya ringan dan hanya kadang-kadang dialami. Natrium florida memperbaiki aktifitas osteoblastik dan pembentukan tulang.
G. PENGKAJIAN
Promosi kesehatan, identifikasi individu dengan resiko mengalami osteoporosis, dan penemuan masalah yang berhubungan dengan osteoporosis membentuk dasar bagi pengkajian keperawatan. Wawancara meliputu pertanyaan mengenai terjadinya osteoporosis dalam keluarga, fraktur sebelumnya, konsumsi kalsium diet harian, pola latihan, awitan menopause, dan penggunaan kortikosteroid selain asupan alcohol, rokok dan kafein. Setiap gejala yang dialami pasien, seperti nyeri pingggang, konstipasi atau gangguan citra diri, harus digali.
Pemeriksaan fisik kadang menemukan adanya patah tulang, kifosis vertebra torakalis atau pemendekan tinggi badan. Masalah mobilitas dan pernafasan dapat terjadi akibat perubahan postur dan kelemahan otot. Konstipasi dapat terjadi akibat inaktifitas.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG DAPAT MUNCUL
 Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi
 Nyeri b.d spasme otot, fraktur
 Konstipasi b.d imobilitas atau terjadi ileus
 Resiko terhadap cidera : farktur b.d osteoporosis
I. INTERVENSI KEPERAWATAN
Memahami Osteoporosis dan Program Tindakan. Pengajaran kepada kelayan dipusatkan pada factor yang mempengaruhi terjadinya osteoporosis, intervensi untuk menghentikan atau memperlambat proses, dan upaya mengurangi gejala. Diet atau suplemen kalsium yang memadai, latihan pembebaban berat badan teratur, dan memodifikasi gaya hidup, bila perlu. Latihan dan aktifitas fisik merupakan kunci utama untuk menumbuhkan tulang dengan kepadatan tinggi yang tahan terhadap terjadinya osteoporosis. Ditekankan pada lansia harus tetap membutuhkan kalsium, vitamin D, sinar matahari, dan latihan yang memadai untuk meminimalkan efek osteoporosis
Meredakan Nyeri. Peradaan nyeri pinggang dapat dilakukan dengan istirahat di tempat tidur dengan posisi telentang atau miring kesamping selama beberapa hari. Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot. Kompres panas intermiten dan pijatan punggung memperbaiki relaksasi otot.
Memperbaiki pengosongan usus. Konstipasi merupakan masalah yang berkaitan dengan imobilitas, pengobatan dan lansia. Pemberian awal diit tinggi serat, tambahan cairan, dan penggunaan pelunak tinja sesuai ketentuan dapat membantu meminimalkan konstipasi.
Mencegah cidera. Aktifitas fisik sangat penting untuk memperkuat otot, mencegah atrofi dan memperlambat demineralisasi tulang progresif. Latihan isometric dapat digunakan untuk memperkuat otot batang tubuh.
J. EVALUASI
1. Mendapatkan pengetahuan mengenai osteoporosis dan program penanganannya.
a. Menyebutkan hubungan asupan kalsium dan latihan terhadap massa tulang
b. Mengkonsumsi kalsium diet dengan jumlah yang mencukupi
c. Meningkatkan tingkat latihan
d. Menggunakan terapi hormon yang direspkan
2. Mendapatkan peredaan nyeri
a. Mengalami redanya nyeri saat beristirahat
b. Mengalami ketidaknyamanan minimal selama aktifitas kehidupan sehari-hari
c. Menunjukkan berkurangnya nyeri tekan pada tempat fraktur
3. Menunjukkan pengosongan usus yang normal
a. Bising usus aktif
b. Gerakan usus teratur
4. Tidak mengalami fraktur baru
a. Mempertahankan postur yang bagus
b. Mempergunakan mekanika tubuh yang baik
c. Mengkonsumsi diet seimbang tinggi kalsium dan vitamin D
d. Rajin menjalankan latihan pembebanan berat badan (jalan-jalan setiap hari)
e. Istirahat dengan berbaring

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000
Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 3, Jakarta, EGC, 2002
R. Boedhi Darmojo, Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), Jakarta, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999



ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.T
DENGAN OSTEOPOROSIS
DI PANTI WERDHA “ WENING WARDHOYO “ SEMARANG

I. IDENTITAS
Nama : Ny. S
Umur : 77 th
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Panti werdha Wening Wardhoyo Ungaran
No. CM :
Orang terdekat : Anak adik ipar
Alamat orang terdekat : Brumbungan-Seamarang
Tanggal pengkajian : 16 Agustus 2004

II. RIWAYAT KELUARGA
Kelayan dalam kehidupan berkeluarga menikah dua kali, suami yang pertama meninggal setelah 1 tahun menikah dan memiliki satu anak tetapi anaknya juga meningga saat usia 1 bulan karena panas dan kejang. Dua tahun kemudian menikah kembali tetapi tidak mempunyai anak. Karena tidak ada kecocokan maka kelayan cerai setelah menikah selama 8 tahun. Kemudian sampai sekarang tidak menikah lagi. Kelayan tinggal di Panti Werdha sekitar 12 tahun yang lalu.
Silsilah keluarga

Keterangan :

: laki-laki

: wanita
: cerai

: meninggal

: kelayan


III. RIWAYAT PEKERJAAN
Status pekerjaan saat ini adalah tidak bekerja dan merupakan salah satu penghuni Panti Werdha Wening Werdhoyo. Untuk aktivitas sehari-hari mengikuti kegiatan yang ada di panti. Pekerjaan kelayan sebelumnya adalah tukang cuci dan seterika dan sumber pendapatan adalah selain dari penderita juga dari suaminya akan tetapi karena merasa tidak diperhatikan suami dan suami kurang bisa menggunakan uang sehingga kebutuhan keluarga kurang tercukupi. Kelayan mengatakan kalau uang hasil jerihpayahnya digunakan untuk main kartu oleh suaminya



IV. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP
Kelayan tinggal di Panti Werdha “ Wening Wardoyo “ di wisma Palupi yang berpenghuni 7 orang dimana Ny S sekamar dengan Ny T. untuk jumlah kamar yang ada 4 buah, tetangga terdekat yaitu Ny.K . Suasana di wisma seperti layaknya disebuah masyarakat dimana kamar merupakan rumah dan harus dijaga untuk privasi dan keamanannya. Setiap penghuni kamar yang meninggalkan tempat selalu menutup kamar masing-masing dan menitipkan pada tetangga yang ada.

V. RIWAYAT REKREASI
Kelayan mengatakan tidak mempunyai hobi dan kemampuan apa-apa kecuali sebagai tukang cuci karena tidak sekolah. Saat ini kelayan merupakan anggota penghuni panti wisma Palupi dimana didalamnya merupakan suatu kumpulan sesama manula dengan pembagian kamar-kamar seperti layaknya di masyarakat dan terdapat juga susunan pengurus didalamnya, sedangkan penderita merupakan anggota baru didalamnya. Pada waktu rekreasi kelayan mengikuti jadwal dari Panti.

VI. SUMBER / SISTEM PENDUKUNG YANG DIGUNAKAN
Untuk pemantauan kesehatan penderita dipantau di poliklinik Panti dimana dalam 1 minggu mengadakan 2 kali pelayanan pada hari Selasa dan Jum’at dimana terdapat dokter geriatric dari RS Dr. Kariadi Semarang. Dan apabila diluar jam pelayanan penderita mengalami sakit maka diperiksakan ke puskesmas terdekat atau jika memerlukan pengobatan lanjut biasanya dirujuk ke RS

VII. DESKRIPSI HARI KHUSUS KEBIASAAN RITUAL WAKTU TIDUR
Kelayan mengalami kesulitan tidur baik pada siang hari atau malam hari. Biasanya kelayan jika istirahat siang hanya tidur-tiduran saja. Sedangkan ritual sebelum tidur tidak ada.

VIII. STATUS KESEHATAN SAAT INI
Status kesehatan umum selama setahun yang lalu yaitu kelayan sering mengeluhkan nyeri pada pinggang dan lutut kaki. Sedangkan untuk kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu kelayan mengatakan sama dengan keluhan setahun yang lalu dan barangkali untuk satu tahun terakhir merupakan kelanjutannya. Untuk keluhan yang sekarang adalah merasa lebih enak tetapi kadang masih masih terasa pegel-pegel. Secara keseluruhan fungsi relatif terhadap kesehatan adalah baik dan hanya perlu dikontrol setiap hari.

Status imunisasi : kelayan mengatakan kalau jaman dulu tidak ada imunisasi sehingga dirinya tidak diimunisasi

Nutrisi : kelayan mengatakan kalau membatasi makanan seperti; bayam, sawi, mlinjo, jerohan karena menganggap makanan ini dapat menyebabkan pegel-pegel di kaki
Kelayan mengatakan kurang mengetahui tentang Osteoporosis yang diderita bahkan tidak tahu apa itu Osteoporosis dan menolak tentang Osteoporosis pada kelayan, karena klien dulu tidak bersekolah.

IX. STATUS KESEHATAN MASA LALU
Kelayan mengatakan kalau jaman kecilnya tidak pernah sakit yang aneh-aneh seperti sekarang paling hanya masuk angin saja dan itupun dikerik badannya sudah sembuh.

X. TINJAUAN SISTEM
1. Umum
Kondisi umum penderita baik, penderita mengatakan kadang sulit tidur dan merasa pusing.
Tanda vital : Pada hari Senin, 16/08/04
TD : Tidur : 150/80 mmHg
Duduk : 150/80 mmHg
Berdiri : 150/80 mmHg
Nadi : 80 x / menit
BB : 55 kg
TB : 148 cm
Hasil pemeriksaan Os. Calcaneus : Score : -3,4 (menunjukkan osteoporosis)
Hasil Pemeriksaan Gula darah : 114

2. Integumen
Pada tubuh kelayan tidak ada lesi dan luka. Untuk rambut sudah mengalami perubahan yaitu memutih dan sedikit. Pada muka sedikit terdapat hitam-hitam akibat pemajanan sinar matahari. Kuku-kuku pasien bersih dan terpotong rapi.

3. Hemopoetik
Kelayan tidak mengalami anemia dapat terlihat dari muka yang segar, konjungtiva tidak putih pucat, kelayan juga tidak mengeluh pusing akibat kurang darah seperti kalau berdiri dari duduk langsung pusing.

4. Kepala
Pemeriksaan kepala kelayan : bentuk kepala mesocephal, rambut memutih tapi belum semua, tipis dan sedikit, tidak ada luka, sedikit berbau, tidak berkutu.

5. Mata
Kondisi mata kelayan sudah mengalami perubahan dalam penglihatan Mata kelayan berwarna putih kemerahan dan kehitaman, kurang jernih dan kadang berair. Kelayan mengatakan pandangan mata sudah kabur jadi kalau melihat sesuatu harus dari dekat.

6. Telinga
Pendengaran kelayan sudah mulai berkurang tetapi tidak terlalu berat. Pada saat wawancara kelayan masih bisa mendengar dengan suara biasa tidak terlalu keras hanya saja harus mendekat. Kelayan mengatakan belum pernah sakit telinga hanya kadang mendenging saja. Untuk kebersihan telinga kelayan cukup terjaga.

7. Hidung dan Sinus
Kelayan mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap udara dingin, hidung keluar air hanya ketika sedang masuk angin ( batuk dan pilek )

8. Mulut dan tenggorok
Kelayan mengatakan tidak mempunyai keluhan pada tenggorokan hanya mengeluhkan kesulitan jika mengunyah makanan karena sudah ompong. Mengalami perubahan suara saat batuk menjadi serak. Kelayan mengatakan jarang menggosok gigi karena giginya sudah mulai ompong.

9. Leher
Kelayan mengatakan saat ini tidak mempunyai masalah dengan lehernya, tetapi dulu pernah beberapa kali merasakan berat di tengkuk, terasa pegel. Kelayan masih bisa menggerakkan leher dengan tidak terbatas. Kelayan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

10. Payudara
Kelayan mengatakan tidak ada masalah dengan payudaranya hanya sekarang sudah mulai kempet/mengecil tidak seperti waktu masih gadis.

11. Pernafasan
Kelayan mengatakan tidak pernah sesak napas hanya batuk saja itupun ketika lagi masuk angin.
Hasil pemeriksaan :
Inspeksi : Dada simetris, tidak terdapat tarikan intercosta
Palpasi : SF kanan dan kiri sama
Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi : SD : bronkhial
ST : Ronkhi (-) Wheezing (-)

12. Kardiovaskuler
Kelayan mengatakan tidak keluhan didadanya, baik nyeri atau sesak napas.
Hasil pemeriksaan :
Inspeksi : IC tak tampak
Palpasi : IC teraba S1V1 2 cm lat MCLS
Perkusi : Konfigurasi bergeser
Auskultasi : HR 70 x / menit regular, SI-II murni, bising/gallop (-)

13. Gastro Intestinal
Kelayan mengatakan tidak ada masalah dengan kondisi perutnya. Setiap habis makan tidak mengluh untuk muntah atau nyeri perut. Kelayan dalam BAB lancar setiap hari sekali pada sore hari. Hasil pemeriksaan : peristaltic dalam batas normal dan tidak ada nyeri tekan

14. Perkemihan
Kelayan mengatakan tidak ada keluhan dengan BAK, hanya saja setiap hari bisa sampai 8 kali untuk BAK . Kelayan tidak mengeluhkan tentang nyeri saat berkemih. Kelayan mengeluh capek untuk bolak-balik kekamar mandi.

15. Genito Reproduksi
Kelayan mengatakan tidak ada masalah, dan untuk kebutuhan seksual sudah tidak membutuhkan lagi. Semenjak suami keduanya menghabiskan uang tidak pernah lagi berhubungan seksual. Kelayan mengalami menopause sejak mempunyai suami yang kedua. Untuk gejala menopause kelayan mengatakan hanya mempunyai rasa malas tetapi selebihnya kelayan sudah lupa.

16. Muskuloskleletal
Kelayan mengatakan kalau kakinya terasa pegel-pegel terutama kaki kanan. Hal ini dirasakan ketika kaki kanannya tidak bisa digunakan untuk berjalan. Sekarang jika berjalan harus pelan-pelan dan jika berdiri dari duduk atau tidur harus berpegangan terlebih dahulu.

17. Sistem syaraf pusat
Kelayan mengatakan tidak pernah merasakan sakit kepala dan tengkuk terasa berat. Rasa pusing hanta muncul bila kelayan sakit gigi.

18. Sistem Endokrin
Kelayan mengatakan masih bisa membedakan antara panas dan dingin, serta masih bisa merasakan. Kelayan tidak mengalami kebiasaan makan yang berlebihan atau minum yang berlebihan hanya BAK sampai 8x sehari





XI. ANALISA DATA

NO DATA MASALAH KEP-AN

1
DS ;
• Status kesehatan umum selama setahun terakhir yaitu kelayan sering merasa pegal pada pinggang dan lutut
• Nyeri bertambah bila untuk berjalan dan beraktifitas
• Kelayan mengalami kesulitan tidur baik pada siang hari atau malam hari

DO :
TD : Tidur : 150/80 mmHg
Duduk : 150/100 mmHg
Berdiri : 150/100 mmHg
Nadi : 80 x / menit
BB : 55 kg
TB : 148 cm
Hasil pemeriksaan Os. Calcaneus :
Score : -3,4 (menunjukkan osteoporosis)

Nyeri b. d spasme otot


2.
DS ;
• Status kesehatan umum selama setahun terakhir yaitu kelayan sering merasa pegal pada pinggang dan lutut
• Nyeri bertambah bila untuk berjalan dan beraktifitas
DO :
Hasil pemeriksaan Os. Calcaneus :
Score : -3,4 (menunjukkan osteoporosis

Resiko terjadi fraktur b.d osteoporosis

3.
DS :
• Kelayan mengatakan kurang mengetahui tentang hipertensi yang diderita bahkan tidak tahu apa itu osteoporosis dan menolak tentang osteoporosis pada kelayan, karena klien dulu tidak bersekolah.

Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan diri


XII. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan spasme otot
2. Resiko terjadi fraktur berhubungan dengan osteoporosis
3. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan diri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar