Senin, 15 Juni 2009

blog askep jiwa


MENARIK DIRI

Menarik diri (withdrawal) adalah suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung ( isolasi diri ). Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain.

Pada klien dengan menarik diri diperlukan rangsangan/stimulus yang adequat untuk memulihkan keadaan yang stabil. Stimulus yang positif dan terus menerus dapat dilakukan oleh perawat. Apabila stimulus tidak dilakukan/diberikan kepada klien tetap menarik diri yang akhirnya dapat mengalami halusinasi, kebersihan diri kurang dan kegiatan hidup se hari –hari kurang adequat.

Menyadari pentingnya stimulus yang adequat tersebut serta melihat kenyataan bahwa selama beberapa hari kami amati banyak kasus kasus dengan menarik diri di ruang Jiwa C , maka kami terdorong untuk menerapkan asuhan keperawatan klien Tn. S dengan masalah utama menarik diri pada kasus Shizoprenia hebifrenik dengan tujuan :

1. Mempelajari kasus menarik diri disesuaikan dengan teori dan konsep yang telah diterima
2. Memberikan asuhan keperawatan pada klien menarik diri dengan pendekatan proses keperawatan
3. Mendesiminasikan asuhan keperawatan klien menarik diri.

Asuhan keperawatan ini kami buat selama kami praktek dari tanggal 2 April sampai dengan tanggal 12 April 2001 di Ruang Jiwa C RSUD DR . SUTOMO SURABAYA

Daftar Masalah Keperawatan
1. Isolasi sosial
2. Harga diri rendah
3. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi dengar
4. Resiko mencederai diri dan orang lain
5. Ketidakefektifan pelaksanaan regimen teraupetik
6. Defisit perawatan diri
7. Kurangnya pengetahuan keluarga dalam perawatan klien














POHON MASALAH

Resiko mencederai diri
Dan orang lain

Penatalaksanana regimen
Defisit perawatan diri Teraupetik inefektif

Perubahan persepsi sensori :
Halusinasi lihat dengar




Kurangnya motivasi dalam Isolasi sosial : Menarik diri Kurang
Perawatan diri pengetahuan keluarga
dalam merawat klien
di rumah

Harga diri rendah



DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
2. Perubahan persepsi sensori : Resiko halusinasi lihat dan dengar berhubungan dengan menarik diri
3. Penatalaksanaan regimen teraupetik inefektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga dalam merawat klien di rumah
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya motivasi dalam perawatan diri



BAB III

TINJAUAN TEORI


A. PROSES TERJADINYA MASALAH KEPERAWATAN

Gangguan hubungan sosial adalah keadaan dimana individu kurang berpartisipasi dalam jumlah berlebihan atau hubungan sosial yang tidak efektif (Rawlins, 1993). Sedangkan definisi dari isolasi sosial adalah keadaan dimana individu/kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatannya dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak.(Carpenito, 1998). Dari dua definisi tersebut terlihat bahwa individu menarik diri mengalami gangguan dan kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.

Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga, yang biasanya dialami klien dengan latar belakang lingkungan yang penuh dengan permasalahan, ketegangan,kekecewaan dan kecemasan.

Menurut Stuart dan Sundeen (1995), faktor predisposisi dari gangguan hubungan sosial adalah : 1) faktor perkembangan dimana setiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan akan menyebabkan seseorang mempunyai masalah respon sosial yang maladaptif. Untuk faktor perkembangan, setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan baik. Bila tugas perkembangan ini tidak dapat dilalui dengan baik maka akan menghambat tahap perkembangan selanjutnya, 2) faktor genetik dimana salah satu faktor yang menunjang adalah adanya respon sosial yang maladaptif dari orang tua atau garis keturunan diatas, 3) faktor komunikasi dalam keluarga dimana masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontributor untuk mengembangkan gangguan tingkah laku. Masalah komunikasi tersebut antara lain sikap bermusuhan , selalu mengkritik, menyalahkan, kurang kehangatan, kurang memperhatikan anak, emosi yang tinggi. Komunikasi dalam keluarga amatlah penting dengan memberikan pujian,adanya tegur sapa dan komunikasi terbuka . Kurangnya stimulasi, kasih sayang dan perhatian dari ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang akan menghambat terbentuknya rasa percaya diri. 4)faktor sosio kultural yaitu norma yang tidak mendukung terhadap pendekatan orang lain atau norma yang salah yang dianut keluarga, seperti anggota keluarga yang gagal diasinglan dari lingkungan sosial.

Perasaan tidak berharga menyebabkan klien makin sulit dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain, akibatnya klien menjadi regresi, mengalami penurunan dalam aktivitas dan kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri. Klien semakin tenggelam dalam pengalaman dan pola tingkah laku masa lalu serta tingkah laku primitif antara lain pembicaraan yang austik dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan sehingga dapat berakibat lanjut terjadinya halusinasi dan gangguan komunikkasi verbal karena klien tidak mau berinteraksi secara verbal dengan orang lain. Halusinasi pada klien dapat menimbulkan resiko mencederai diri dan orang lain apabila halusinasinya menyuruh klien untuk melakukan kekerasan pada diri maupun orang lain dan lingkungan sekitarnya.

Klien dengan harga diri rendah akan membuat dirinya enggan berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Tidak adanya dukungan untuk berinteraksi membuat klien semakin menarik diri dari lingkungannya. Akibat menarik diri, klien akan mengalami halusinasi. Halusinasi pada akhirnya akan menguasai klien, pada tahapan lebih lanjut, sehingga memunculkan resiko kekerasan. Harga diri rendah juga akan menimbulkan koping mekanisme pada klien di mana ia mengkompensasikan perasaannya dengan waham kebesaran untuk mengatasi harga dirinya yang rendah. Waham akan mempengaruhi komunikasi klien dimana setiap berkomunikasi klien selalu terarah pada wahamnya sendiri sehingga terjadi gangguan komunikasi verbal.

Pada kasus Tn. S awal kejadiannya disebabkan karena adanya ancaman dari teman-temannya bahwa klien tidak akan di ajak bergaul dengan teman group musiknya bila tidak mengikuti aturan main, padahal teman-temannya bermaksud bergurau, tapi klien merasa malu. Hal itu terjadi tahun 1995 ketika klien masih duduk di bangku STM kelas II dan klien dirawat di Rumah sakit selama 9 hari. Selanjutnya klien berobat jalan, namun sudah kurang lebih 1,5 tahun klien tidak pernah berobat. Kejadian yang menyebabkan klien MRS yang kedua ini berawal dari keinginan klien dan keluarga agar klien melamar pekerjaan di tempat kerja pamannya yang berada di Banjarmasin , tapi gagal. Akibat kegagalanya ini klien merasa kecewa karena klien berangan angan bila bekerja dapat membantu penghasilan keluarga. Sebagai anak tertua klien merasa harus dapat membantu orangtuanya. Selanjutnya klien merasa tidak berguna, lalu menarik diri dengan menyendiri dalam kamar sambil termenung, tidak mau merawat diri, tidak mau makan, kadang-kadang bicara sendiri atau ngomel-ngomel tanpa sebab jelas. Bila diajak bicara bicaranya ngelantur, tidsk terarah dan terkadang diam tidak mau menjawab, akhirnya terjadi gangguan komunikasi verbal. Dalam kehidupan sehari hari klien tidak mau bergaul dengan tetangga dan tidak pernah bercerita tentang masalah pribadinya.

Masalah klien yang biasa muncul pada klien menarik diri adalah koping individu tidak efektif, koping keluarga tidak efektif, harga diri rendah,isolasi sosial menarik diri, resiko tinggi halusinasi,kerusakan interaksi sosial, intoleransi aktivitas dan defisit perawatan diri ( Depkes 1995 ). Sedangkan masalah keperawatan yang terjadi pada Tn S adalah : Isolasi sosial menerik diri, harga diri rendah, resiko halusinasi, , koping keluarga tidak efektif : penatalaksanaan regimen teraupeutik in efektif, defisit perawatan diri. .

B. TINDAKAN KEPERAWATAN

Dalam menyusun tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan di atas digunakan beberapa sumber antara lain : Carpenito (1998 ) , Stuart dan Sundeen (1995 ).

ISOLASI SOSIAL : Menarik diri
Prinsip tindakan
1. Bina hubungan saling percaya
2. Interaksi sering dan singkat
3. Dengarkan dengan sikap empati
4. Beri umpan balik yang positif
5. Ciptakan suasana yang ramah dan bersahabat
6. Jujur dan menepati semua janji
7. Susun dan tulis daftar kegiatan harian bersama klien sesuai dengan jadwal ruangan, minat serta kemampuan klien
8. Bimbing klien untuk meningkatkan hubungan sosial secara bertahap mulai dari klien-perawat, klien dua orang perawat, klien-dua perawat-dan klien lain, klien dengan kelompok kecil, klien dengan kelompok besar
9. Bimbing klien untuk ikut ambil bagian dalam aktivitas kelompok seperti dalam terapi aktivitas kelompok : sosialisasi
10. Berikan pujian saatklien mampu berinteraksi dengan orang lain
11. Diskusikan dengan keluarga untuk mengaktifkan support system yang ada
12. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian obat anti depresan

HARGA DIRI RENDAH

Prinsip Tindakan :
1. Perluas kesadaran klien
- Bina hubungan saling percaya
- Berikan pekerjaan pada klien pada tingkat kemampuan yang dimiliki
Maksimalkan peran serta klien dalam hubungan terapeutik
2. Dukung ekplorasi diri klien
- Bantu klien untuk menerima perasaan danpikiran- pikirannya
- Bantu mengklarifikasi konsep diri dan hubungan denganorang lain melalui keterbukaan
- Berikan respon empati bukan simpati dan tekankan bahwa kekuatan untuk berubah ada pada diri klien
3. Bantu klien merumuskan perencanaan yang realistik
- Bantu klien mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah
- Bantu mengkonseptualkan tujuan yang realistik.

PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI ; Resiko halusinasi lihat dan dengar

Prinsip tindakan :
1. Tetapkan hubungan saling percaya dan lakukan dengan kontak sering dan singkat
2. Kaji gejala halusinasi
3. Fokus pada gejala dan minta klien untuk menjelaskan apa yang terjadi
4. Tidak mendukung atau menentang halusinasi
5. Bantu klien menjelaskan dan membandingkan halusinasi saat ini dan yang baru saja dialami
6. Dorong klien untuk mengobservasi dan menjelaskan pikiran, perasaan dan tindakan yang berhubungan dengan halusinasi ( saat ini maupun yang lalu )
7. Bantu klien menjelaskan kebutuhan yang mungkin direfleksikan dalam isi halusinasi
8. Hadirkan realitas
9. Gunakan bahasa yang jelas dan komunikasi secara langsung serta pertahankan kontak mata
10. Diskusikan penyebab, isi, waktu terjadi dan cara untuk memutus halusinasi
11. Berikan tugas dan aktivitas yang dapat dilakukan
12. Diskusikan manfaat dari taerapi medis dengan klien

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Prinsip Tindakan :
1. Ciptakan lingkungan yang tenang
2. Fasilitasi peralatan perawatan diri klien
3. Motivasi klien dalam melakukan perawatan diri
4. Dorong klien untuk mengungkapkan keuntungan dan manfaat dari perawatan diri
5. Beri reinforcemen positif atas tindakan klien yang mendukung ke arah perawatan diri.

PENATALAKSANAAN REGIMEN TERAPEUTIK IN EFEKTIF

Prinsip tindakan :
1. Tingkatkan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit dan terapi yang diperlukan
2. Libatkan keluarga dalam rencana perawatan klien
3. Optimalkan penggunaan sumber dan sistem pendukung




BAB IV
P E L A K S A N A A N

Asuhan keperawatan terhadap Tn S dilaksanakan dalam 9 kali pertemuan. Di bawah ini akan diuraikan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk setiap diagnosa, evaluasi serta tindak lanjutnya.

Diagnosa keperawatan
Perubahan sensori persepsi : Resiko halusinasi lihat dan dengar berhubungan dengan menarik diri
Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain di lingkungannya sehingga halusinasi lihat dan dengar tidakterjadi.
Implementasi :
Pada pertemuan pertama , perawat membina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara : mengucapkan salam dan menyapa klien dengan ramah, memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan pertemuan, menunjukkan sikap tenang dan penuh perhatian dengan menemani klien dan membuat kontrak yang jelas. Melakukan interaksi sering dan singkat. Membicarakan dengan klien penyebab menarik diri. Mendiskusikan akibat menarik diri,mendiskusikan keuntungan dalam berinteraksi dengan orang lain. Memotivasi klien untuk bersosialisasi dengan perawatlain, klien lain secara bertahap. Memberikan pujian saat klien mau berinteraksi dengan perawat lain dan klien lain. Mendampingi klien saat memulai interaksidengan perawat lain atau klienlain, menyusun aktivitas sehari -–ari klien sesuai kemampuannya, kesanggupannya serta dengan perencanaandi ruangan.
Evaluasi :
Pada pertemuan ke 3 hubungan saling percaya sudah dapat terbina dengan lebih baik. Tetapi klien masih belum bisa menyebutkan penyebab menarik dirinya. Klien juga belum mampu menyebutkan keuntungan berinteraksi denganorang lain. Pada pertemuan ke 4 sudah bisa bersosialisasi dengan perawat lain dan klien lain., tapi masih belum bisa menyebutkan penyebab tidak maubergaul dengan orang lain, Pada pertemuan ke 5 klien dapat menjelaskan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan klien sudah mau berinteraksi dengan klien lain,bahkan bergandengan tangan dengan klien lain.
Tindak lanjut :
Mempertahankan implementasi yang telah diberikan. Melakukan kerja sama dengan perawat ruangan untuk melatih aktifitas yang teratur dan mendiskusikan mengenai partisipasi keluarga dalam merawat klien .

Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

Tujuan Umum :
Klien dapat meningkatkan harga dirinya, sehingga klien dapat berhubungan dengan orang lain.
Implementasi :
Mempertahankan hubungan saling percaya antara perawat klien melalui cara : menyapa klien dengan ramah dan mengucapkan salam., menjelaskan tujuan pertemuan, menunjukkan sikap empati, membuat kontrak yang jelas untuk pertemuan selanjutnya . Menunjukkan sikap penuh perhatian dan penghargaan dengan menemani klien walaupun klien menolak untuk berinteraksi . Mendorongklien untuk menyebutkan aspek/ kemampuan positif yang dimiliki klien dan memberikan pujian terhadap kemampuan positif klien yang menonjol. Mendiskusikan dan memotivasi klien untuk mengungkapkan perasaan, pikiran dan mendengarkan klien dengan perhatian
Evaluasi :
Pada pertemuan ke 5 klien mulai mau menyebutkan kemampuan yang dimilikinya dan klien mau menunjukkan kemampuannya di depan perawat yaitu klien dapat menyanyi dan pandai bermain gitar. Namun klien masih sulit untuk memulai pembicaraan. Pertemuan ke 6 klien lebih dapat berinteraksi dengan klien lain dan dapat tersenyum membalas sapaan perawat.
Tindak lanjut :
Mempertahankan interaksi yang sudah dicapai klien dan merencanakan untuk diikutkan dalam terapi aktivitas kelompok.

Penatalaksanaan regimen teraupetik in efektif berhubungan dengan kopingkeluarga inefektif

Tujuan Umum :
Penatalaksanaan regimen teraupetik efektif
Implementasi :
Mengajak keluarga untuk mengidentifikasi perilaku klien yang mal adaftif usaha memberi perawatan pada klien,memberi pujian atas tindakan keluarga yang adaptif, mendiskusikan dengan keluarga tindakan yang dapat dalakukan terhadap keluarga untuk menunjang kesembuhan klien ( memberikan aktivitas, memotivasi melakukan hobinya mengajak klien pada realitas ),mendiskusikan tentang pentingnya peran keluarga,menganjurkan bersikap hangat, menghargai dan tidak memarahi klien, serta memberi pujian terhadap perilaku klien yang adaptif , memberikan kesempatan kepada keluarga untuk mengambil keputusan tentang koping yang efektif dalam merawat klien, menanyakan kepada keluarga bagaimana persepsi dan penerimaan linkungan dengan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, mendiskusikan dengan keluarga cara penyampaian pada masyarakat tantang anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa,menganjurkan keluarga untuk konsultasi ke fasilitas bila menemukan kesulitan, memotivasi klien dan keluarga untuk kontrol teratur
Evaluasi :
Pada pertemuan ke 6 sampai ke 9 terlihat keluarga mencoba menerapkan apa yang telah didiskusikan dengan perawat dan akan melaksanakannya ketika klien harus pulang.
Tindak lanjut :
Memberikan dorongan kepada keluarga dan merencanakan untuk kunjungan rumah

Defisit Perawatan diri berhubungan dengan kurang motivasi dalam perawtan diri

Tujuan Umum :
Klien dapat meningkatkan motivasi tentang kebersihan diri, sehingga kebutuhan klien terjaga dan terpelihara
Implementasi :
Mempertahankan hubungan saling percaya yang telah terbina, dengan cara mengucapkan salam dan menunjukkan sikap ramah saat berinteraksi dengan klien. Menciptakan lingkungan yang tenang saat berinteraksi. Memberikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya dan mendengarkan dengan penuh perhatian. Memotivasi klien untuk mandi memakai sabun, menggosok gigi, mengganti pakaian setiap hari, memotivasi klien untuk memotong kuku seminggu sekali bila terlihat kotor dan panjang, mendorong klien untuk mengungkapkan perasaannya setelah melakukan perawatan diri, memberikan pujian atas perilaku klien yang mendukung pada perawatan diri.
Evaluasi :
Pada pertemuan 1 dan 2 klien belum bersedia untuk melakukan perawatan diri, klien selalu menunggu ayahnya untuk perawatan diri, klien terlihat kusam ,rambut acak-acakan, baju lusuh karena klien menolak untuk perawtan diri.Pertemuan ke 3 klien sudah bersedia ke kamar mandi di antar ayahnya, sudah bersedia mandi tetapi belum bersedia memakai baju yang rapi dan menyisir rambut. Pertemuan ke 3, 4 ,5
Klien sudah mandi sendiri tapi tidak bersedia memakai handuk sehingga baju terlihat basah. Sampai pertemuan terakhir klien bersedia mandi bila disuruh , bukan atas kemauan sendiri, tapi klien sudah bisa melakukan sendiri dengan pengawasan
Tindak lanjut :
Mempertahankan pemberian motivasi kepada klien dalam melakukan perawatan diri, membuat jadual kegiatan klien sehari-hari. Meningkatkan kualitas ADL klien dengsn mendorong klien untuk melaksanakan semua ADL yang telah dibuat dan mengikut sertakan keluarga dalam memonitor ADL klien.

BAB V
P E M B A H A S A N

Dalam bab ini akan dijelaskan sejauh mana keberhasilan tindakan keperawatan secara teoritis yang telah diaplikasikan pada kasus Tn. S, dimana proses terjadinya menarik diri pada klien hampir sama dengan teori yakni disebabkan oleh harga diri rendah. Harga diri rendah disebabkan beberapa kegagalan dan kekecewaan yang pernah dialami pada masa lalu hingga menyebabkan klien mengisolasi diri dari lingkungannya,tidak mau bergaul dengan lingkungannya, tidak peduli dengan aktivitas.

Untuk diagnosa perubahan persepsi sensori : resiko halusinasi dengar, berhubungan dengan menarik diri, sesuai dengan teori. Tindakan keperawatan yang paling utama dan pertama adalah membina hubungan saling percaya, meskipun tidak ada respon dari klien. Tindakan yang dilakukan perawat antara lain kontak sering dan singkat, memberi dukungan,mendengarkan ungkapan klien. Kontak sering dan singkat pada klien dapat diterima oleh klien dan tindakan tersebut dapat berhasil. Aplikasi teori mendiskusikan dengan klien penyebab menarik diri, akibat menarik diri, melibatkan klien untuk berinteraksi dengan perawat dan klien lain serta memberikan pujian atas kemampuan klien. Melibatkan klien dalam aktivitas kelompok, berinteraksi dengan perawat dan sesama klien, dapat menjadikan klien lebih ceria.

Untuk diagnosa keperawatan menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah telah di aplikasikan teori tindakan keperawatan. Klien mampu berinteraksi dengan lingkungan tetapi klien belum mampu untuk membuat jadual kegiatan sesuai kemampuannya. Hal ini bisa disebabkan tugas –tugas sudah dikerjakan oleh petugas kesehatan dan klien merasa enggan untuk melakukannya.

Untuk diagnosa penatalaksanaan regimen teraupetik inefektif berhubungan dengan koping keluarga yang tidak efektif telah dilakukan tindakan keperawatan dengan mendiskusikan bersama keluarga hal –hal yang dapat menyebabkan kekambuhan , upaya yang bisa dilakukan oleh keluarga untuk menanggulangi permasalahan, serta respon dari anggota keluarga yang lain terhadap anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa serta mendiskusikan upaya penerimaan oleh anggota keluarga dan lingkungannya.
Keluarga berjanji akan memperlakukan dan mengupayakan sesuai dengan hasil diskusi dengan perawat.
Dukungan positif dari keluarga dan lingkungan akan mempercepat kesembuhan klien.

Defisit perawatan diri timbul akibat klien menarik diriyang menyebabkan klien tidak berminat dan tidak mempunyai kemauan dalam hal perawatan diri. Terhadap masalah ini perawat telah berusaha untuk memotivasi klien dalam melakukan perawatan diri yaitu dengan membandingkan keadaan klien sebelum dan sesudah klien melakukan perawatan diri. Dengan upaya ini perawat telah menemukan beberapa perubahan positif pada diri klien. Usaha yang telah dilakukan belum memberi hasil yang maksimal. Oleh karena itu diharapkan perawat dan keluarga selalu memberi motivasi kepada klien.

Keberhasilan asuhan keperawatan pada klien Tn. S ada beberapa faktor yang berpengaruh antara lain : kerja sama yang baik antara mahasiswa dengan perawat ruangan dalam memberikan asuhan keperawatan, pemberian obat yang teratur, serta peran serta keluarga dalam merawat klien dan kooperatif dengan perawat. Sedangkan hambatan yang ditemui adalah asuhan keperawatan diberikan tidak secara kontinyu,mengingat tidak setiap hari selama 2 minggu mahasiswa praktek. Hambatan lain , keluarga dan klien ingin segera pulang walaupun klien belum mampu melaksanakan adl secara mandiri dengan alasan dana yang terbatas. Perawat dapat memberikan motivasi untuk kontrol dan meminum obat secara teratur serta melanjutkan perawatan di rumah sesuai dengan kemampuan keluarga.























DAFTAR PUSTAKA



Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Alih Bahasa : Yasmin Asih, Edisi 6, EGC, Jakarta, 1998

Keliat, B. A., Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, EGC, Jakarta, 1999

Rawlins, R.P. & Patricia Evans Heacock, Clinical Manual of Psychiatric Nursing, 2 nd Edition, Mosby Year Book, St. Louis, 1993

Stuart, G.W. & Michele T. Laraia, Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 6 th Edition, Mosby Company, St. Louis, 1998

Towsend, Mary C., Buku Saku Diagnosa Keperawatan Psikiatri Untuk Pembuatan Rencana Keperawatan,

Alih Bahasa : Novy Helena C.D., Edisi 3, EGC, Jakarta, 1998\

Stuart, G. W. & Sandra J. Sundeen, Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 1 st Edition, Mosby Company, St. Louis, 1995




LANDASAN TEORI
ASUHAN KEPERAWATAN SCHIZOPRENIA KATATONIK


Pengertian
Schizoprenia adalah suau bentuk psikosa fungsional dengan gangguan utama pada proses fikir serta disharmoni (keretakan, perpecahan) antara proses pikir, afek/emosi, kamauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan halusinasi; asoisasi terbagi-bagi sehingga timbul inkoherensi, afek dan emosi perilaku bizar.
Skizoprenia merupakan bentuk psikosa yang banyak dijumpai dimana-mana namun faktor penyebabnya belum dapat diidentifikasi secara jelas. Kraepelin menyebut gangguan ini sebagai demensia precox.

Jenis
Schizoprenia simplex : dengan gejala utama kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan
Schizoprenia hebefrenik, gejala utama gangguan proses fikir gangguan kemauan dan depersonalisasi. Banyak terdapat waham dan halusinasi
Schizoprenia katatonik, dengan gejala utama pada psikomotor seperti stupor maupun gaduh gelisah katatonik.
Schizoprenia paranoid, degnan gejala utama kecurigaan yang ekstrim diserttai waham kejar atau kebesaran
episoda schizoprenia akut (lir schizoprenia), adalah kondisi akut mendadak yang disertai dengan perubahan kesadaran, kesadaran mungkin berkabut.
Schizoprenia psiko-afektif, yaitu adanya gejala utama skizoprenia yang menonjol dengan disertai gejala depresi atau mania
Schizoprenia residual adalah schizoprenia dengnan gejala-gejala primernya dan muncul setelah beberapa kali serangan schizoprenia

Etiologi
1. Keturunan
2. Endokrin
3. Metabolisme
4. SSP
5. Teori adolf meyer
6. Teori sigmund freud

Gejala
(menurut Bleuler)
I. Gejala Primer
1. Gangguan proses pikir (bentuk, langkah dan isi pikiran). Yna gpaling menonjol adalah gangguan asosiasi dan terjadi inkoherensi
2. Gangguan afek emosi
- Terjadi kedangkalan afek-emosi
- Paramimi dan paratimi (incongruity of affect / inadekuat)
- Emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai satu kesatuan
- Emosi berlebihan
- Hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang baik
3. Gangguan kemauan
- Terjadi kelemahan kemauan
- Perilaku Negativisme atas permintaan
- Otomatisme : merasa pikiran/perbuatannya dipengaruhi oleh orang lain
4. Gejala Psikomotor
- Stupor atau hiperkinesia, logorea dan neologisme
- Stereotipi
- Katelepsi : mempertahankan posisi tubuh dalam waktu yang lama
- Echolalia dan Echopraxia
5. Autisme
II. Gejala Sekunder
1. Waham
2. Halusinasi

Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap kekerasan : diarahkan pada diri sendiri atau orang lain
Tujuan : Klien tidak membahayakan dirinya maupun orang lain
Intervensi Rasional
Pertahankan lingkungan dalam tingkat stimulus yang rendah
Obseervasi secara ketat perilaku klien
Singkirkan semua benda berbahaya

Salurkan perilaku merusak pada kegiatan fisik
Lakukan fiksasi bila diperlukan

Berikan obat tranquilizer Kecemasan meningkata dalam lingkungan penuh stimulus
Mewmastikan klien dalam keadaan aman

Dalam keadaan gelisah, bingung dapat menggunakan benda tajam untuk melukai
Menghilangvkan ketegangan yang terpendam
Keamanan klien merupakan prioritas perawatan
Menurunkan kecemasan/ketegangan

2. Koping individu tak efektif
Tujuan : Klien tidak menggunakan lebih banyak ketrampilan penggunaan koping adaptif
Intervensi Rasional
Usahakan petugas kesehatan tetap
Hindari kontak fisik

Hindari tertawa, berbisik didekat pasien
Jujur dan selalu menepati janji
Periksa mulut klien setelah minum obat
Jangan berikan kegiatan kompetitif
Motifasi untuk mengungkapkan perasaan yang sebenarnya




Sikap asertif Menigkatkan hubungan saling percaya
Mungkin dianggap bentuk penganiayaan fisik
Mengurangi rasa curiga

Meningkatkan hubungan saling percaya
Klien sering manipulatif dalam minum obat
Merupakan ancaman pada pasien curiga
Mengnungkapkan perasaan secara verbal dalam lingkungan yang tidak mengancam mungkin akan menolong pasien untuk sampai pada keadaan tertentu dimana pasien mencurahkan perasaan setelah sekian lama terpendam
Pasien curiga tidak memiliki kemampuan untuk berhubungan dengan sikap yang bersahabat atau ceria sekali

3. Perubahan persepsi –sensori
Tujuan : Klien tidak menggunakan lebih banyak ketrampilan penggunaan koping adaptif
Intervensi Rasional
Observasi tanda halusinasi

Hindari menyentuh pasien secara tiba-tiba, yakinkan bahwa ia aman disentuh
Sikap menerima dan mendorong pasien menceritakan halusinasi

Jangan mendukung halusinasi


Alihkan perhatian pasien dari halusinasi Intervensi awal untuk mencegah respon agresif yang diperntahkan halusinasi
Pasien dapat mengartikan sentuhan sebagai ancaman

Mencegah kemungkinan cidera pasien atau orang lain karena ada perintah adari halusinasi
Perawat harus jujur pada pasien pada pasien sehingga pasien menyadari suara itu tidak ada
Keterlibatan pasien dalam kegiatan interpersonal; akan menolong klien kembali dalam realitas

4. Perubahan proses fikir
Tujuan : Klien menyatakan berkurangnya pikiran-pikiran waham
Intervensi Rasional
Tunjukkan sikap menerima keyakinan pasien tanpa sikap mendukung
Tidak membantah/menyangkal keyakinan pasien
Bantu pasien untuk menghubungkan keyakinan yang salah dengan peningkatan kecemasan
Fokus dan kuatkan realitas
Bantu dan dukung pasiend alam mengungkapkan secara verbal perasaan ansietas, takut, tak aman Penting untuk dikomunikasikan pada pasien bahwa perawat tidak menerima delusi sebagai realita
Membantah pasien tidak menimbulkan manfaat, dapat merusak hubungan
Jika pasien dapat belajar menghentikan kecemasan, pikiran waham mungkin dapat dicegah
Mengurangi pikiran-pikiran waham
Ungkapan secara f\verbal dalam lingkungan yang tidak mengancam akan menolong pasien untuk mengungkapkan perasaan yang mungkin terpendam


PENGKAJIAN

Tanggal Pengkajian : 7 Agustus 2001
Waktu Pengkajian : 10.35 WIB
Sumber data : Ny. R (ibu klien) dan Klien

I. Identitas
Identitas Klien
Inisial : Tn. S
Umur : 25 tahun
J. Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/bangsa : jawa/Indonesia
St. Perkawinan: belum kawin
Pendidikan : tidak sekolah
Pekerjaaan : Tukang Becak
Alamat : Surabaya
Identitas Penanggungjawab
Inisial : Ny. R
Umur : 54 tahun
J. Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
St. Perkawinan: Kawin
Pendidikan : -
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Hub. Dg klien : Ibu

Data Medik
Tanggal masuk : 1 Agustus 2001
Cara masuk : Lewat IRD
No. CM : 1007078
Diagnosa Medik : Schizoprenia Katatonik
Masalah Utama : Gangguan Koping



II. Alasan Masuk (Faktor Presipitasi)
Klien dibawa masuk ke Rumah Sakit oleh keluarga setelah sebelumnya (tanggal 26 Juli 2001) tiba-tiba berteriak-teriak dan lari keluar rumah dengan melepaskan seluruh pakaian yang dikenakannya tanpa alasan yang jelas sekitar pukul 09. 00 WIB. Sebab yang mungkin menyebabkan klien histerik adalah akibat dirinya tersinggung dengan ucapan adik klien yang menyuruhnya mandi dan menyinggung bagaimana klien akan mendapatkan jodoh nantinya apabila tidak mau mengurus dirinya. Selanjutnya klien lari dari lingkungan rumah (pergi). Dua hari kemudian klien ditemukan dan dibawa kembali ke rumah klien oleh tetangga dan orang yang mengenal klien (teman) sesama tukang becak. Klien ditemukan dalam keadaan tidak terurus dan tidak mengenakan baju. Selanjutnya klien dibawa ke rumah sakit.
Keadaan saat masuk; kien gelisah dan gaduh; tidak mau makan dan minum serta tidak mampu merawat diri; cenderung diam saat ditanya dan berbicara dengan kalimat yang tidak jelas isinya. Melawan dan berontak terhadap restriksi fisik.

III. Faktor Predisposisi
Klien sebelumnya tidak pernah mengalami gangguan jiwa dan atau menunjukkan gejala gangguan jiwa. Klien sebelumnya tidak pernah mengalami aniaya fisik, aniaya seksual, pernah merasa ditolak oleh pacar atau keinginannya oleh orang tuanya dan orang lain. Klien mengatakan tidak berani minta yang macam-macam pada keluarga.
Dalam keluarga dan lingkungan saudara dekat dengan klien; tidak ditemukan ada yang mengalami gangguan jiwa. Ny. R mengatakan bahwa menurutnya kien tidak pernah mengalami hal-hal yang membuat klien sedih atau mengalami kejadian yang membuat klien sedih sebelumnya. Kllien mengatakan bahwa ia belum pacaran dan sebenarnya memiliki hasrat untuk menikah tetapi ia tidak sanggup mengungkapkannya karena sulit mengungkapkan. Klien tidak menjawab apakah klien merasa pernah mengalami kesedihan atau rasa tidak senang dimasa yang lalu.
Faktor Premorbid : Klien cenderung pendiam, tidak pernah sekolah
IV. Pemeriksaan Fisik
TD : 110/80 mmHg N 76 X/mnt P 18 X/mnt S 36,8OC
BB : 56 Kg

Keluhan fisik : tidak ada
Tidak ditemukan adanya gangguan fungsi atau kecacatan pada bagian tubuh, terdapat luka gores pada kulit daerah punggung dan bokong (telah mengering)

IV. Psikososial
Genogram :

Keluarga mengatakan tidak ada keturunan dalam keluarganya yang menderita gangguan jiwa. enam saudara klien telah menikah dan berumah tangga sendiri. Saat ini klien tinggal dengan orang tua dan kedua adiknya di rumah.

Konsep Diri
a. Citra tubuh : Klien mengatakan bahwa ia tidak merasa bahwa tubuhnya kurang sesuai dengan apa yang diharapkannya. Klien mengatakan bahwa ia ingin badannya agak gemuk; tetapi ia tidak mempermasalahkan kondisi badannya yang kurus saat ini.
b. Identitas
Klien mampu menyebutkan nama dan pekerjaannya, klien menyatakan bahwa ia senang dengan pekerjaannya sekarang.
c. Peran
Klien mengatakan bahwa ia sebagai seorang yang telah bekerja sudah tidak ingin merepotkan keluarga; saat ini klien merasa senang sudah tidak minta uang lagi untuk beli rokok
d. Ideal diri
Klien mengarapkan agar nantinya ia bisa berumah tangga dan memiliki pekerjaan yang tetap.
e. Harga diri
Klien menganggap dirinya telah berguna bagi orang lain dan ia diterima oleh teman-temannya. Ia tidak merasa hina dengan kondisinya saat ini

Hubungan Sosial
Orang yang diangggap berarti bagi klien selama ini adalah adiknya yang selalu memberikan perhatian pada dirinya. Klien selalu berusaha untuk menyenangkan hati adiknya.
Klien mengatakan ia biasa bekerja sebagai tukang becak dan mangkal di pinggir jalan bersama teman-temannya serta mengatakan tidak merasa minder dengan teman-temannya.

Spiritual
Klien beragama Islam dan ia mengatakan bahwa ia percaya bahwa Allah sebagai penolongnya dan ia perlu dengan bantuan Allah, walaupun ia jarang melakukan Shalat dan berdoa.
Klien mengatakan ia jarang melakukan shalat dan berdoa.


VI. Status Mental
Penampilan
Klien berpakaian rapi, pakaian kusut tetapi sesuai

Pembicaraan
Klien berbicara dengan menatap pada perawat, mampu mengucapkan kata-kata dengan jelas walaupun kadang-kadang memerlukan waktu yang lama untuk menemukan kalimat. Klien mampu diajak bicara dengan bahasa jawa dan tampak lebih lancar dengan menggunakan bahasa jawa. Klien mampu mengembangkan percakapan dan memberikan alasan yang logis terhadap pendapat, kalimat tidak gagap atau inkoheren.

Aktivitas Motorik
Klien berjalan dan melakukan gerakan relatif lambat, tidak terdapat tik, grimasem, tremor atau tindakan konfulsif.

Alam Perasaan
Hal yang saat ini difikirkan oleh klien belum terkaji. Klien mengatakan ia masih pening dan tidak ingin membicarakan masalah yang dihadapinya. Saat ini klien tampak sedih dan murung.

Afek
Afek stabil dan sesuai/adekuat saat berbicara

Interaksi selama wawancara
Klien mau mengadakan kontak mata dengan perawat dan bersedia diajak berbicara (kooperatif) dalam jangka waktu yang relatif lama; klien mampu mengungkapkan penolakan saat diajak berbicara tentang masalah yang dihadapinya dan mengatakan ingin membicarakannya lain waktu

Persepsi
Klien tidak mengalami halusinasi; baik dengar, penglihatan, perabaan, pengecapan maupun penghidu. Hal yang difikirkan (isi pikir) tidak terungkap secara verbal. Pikiran adekuat. Klien mengatakan bahwa dirinya tidak merasa ada yang salah dengan kondisi tubuhnya, adanya waham belum terkaji.

Isi Fikir
Klien mengatakan saat ini ia tidak ingin memikirkan masalahnya. Klien mengatakan ia tidak mengalami ketakutan atau merasa dikuasai oleh sesuatu yang lain. Selama komunikasi tidak terdapat sisip pikir, siar pikir atau teridentifikasi adanya gejala waham

Arus Pikir
Arus pikir tidak bloking, asosiasi pembicaraan adekuat. Mampu bercerita tentang pekerjaannya dalam rangkaian kata yang sesuai.

Tingkat kesadaran
Kesaadaran Composmentis; GCS : E 4 V5 M6

Memori
Klien mampu mengingat siapa yang telah menngajarinya membaca saat kecil, Klien mampu mengingat apa yang telah dilakukannya tadi pagi; klien tidak menyebutkan (mengatakan tidak ingat) apakah dia lari dari rumah dengan bertelanjang.

Kemampuan Konsentrasi dan Berhitung
Klien mampu menghitung terbalik sepuluh sampai angka Satu. Mampu melakukan penambahan sederhana

Daya Tilik Diri
Klien mengatakan bahwa dirinya tidak tahu mengapa ia dibawa ke rumah sakit. Ia merasa bahwa dirinya tidak sakit, walaupun saat ini ia mengalami susah tidur. Klien mengatakan ia ingin pulang.

VII. Kebutuhan Persiapan Pulang
Makan
Klien mengatakan ia makan tiga kali sehari; selalu menghabiskan/menyisakan sedikit makanan yang disajikan di rumah sakit. Klien mengatakan tidak ada makanan pantang khusus

BAB/BAK
Klien mengatakan ia kencing dan berak di kamar mandi, tidak mengompol. Klien tampak rapi dalam berpakaian setelah BAB/BAK (alloanamnessa)

Mandi
Klien mengatakan telah mandi sendiri menggunakan sabun dan meggosok gigi dua hari sekali. Klien tidak memotong kuku karena tidak membawa pemotong kuku. Klien tampak bersih dan rapi. Rambut tidak panjang/acak-acakan.

Berpakaian
Klien mampu memakai pakaian sendiri dengan rapi. Klien ganti baju sekali sehari.

Istirahat dan Tidur
Klien mengatakan ia belum bisa tidur dengan nyenyak. Klien mengatakan tidak tahu sebab mengapa ia tidak dapat tidur dengan nyenyak. Ibu mengatakan anaknya sering terbangun saat tidur

Penggunaan Obat
Klien mengatakan rajin minum obat, ia mendapatkan obat tiga macam dan diminum semua segera setelah mendapatkan obat.

Pemeliharaan Kesehatan
Ibu menanyakan apakah anaknya bisa sembuh.
Ibu mengatakan tidak tahu apa yang harus dipersiapkan oleh keluarga bila nanti pulang

Aktivitas
Klien tidak pernah/jarang mengikuti kegiatan olahraga atau bermain. Klien mengatakan ia mengantuk pada saat pagi hari/saat berolahraga. Klien mengatakan ia mampu melakukan catur dan biasanya bermain dengan teman-temannya. Klien mengatakan jika pulang ia ingin bekerja lagi (menarik becak).



Terapi Obat

Triofluperazine 3 X 5 mg
Artan 2 X 2 mg
CPZ 0 – 0 – 100mg
ANALISA DATA
Data Rasional Masalah
DS : Klien mengatakan tidak bisa tidur
Keluarga mengatakan anaknya selalu bangun
Klien mengatakan mengantuk saat pagi hari
DO : Mata merah, kuyu.
Klien tidur pada pagi hari Penderita Skizoprenia jenis stupor katatonik dalam masa perbaikan sering mengalami gangguan tidur (tidak tidur) dengan sebab yang tidak jelas.
Bioritme sebagai tukang becak malam dapat mempengaruhi kemampuan tidur malam hari Gangguan Pola Tidur
DS : Klien mengatakan mempunyai masalah, tetapi menolak mengungkapkan masalahnya
Klien mengatakan kepalanya pening saat diajak membicarakan masalahnya
Klien mengatakan ia ingin membicarakan lain kali
DO : Kontak mata dengan perawat baik
Komunikasi verbal lancar Adanya ketidakmampuan untuk memecahkan masalah membuat klien menggunakan koping pembelaan ego (ego oriented task) dengan melakukan penyangkalan (penghindaran). Koping Individu tidak efektif
DS : Klien mengatakan mengantuk pada pagi hari
Klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan olahraga dan bermain
DO : Klien tidak mengikuti kegiatan Olahraga hari ini dan kemarin Adanya gangguan tidur pada malam hari mengakibatkan klien merasa mengantuk pada siang hari dan mengalami kelemahan (fatique).
Adanya masalah yang dihadapi dan atau dampak obat mengakibatkan klien mengalami penurunan minat terhadap aktivitas Gangguan peran Sosial
DS : Ibu kien menanyakan apakah anaknya bisa sembuh
Ibu klien mengatakan ia tidak tahu apa yang harus dipersiapkan bila anaknya pulang Kurangnya informasi menye-babkan keluarga tidak mengetahui manajemen terapeutik di rumah sakit maupun pasca rawat (saat pulang) Resiko tinggi Penatalaksanaan terapeutik tidak efektif

Pohon Masalah

Masalah tidak terpecahkan


Penggunaan koping berorientasi ego Koping Individu tak efektif


Masalah tak terpecahkan


Gangguan tidur


Gangguan peran sosial


DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Koping Individu takefektif b.d metode koping tak memadai, kurang pengetahuan
2. Gangguan Pola tidur b.d sebab yang tidak teridentifikasi; kondisi pasca serangan akut
3. Gangguan peran sosial b.d mengantuk, memikirkan masalah
4. Resiko tinggi manajemen terapeutik takefektif b.d kurang informasi

RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan :
Koping individu takefektif b.d metode koping tak memadai, kurang pengetahuan
Tujuan jangka panjang
Klien mengembangkan dan menggunakan koping yang sesuai dan dapat diterima secara sosial
Tujuan jangka pendek :
Klien mendemonstrasikan kemampuan dan kesediaan untuk mengikuti peraturan dan mengembangkan koping selama tujuh hari perawatan
Intervensi Rasional
Bina hubungan saling percaya

Berikan aktivitas motorik yang besar


Tidak melakukan perdebatan, perang mulut atau melakukan tawar-menawar

Berikan dorongan untuk mengungkapkan masalah atau perasaannya. Bantu klien mengindentifikasi obyek dari sikap bermusuhan

Diskusikan bersama klien cara-cara alternatif untuk mengatasi rasa frustasi yang paling cocok dengan gaya hidup klien. Berikan dukungan dan umpan balik positif sambil mencoba strategi-strategi baru Memfasilitasi keterbukaan dalam pengungkapan dan penyelesaian masalah
Untuk mempermudah mengurangi ketegangan, meningkatkan perkemba-ngan hubungan
Merusak hubungan yang terbangun, mengurangi perilaku manipulatif

Menghadapi perasaan secara jujur dan mencegah pemindahan perasaan secara destruktif


Positif reinforcement mendorong semangat menggunakan perilaku pengembangan koping yang dapat diterima



Diagnosa Keperawatan :
Gangguan Pola tidur b.d sebab yang tidak teridentifikasi; kondisi pasca serangan akut
Tujuan Jangka Panjang :
Klien tidak mengalami gangguan tidur
Tujuan jangka Pendek :
Klien mampu mengikuti teknik-teknik untuk mengembangkan pola tidur setelah tiga hari perawatan
Intervensi Rasional
Amati pola tidur pasien, catat keadaan yang mengganggu tidur
Kaji gangguan yang berhubungan dengan rasa takut dan ansietas tertentu

Duduk disamping pasien sampai ia tertidur

Hindarkan makanan/minuman mengandung kafein

Ajarkan relaksasi sebelum tidur, lakukan aktivitas motorik/ fungsional sebelum tidur

Buat/jadwalkan jam tidur rutin
Masalah harus diidentifikasi sebelum diberikan bantuan seperlunya



Kehadiran orang yang dipercaya memberikan rasa nyaman
Kafein merupakan stimulan SSP yang dapat menggangu tidur

Sarana relaksasi diharapkan dapat meningkatkan aktivitas tidur

Tubuh memberikan reaksi menyesuaikan pada uatu siklus rutin dari istirahat dan aktivitas

Diagnosa Keperawatan :
Gangguan peran sosial b.d mengantuk, memikirkan masalah
Tujuan Jangka Panjang :
Klien mampu membentuk hubungan sosial dengan lingkungan setelah dirumah
Tujuan jangka Pendek :
Klien mampu melakukan aktivitas kelompok, terapi bermain dan olahraga secara aktif setelah tiga hari perawatan
Intervensi Rasional
Kaji tingkat kekuatan dan kemampuan

Berikan dukungan untuk mengikuti kegiatan kelompok

Buat jadwal aktivitas sehari-hari bersama dengan klien


Pantau kemampuan mengembangkan aktivitas, berikan reinforcemen seperlunya Mengembangkan pola dan variasi dalam penyelenggaraan aktivitas
Meningkatkan minat dan semangat untuk mengikuti kegiatan sosial dalam lingkungan rumah sakit
Memberikan kesempatan pengembangan diri dengan mengacu pada kekuatan klien; memfasilitasi dorongan dari dalam individu
Meningkatkan harga diri dan sekaligus mengembangkan koping

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Tanggal 7 Agustus 2001
Dx.I
Jam Implementasi Respon
12.10 Mengajak klien untuk bercakap-cakap
Mengajak klien membicarakan masalah yang dihadapi

Menanyakan alasan klien menolak membicarakan masalah
Menguatkan kontrak
Membuat kontrak sepihak, Klien mau bercakap-cakap, seputar pekerjaan dan gangguan tidur yang dialami
Kien menolak, mengatakan tidak mau dengan tetap mempertahankan kontrak mata sambil berlalu
Klien mengatakan pusing dan belum ingin membicarakan masalahnya
Klien diam
Klien diam
Jam Evaluasi
12.40 S : Menolak membicarakan masalah
O: Kontak mata (+) Verbal jelas koheren, Motorik Menarik diri (-)
A : Hubungan saling percaya belum terbangun
P : Kuatkan/prioritas bangun hubungan saling percaya


Dx.II
Jam Implementasi Respon
12.10 Mengajak klien membicarakan masalah tidur yang dihadapi
Mengajak klien untuk membicarakan masalah tidurnya

Menguatkan kontrak
Membuat kontrak sepihak,
(Pelaksanan bersamaan dg intervensi dX. I) Klien mau bercakap-cakap seputar gangguan tidur yang dialami
Kien menolak, mengatakan tidak mau dengan tetap mempertahankan kontrak mata sambil berlalu
Klien diam
Klien diam
Jam Evaluasi
12.40 S : Menolak membicarakan masalah
O: Kontak mata (+) Verbal jelas koheren, Motorik Menarik diri (-)
A : Hubungan saling percaya belum terbangun; pemecaham masalah kompleks
P : Kuatkan/prioritas bangun hubungan saling percaya
Pembicaraan/pemecahan masalah dilakukan pada waktu berbeda



Tanggal 8 Agustus 2001
DX. III
Jam Implementasi Respon
07.30









10.30 Menggali kemampuan dalam melakukan olahraga/permainan
Memberikan dorongan pentingnya mengikuti kegiatan
Menrasionalkan pentingnya aktivitas; dan hubungan untuk mengatasi gangguan tidur
Mengajak klien untuk bermain
Membuat kontrak menentukan masalah
Mengingatkan kontrak
Mendiskusikan masalah


Memberikan reinforcemen
Membuat kontrak baru Klien mengungkapkan kembali kemampu-annya dalam olahraga dan permainan
Klien mendengarkan., tidak menyangkal




Klien menolak dengan alasan mengantuk
Klien mengatakan akan bangun nanti siang

Klien diam, kontak mata (+)
Klien sependapat akan kondisinya dan mengatakan akan mencoba untuk melakukan latihan/olahraga esok hari
Klien diam saja dan tersenyum
Klien diam dan mengangguk
Jam Evaluasi
10.45 S : Klien mengatakan akan mengikuti kegiatan
O: -
A: Peningkatan motivasi dan pemberian reinforcemen untuk pencapaian tujuan dipertahankan
P:- Gali respon setelah aktivitas
- Kaji kegiatan/aktivitas yang dapat dilakukan klien sesuai kondisi RS


DX. II
Jam Implementasi Respon
07.45 Menanyakan bagaimana tidurnya semalam
Mngingatkan kontrak
Menggali apa yang menyebab-kan klien tidak bisa tidur
Merumuskan sebagai masalah
Menyusun rencana untuk mengatasi masalah : menghindari kopi, coklat, minum obat sesuai anjuran, melakukan latihan relaksasi, membuat jadwal tidur dan jadwal kegiatan
Menyemangati klien untuk mulai membiasakan tidur malam selama di rumah sakit Klien mengatakan masih belum bisa tidur, tidur lelap l.k 4 jam

-
Mengatakan tidak tahu, menyangkal memikirkan masalah tertentu
Klien diam
Klien mendengarkan dan tidak menyangkal penjelasan perawat


Klien menanyakan tentang relaksasi


Klien mengatakan akan berusaha untuk tidur dengan baik
Jam Evaluasi
08.00 S : -
O: klien tidur, tidak mengikuti kegiatan/aktivitas
A: Pemahaman terhadap masalah (+) Pemahaman terhadap upaya mengatasi masalah (+). Penyesuaian terhadap dampak obat dan kondisi kurang tidur (-)
P : Meningkatkan reinforcemen
Meningkatkan pemahaman realitas masalah
Mengontrol pelaksanaan rencana peningkatan kemampuan tidur

DX.I
Jam Implementasi Respon
12.00 Mengingatkan kembali kontrak
Mengajak klien membicarakan masalah yang dihadapi



Membuat kontrak Klien diam dan tersenyum
Kien minta maaf , mengatakan tidak mau dengan tetap mempertahankan kontrak mata
Klien mengatakan pusing dan belum ingin membicarakan masalahnya
Klien diam
Klien mengatakan lain kali saja, dan mengucapkan terimakasih
Jam Evaluasi
12.10 S : -
O: Kontak mata (+) Verbal jelas koheren, Motorik Menarik diri (-)
A : Hubungan saling percaya belum terbangun sepenuhnya
P : Kuatkan/prioritas bangun hubungan saling percaya

Tanggal 9 Agustus 2001
DX.II
Jam Implementasi Respon
07.15










12.00 Menanyakan bagaimana tidurnya semalam
Memberikan reinforcemen terh-adap peningkatan kuantitas tidur
Mngingatkan kontrak
Menanyakan rencana peningka-tan tidur yang telah disusun kemarin pada klien dan keluarga
Menyemangati klien untuk mulai membiasakan tidur malam selama di rumah sakit
Mengajarkan relaksasi Klien mengatakan masih belum bisa tidur, tidur lelap l.k 5 jam
-

-
Klien mengatakan ia belum berolah raga dan melakukan kegiatan sebelum tidur serta relaksasi karena belum diajari
Klien mendengarkan dan tidak menyangkal penjelasan perawat

Klien berlatih melakukan relaksasi nafas dalam
Jam Evaluasi
08.00 S : Klien mengatakan akan mencoba latihan nafas dalam dan olahraga hari ini
O: Klien melakukan olah raga (sekitar 10 menit) dan tidur siang pukul 11.00 –
13.00 WIB. Sore 15.00-17.00 WIB
A: Penyesuaian terhadap jadwal yang telah dibuat belum optimal
P : Mengontrol pelaksanaan rencana peningkatan kemampuan tidur



DX.I
Jam Implementasi Respon
11.00 Mengingatkan kontrak

Mengajak klien berjalan-jalan di lingkungan rumah sakit
Menunjukkan kondisi lingkungan rumah sakit
Melakukan sharing masalah : mengembangkan konsep rasionalisasi
Membuat kesimpulan
Membuat reinforcemen
Membuat kontrak Klien mengatakan ia mau membicarakan masalahnya
Klien mengikuti perawat

Klien memperhatikan yang dibicarakan perawat
Klien menceritakan masalahnya, kemudian mengembangkan berdasarkan rasionaliasi

Klien menerima kesimpulan
-
-
Jam Evaluasi
13.00 S : Klien mengungkapkan bahwa ketakutannya untuk berkeluarga bisa diatasi, karena ia laki-laki yang harus mampu dan percaya diri bahwa ia bisa mendapatkan jodoh. Ia mengatakan bahwa masalah rejeki itu adalah urusan Tuhan. Rejeki telah diatur, ia yakin pasti ada jalan untuk mencukupi kebutuhan bila ia berkeluarga nantinya. Klien mengucapkan terimakasih telah diberikan pengarahan
O : Klien tampak mampu berbicara dengan lancar, suara mantap, kontak mata (+)
A: Ego oriented-defence mechanism dan task oriented-defence mechanisme belum dikembangkan secara optimal
P : Pengembangan EO-DM dan TO-DM
Peningkatan Harga diri dan reinforcement

10 Agustus 2001
DX.III
Jam Implementasi Respon
08.00

08.30 Mengajak klien membersihkan ruangan
Mengajak klien bermain

Memberikan reinforcemen positif
Menanyakan respon klien tentang aktivitas hari ini Klien mau menyapu kamarnya

Klien bermain catur, dua set dan selalu menang melawan pemain lain
-

Klien mengatakan senang bisa ikut bermain dan membantu perawat membersihkan ruang, ingin membantu lagi besok
Jam Evaluasi
10.00 S : Klien mengatakan senang membantu, ingin membantu lagi
O : Melakukan aktivitas : Menyapu, bermain catur
A : Reinforcement dan dukungan/pengembangan kegiatan
P : - Diskusikan kegiatan lain yang dapat dilakukan klien
- Rencanakan secara bersama kegiatan yang mampu dilakukan klien

DX.I
Jam Implementasi Respon
12.30 Mengingatkan kontrak
Menganjurkan klien untuk menuliskan apasaja yang difikirkannya bila ia tidak mampu menyampaikan pada orang lain
Memberikan alasan pentingnya menulis apa yang difikirkan -
Klien mengatakan akan mencoba setelah nanti tiba dirumah, ia ingin mencoba dan percaya bahwa cara itu baik bagiya yang memang sulit ngomong pada orang lain

Mengulangi kembali ingin mencoba nanti dirumah saja
Jam Evaluasi
13.00 S : Ingin mencoba menuliskan apasaja yang di fikirkannya setelah nanti dirumah
O : Klien berbicara dngan tegas
A : Kemungkinan Perilaku Manipulatif
P : - Pengembangan kepercayaan diri
- Tunjukkan pada klien pentingnya peran diri
- Pengembangan EO-DM dan PO-DM



SINDROMA OTAK ORGANIK KARENA EPILEPSI


Epilepsi adalah : perubahan kesadaran yang mendadak, dalam waktu yang terbatas dan juga terjadi berulang-ulang, dengan atau tanpa pergerakan yang involunter dan sebabnya bukan karena kelainan seperti gangguan peredaran darah, kadar glukosa darah yang rendah, gangguan emosi, pemakaian obat tidur atau keracunan.

Jenis-jenis epilepsi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Serangan sentrensefalik : gran mal dengan auranya, fase tonik lalu fase klonik, sesudahnya mungkin terjadi kebingungan post konvulsi, kadang-kadang timbul status epileptikus; petit mal : sering menyerang pada anak-anak, terdapat triad gejala : “absense” atau kehilangan kesadaran selama beberapa detik, beberapa tarikan otot, dan serangan atonik.
Serangan vegetatif : gejala-gejala susunan saraf vegetatif (umpamanya muntah, sakit kepala)
Serangan fokal : fokus sekitar sulkus sentralis sehingga mungkin terjadi serangan motorik dan sensorik.
Serangan psikik : macam-macam gejala metal timbul dalam bentuk serangan berulang-ulang, umpamanya perubahan persepsi : barang-barang kelihatan kecil atau besar atau jauh; perubahan tahu diri : depersonalisasi, de javu, jamais vu; perubahan pikiran : mendadak suatu kata, kalimat atau ide mendesak ke alam sadar dan mengisi seluruhnya; perubahan afek : serangan cemas sampai panik, depresif, putus asa atau lebih jarang senang, gembira; pengalaman halusinasi yang kompleks : sering mendengar, kadang-kadang pembauan, penderita sadar akan ini dan tahu bahwa hal ini asing baginya; otomatisme yang komplek : perilaku atau perbuatan yang kompleks dapat dilakukan, tetapi tidak cocok dengan keadaan dan pada umumnya merupakan stereotipi.




I.IDENTITAS PENDERITA

Nama : Sri Endah Mawarni
Umur : 32 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
TTL : Jombang, 11 Juli 1970
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Status : Kawin.
Suku/Bangsa : Jawa/ Indonesia
Tgl MRS : 15 April .Pkl.12.00
Tgl. Pemeriksaan: 15 April Pkl.13.30

II 1. KELUHAN UTAMA :

Marah – marah pada suami







2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
A. Auto Anamnesa

1.Namanya Siapa ? 1.Sri Endah Mawarni
2.Ke sini sama siapa ?
2.Sama ibu, sama kakak dan mantan suami saya (sambil melihat-lihat ke jendela )
3. Kenapa ke sini ? 3. Ngga tau, saya juga kaget dibawa ke sini ( sambil tertawa )
4. Apa yang dirasakan sekarang ? 4. Kesemutan bagian kaki kanan-kiri,juga tangan. Mata rabun sedikit (sambil menunjuk kaki,tangan dan matanya )
5. Kenapa di rumah marah-marah ? 5. Ngga kog! Saya dimarah,diancam mau dibunuh sama mantan suami. Saya potong rambut, rias manten , saya juga kenal sama Rina Samsudi dari Jakarta.
6. Siapa itu Rina ? 6. Orang yang buka les kecantikan , ngga tau sekarang di mana .
7. Tinggalnya sama siapa mba ? 7. Sama ibu, adik saya kerja, satu sekolah di Surabaya.
8. Pernah dengar atau lihat sesuatu ? 8.Dulu dengar sesuatu,ngga taulah,orangnya jelek kog, pasti mendoakan yang jelek-jelek.(sambil menggerakan tangannyadi meja )
9. Di rumah dekatnya sama siapa ? 9. Kadang sama tetangga, adik saya, kakak saya
10. Sama ibu ngga ? 10. Ngga, ibu saya mendoakan yang jelek-jelek (sambil melihat ke jendela )
11. Dulu pernah berobat ke mana ? 11. Ngga tau itu,padahal saya normal. Dulu disembuhkan orang dari jauh.
12. Dikasih obat ngga ? 12. I ya, dikasih obat tidur ,racun, obat nyamuk. Untung lho saya banyak pengalaman. Kadang dikasih tahi ayam, saya minum langsung muntah,makanya saya sering beli sprite,teh (sambil senyum-senyum sendiri)
13. Masih ingat ulang tahunnya ? 13. Tanggal 11 Juli tahun 70 , he... he...he...tua ya
14. bisa tidur nyenyak semalam ? 14. Ngga bisa, kapan itu saya mau di bunuh sama mantan suami saya sama 4 orang lagi, makanya saya tidur ngga bisa nyenyak, saya kaget lalu bangun sholat.

B. Hetero Anamnesa( dari ibu pasien, Ny.Sri Ningtyas)
• Selama 1 bulan ini ,pasien sering marah-marah bila melihat suami atau ibunya.
• Pasien tidak pernah mau makan dan minum di rumah dan kalau punya uang pasien selalu keluar rumah untuk beli makan- minum di luar rumah.
• Pasien sering duduk diam,ngelamun, dan kadang sampai nangis sendiri.
• Jika marah pasien sampai membanting-banting gelas dan piring, memecahkan kaca dan membakar buku,terutama barang-barang milik suaminya.
• Pasien selalu merasa mendengar suara-suara yang selalu menyuruhnya melakukan sesuatu.

3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

• Bulan September 2001, penderita sakit dan berobat jalan di RSJ Lawang.
• Kontrol hanya 4 kali sejak pertama kali sakit.
• Sulit minum obat, kadang obat dibuang.

4. RIWAYAT SOSIAL

• Menikah tahun 1995 dan belum punya anak
- Riwayat keluarga : Penderita anak ke 2 dari 4 bersaudara.

- Riwayat pendidikan :
 SD tamat
 SMP tamat
 SMA tamat
 Kursus salon
- Riwayat pekerjaan : Pasien bekerja di salon sendiri

5. FAKTOR-FAKTOR

• Faktor Keturunan : disangkal
• Faktor Premorbid : tertutup dan pendiam, jika punya masalah selalu tertutup
• Faktor Organik : tidak ada.
• Faktor Pencetus : masalah dengan suami.

III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Interna :
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80 X/ menit
Temperatur : 366 oC
Pernapasan : 24 X/ menit
Kepala leher : A (-) / I (-) / C (-) / D (-)
Thoraks : dbn
Abdomen : dbn
Ekstremitas : dbn

2. Status Neurologis :
Kesadaran : GCS 456
Meningeal sign: kaku kuduk (-)
N. cranialis : dbn
Motorik : 5 5
5 5
Sensibilitas : dbn
Refleks fisiologis: BPR + +
TPR + +
APR + +
KPR + +

Refleks patologis: babinsky (-)
3. Status Psikiatri :
Kesan umum : Penampilan rapi, berpakaian lengkap, sopan, bersih
Kontak : (+) verbal, relevan,tidak lancar.
Kesadaran : berubah
Afek / Emopsi : dangkal
Proses berpikir: - Bentuk : non realistik
- Arus : koheren
- Isi : Waham curiga
Persepsi : Halusinasi auditorik (+)
Waham (+)
Psikomotor : meningkat.
Kemauan : menurun.
Orientasi : WTO (+)
Inteligensi : kesan cukup

IV. RESUME
Penderita seorang wanita, usia 32 tahun dibawa ke RSJ Menur oleh keluarga melalui poli dewasa karena penderita marah-marah terutama pada suaminya. Pasien juga sering membanting-banting gelas-piring,memecahkan kaca,mambakar buku ,dan barang lainnya terutama barang- barang milik suaminya. Pasien juga selalu merasa mendengar suara-suara yang selalu menyuruhnya melakukan sesuatu. Pada tahun 2001 pasien mulai sakit dan berobat jalan dengan kontrol hanya 4 kali sejak sakit. Pasien juga sulit minum obat.
Faktor premorbid , penderita adalah seorang yang pendiam dan selalu tertutup jika punya masalah. Faktor pencetusnya adalah masalah dengan keluarga (suami) dan oleh karena tidak teraturnya pasien mengkonsumsi obat.
Dalam pemeriksaan fisik , baik status interna maupun status neurologis yang ditemukan masih dalam batas normal.
Status Psikiatri :
- Kesan Umum : Penampilan rapi ,berpakaian lengkap, sopan dan bersih.
- Kontak : (+) verbal, relevan dan tidak lancar.
- Kesadaran : Berubah
- Afek/ Emosi : Dangkal.

- Proses berpikir : Bentuk : non realistik
Arus : koheren
Isi : waham curiga
- Persepsi : Halusinasi auditorik (+)
Waham curiga (+)
- Psikomotor : Meningkat
- Kemauan : Menurun
- Orientasi : WTO (+)
- Inteligensi : Kesan cukup.

V. DIAGNOSA
Axis I : Skizofrenia Paranoid
Axis II : Pendiam dan tertutup
Axis III : (-)
Axis IV : Masalah dengan keluarga ( suami ) dan Tidak minum obat
Axis V : GAF Scale 60 – 51

VI. PENATALAKSANAAN
Terapi :
- CPZ 2 X 100 mg
- Haloperidol 2 X 5 mg
- K/ p inj. Serenace 1 am
.VIII. PROGNOSA
Dubia ad malam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar