Sabtu, 20 Juni 2009

Elektrokardiogram


ELEKTROKARDIOGRAM (EKG) NORMAL

A. Pengertian
Elektrokardiogram (EKG atau ECG) adalah grafik yang merekam perubahan potensial listrik jantung yang dihubungkan dengan waktu. Elektrodiografi adalah ilmu yang mempelajari perubahan-perubahan potensial atau perubahan voltage yang terdapat dalam jantung (Brunner & Suddarth. 2000).

B. Gambar EKG normal


Keterangan :
 garis putus-putus hijau adalah garis isoelektrik
 garis putus-putus merah adalah interval PR, durasi normal adalah < 5 kotak kecil atau < 0,2 detik.
 Garis putus-putus biru adalah komplek QRS, durasi normal < 3 kotak kecil atau < 0,12 detik
 Garis putus-putus hitam adalah adalah interval PR
 Garis kuning adalah segmen ST
 Gelombang P adalah defleksi positif pertama, gambarnya menyerupai bukit-cembung keatas.
 Gelembang Q adalah defleksi negatif pertama sebelum gelombang R, bentuknya kerucut menghadap kebawah, tetapi kadang-kadang gelombang ini hampir tidak kelihatan.
 Gelombang S adalah defleksi negatif pertama setelah gelombang R. Gelombang R sendiri membentuk kerucut yang selalu menghadap keatas, kecuali di lead aVR atau pemasangan elektroda ekstremitasnya terbalik. dan Gelombang T berbentuk seperti bukit letaknya setelah kompleks QRS

C. Segmen ST Normal dan Segmen ST Abnormal
1. Segmen ST Normal
Diukur dari akhir gelombamg S sampai awal gelombang T. Segmen ini normalnya isoelektris, tetapi pada lead prekordial dapat bervariasi dari -0,5 sampai +2 mm. Segmen ST yang naik disebut ST elevasi, dan yang turun disebut ST depresi.
2. Segmen ST abnormal untuk menentukan adanya tanda ischemia/ infark miokard
a. Iskhemia Miokard
 Ditandai dengan adanya depresi segmen ST > 1 mm pada satu atau lebih sadapan (penting dibedakan dengan depresi ”J point” yang normal. Keadaan ini dimulai 1-3 mm dibawah garis isoelektrik, tetapi segmen ST langsung naik tajam pada arah ke atas).
 Gelombang T terbalik
b. Infark Miokard
 Gelombang Q patologis
Pada fase akut umumnya gelombang Q patologis disertai adanya elevasi segmen ST atau hanya berupa segmen ST. Sedangkan pada sub akut atau recent gelombang EKG berupa gelombang Q patologis, segmen ST dan gelombang T normal kembali.
 Elevasi segmen ST
Merupakan tanda awal dari infark miokard dan menetap selama beberapa hari sampai 2 minggu.
 Setelah 1-3 hari gelombang T menjadi terbalik, dan biasanya mencapai puncaknya dalam 1-2 minggu, selama waktu tersebut gel T menjadi dalam dan terbalik simetris.
 Dalam 1-3 hari timbul gelombang Q patologis yang menunjukkan infark transmural.
Kriteria Q patologis:
- Durasi Q : ≥ 0,04 detik
- Rasio: Q : R : ≥ 25 %
- Kompleksi QRS dapat dipertimbangkan ekuivalen dengan gel Q (kriteria ini bila ditemukan hanya di sadapan III, aVL atau V1, tidak dapat digunakan untuk menentukan diagnostik infark).

Lokasi infark/iskhemia : kelainan disadapan :
Anterior : V2-V4
Inferior : II, III, dan aVF
Lateral : I dan V6
Posterior : V1, V2, R tinggi, T tegak
Anteroseptal : V1-V3
Anterolateral : aVL, V5-V6
Ventrikel kanan : V1, V3 R, V4 R











Gambar : ST Abnormal

a. ST elevasi (segmen ST berada diatas garis isoelektrik) artinya otot jantung sedang mengalami infark yang akut(baca:serangan jantung), dapat dilihat di lead II, III dan AVF.
b. ST depresi (segmen ST dibawah garis isoelektrik) artinya sama dengan ST elevasi hanya kedalaman infarknya yang berbeda. Pada ST elevasi otot yang infark meliputi otot jantung dalm sampai yang terluar (disebut Transmural) sedangkan pada St depresi otot yang terkena infark hanya meliputi otot jantung bagian dalam (subendocardial). ST depresi dapat dilihat di lead I dan aVL.














gambaran elektrokardiogram terdapat LBBB (Left Bundle Branch Block)
Penderita dengan nyeri dada iskhemik

1. Masalah Klinik : Penderita dengan nyeri dada iskhemik dan gambaran elektrokardiogram terdapat LBBB.
2. Strategi Tes : Periksa enzim seperti biasanya. Hanya pada penderita yang datang terlambat setelah keluhan dipertimbangkan pemeriksaan Sidikan Tc-Pyrophosphate.
3. Rasionalisasi : EKG pada penderita seperti ini tidak spesifik (60-70%). Apabila enzim tidak dapat memastikan Infark Miokard Akut, post-test probability Infark Miokard Akut menjadi 5% (apabila perkiraan pre-test probability 30%, sensitifitas EKG 80% dan spesifisitas EKG 98%). Sidikan nuklir hanya dapat membantu apabila terdapat kelainan abnormal yang fokal-regional. Pada penghitungan dibawah ini dapat dilihat implikasi dari pemeriksaan EKG diikuti pemeriksaan enzim CK-MB2
4. Kira-kiraduapertigakematian padapenderita dengan infark miokard akut terjadi diluar rumah sakit. Adanya pre hospital emergency care dengan mobile coronary care unit (MCCU) diharapkan memperbaiki prognosis dalam arti survival rate, life
5. Pada blockade cabang berkas kiri, depolarisasi ventrikel kirilah yang terlambat. Pada EKG akan tampak:
a. Kompleks QRS melebar (>0,12 detik)
b. Kompleks QRS pada sadapan yang merekam ventrikel kiri (I, aVL, V5, V6) akan menunjukkan perubahan perubahan bentuk yang khas. Gelombang R tinggi, melebar pada puncak/berlekuk dengan depresi segmen ST dan inverse gelombang T. Sadapan yang merekam ventrikel kanan (V1, V2) akan menunjukkan gelombang S yang dalam, lebar, dan terbalik.







c. Ciri-ciri Left Bundle Branch Block sama dengan RBBB yaitu Kompleks QRS melebar dan membentuk seperti huruf M. Perbedaannya terletak pada kemunculan M Shape yang pada LBBB terlihat di lead-lead kiri yaitu I, aVL,V5danV6
Gambar kertas EKG LBBB



Daftar Pustaka
1. http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://nl.ecgpedia.org/images/thumb/8/84/LBBB.png/180pxLBBB.png&imgrefurl=http://en.ecgpedia.org/wiki/LBBB&usg=__RLNzuCMyaujpMRY3ivnF10okoE=&h=306&w=180&sz=60&hl=id&start=13&tbnid=yuINNdntJWs6UM:&tbnh=117&tbnw=69&prev=/images%3Fq%3DLBBB%26gbv%3D2%26hl%3Did%26sa%3DG
2. http://www.swaiklan.com/education/cara-mudah-belajar-ekg.html
3. http://www.husada.co.id/files/389556937750000.pdf

पेनान्गानन NYERI


PENANGANAN NYERI
Published by irman somantri at 3:33 pm under Materi Kuliah
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut
Yaitu : suatu keadaan dimana individu mengalami dan melaporkan adanya rasa ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi yang tidak menyenangkan selama enam bulan atau kurang. (Carpenito, 1998: 55)
Batasan Karakteristik :
Subjektif : Komunikasi (verbal atau penggunaan kode) tentang nyeri dideskripsikan
Objektif :
• Perilaku sangat berhati-hati
• Memusatkan diri
• Fokus perhatian rendah (perubahan persepsi waktu, menarik diri dari hubungan sosial, gangguan proses fikir)
• Perilaku distraksi (mengerang, menangis dll)
• Raut wajah kesakitan (wajah kuyu, meringis)
• Perubahan tonus otot
• Respon autonom (diaforesis, perubahan tekanan darah dan nadi, dilatasi pupil, penurunan atau peningkatan frekuensi pernafasan).
b. Nyeri Kronis
Yaitu : keadaan dimana seseorang individu mengalami nyeri yang menetap atau intermiten dan berlangsung lebih dari enam bulan.
Batasan Karakteristik :
Mayor (Harus Terdapat)
• Individu melaporkan bahwa nyeri telah ada lebih dari 6 bulan
Minor (Mungkin Terdapat)
• Ketidaknyamanan
• Marah, frustasi, depresi karena situasi
• Raut wajah kesakitan
• Anoreksia, penurunan berat badan
• Insomnia
• Gerakan yang sangat berhati-hati
• Spasme otot
• Kemerahan, bengkak, panas
• Perubahan warna pada area terganggu
• Abnormalitas refleks.
Diagnosa Keperawatan Tambahan
• Kecemasan yang berhubungan dengan hilangnya kontrol
• Ketakutan yang berhubungan dengan nyeri
• Kelemahan yang berhubungan dengan pengobatan pada penyakit
• Perubahan Penampilan Peran yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan kerusakan koping
• Perubahan Pola Sexualitas yang berhubungan dengan kesakitan dan nyeri
• Kerusakan Mobilitas Fisik yang berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan
• Aktifitas Intoleran yang berhubungan dengan nyeri dan/atau depresi
• Gangguan Pola Tidur yang berhubungan dengan nyeri
• Kurang Perawatan Diri (total atau sebagian) yang berhubungan dengan nyeri
• Perubahan Pemeliharaan Kesehatan yang berhubungan dengan persaan tak berdaya.
RENCANA TINDAKAN
Tujuan dari rencana tindakan untuk mengatasi nyeri antara lain :
1. Meningkatkan perasaan nyaman dan aman individu
2. Meningkatkan kemampuan individu untuk dapat melakukan aktifitas fisik yang diperlukan untuk penyembuhan (misal; batuk dan nafas dalam, ambulasi)
3. Mencegah timbulnya gangguan tidur
Intervensi
Secara umum intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu :
1. Non Farmakologik intervention : Distraksi, Relaksasi, Stimulasi Kutaneus
2. Farmakologi Intervention
Distraksi
Beberapa teknik distraksi, antara lain :
1. Nafas lambat, berirama
2. Massage and Slow, Rhythmic Breathing
3. Rhytmic Singing and Tapping
4. Active Listening
5. Guide Imagery
Relaksasi
Teknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan memberikan beberapa keuntungan, antara lain :
1. Relaksasi akan menurunkan ansietas yang berhubungan dengan nyeri atau stres
2. Menurunkan nyeri otot
3. Menolong individu untuk melupakan nyeri
4. Meningkatkan periode istirahat dan tidur
5. Meningkatkan keefektifan terapi nyeri lain
6. Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul akibat nyeri
Stewart (1976: 959), menganjurkan beberapa teknik relaksasi berikut :
1. Klien menarik nafas dalam dan menahannya di dalam paru
2. Secara perlahan-lahan keluarkan udara dan rasakan tubuh menjadi kendor dan rasakan betapa nyaman hal tersebut
3. Klien bernafas dengan irama normal dalam beberapa waktu
4. Klien mengambil nafas dalam kembali dan keluarkan secara perlahan-lahan, pada saat ini biarkan telapak kaki relaks. Perawat minta kepada klien untuk mengkonsentrasikan fikiran pada kakinya yang terasa ringan dan hangat.
5. Ulangi langkah 4 dan konsentrasikan fikiran pada lengan, perut, punggung dan kelompok otot-otot lain
6. Setelah klien merasa relaks, klien dianjurkan bernafas secara perlahan. Bila nyeri menjadi hebat klien dapat bernafas secara dangkal dan cepat.
Stimulasi Kulit (Cutaneus)
Beberapa teknik untuk stimulasi kulit antara lain :
a. Kompres dingin
b. Analgesics ointments
c. Counteriritan, seperti plester hangat.
d. Contralateral Stimulation, yaitu massage kulit pada area yang berlawanan dengan area yang nyeri.
Farmakologik Agent
1. Analgesics
Obat golongan analgesik akan merubah persepsi dan interpretasi nyeri dengan jalan mendepresi Sistem Saraf Pusat pada Thalamus dan Korteks Cerebri. Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum klien merasakan nyeri yang berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri. Untuk alasan ini maka analgesik dianjurkan untuk diberikan secara teratur dengan interval, seperti setiap 4 jam (q 4h) setelah pembedahan.
Terdapat dua klasifikasi mayor dari analgesik, yaitu :
a. Narcotic (Strong analgesics)
Termasuk didalamnya adalah : derivat opiate seperti morphine dan codein.
Narkotik menghilangkan nyeri dengan merubah aspek emosional dari pengalaman nyeri (misal : persepsi nyeri). Perubahan mood dan perilaku dan perasaan sehat membuat seseorang merasa lebih nyaman meskipun nyerinya masih timbul.
b. Nonnarcotics (Mild analgesics)
Mencakup derivat dari : Asam Salisilat (aspirin); Para-aminophenols (phenacetin); Pyrazolon (Phenylbutazone).
Meskipun begitu terdapat pula obat analgesik kombinasi, seperti kombinasi dari analgesik kuat (strong analgesics) dengan analgesik ringan (mild analgesics), contohnya : Tylenol #3, merupakan kombinasi dari acetaminophen sebagai obat analgesik nonnarkotik dengan codein, 30mg.
2. Plasebo
Plasebo merupakan jenis dari tindakan, seperti pada intervensi keperawatan yang menghasilkan efek pada klien dikarenakan adanya suatu kepercayaan daripada kandungan fisik atau kimianya (McCaffery, 1982:22). Pengobatannya tidak mengandung komponen obat analgesik (seperti : gula, larutan garam/normal saline, atau air) tetapi hal ini dapat menurunkan nyeri. Untuk memberikan plasebo ini perawat harus mempunyai izin dari dokter.
Medical Interventions
1. Blok Saraf (Nerve Block)
2. Electric Stimulation
3. Acupunture
4. Hypnosis
5. Surgery/Pembedahan
6. Biofeedback
Tags: distraksi, nyeri, nyeri akut, penanganan nyeri, relaksasi






`PERAWAT GADAR
03 OKTOBER 2008
VENTILASI MEKANIK
Pengertian.
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi.


Indikasi Pemasangan Ventilator
Pasien dengan respiratory failure (gagal napas)
Pasien dengan operasi tekhik hemodilusi.
Post Trepanasi dengan black out.
Respiratory Arrest.


Penyebab Gagal Napas
Penyebab sentral
Trauma kepala : Contusio cerebri.
Radang otak : Encepalitis.
Gangguan vaskuler : Perdarahan otak, infark otak.
Obat-obatan : Narkotika, Obat anestesi.


Penyebab perifer
Kelainan Neuromuskuler:
Guillian Bare syndrom
Tetanus
Trauma servikal.
Obat pelemas otot.
Kelainan jalan napas.
Obstruksi jalan napas.
Asma broncheal.
Kelainan di paru.
Edema paru, atelektasis, ARDS
Kelainan tulang iga / thorak.
Fraktur costae, pneumothorak, haemathorak.
Kelainan jantung.
Kegagalan jantung kiri.
Kriteria Pemasangan Ventilator
Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit.
Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg.
PaCO2 lebih dari 60 mmHg
AaDO2 dengan O2 100 % hasilnya lebih dari 350 mmHg.
Vital capasity kurang dari 15 ml / kg BB.


Macam-macam Ventilator.
Menurut sifatnya ventilator dibagi tiga type yaitu:
Volume Cycled Ventilator.
Perinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan volume. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang ditentukan. Keuntungan volume cycled ventilator adalah perubahan pada komplain paru pasien tetap memberikan volume tidal yang konsisten.
Pressure Cycled Ventilator
Perinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan tekanan. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekspirasi terjadi dengan pasif. Kerugian pada type ini bila ada perubahan komplain paru, maka volume udara yang diberikan juga berubah. Sehingga pada pasien yang setatus parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak dianjurkan.
Time Cycled Ventilator
Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan wamtu ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas permenit)
Normal ratio I : E (inspirasi : ekspirasi ) 1 : 2


Mode-Mode Ventilator.
Mode Control.
Pada mode kontrol mesin secara terus menerus membantu pernafasan pasien. Ini diberikan pada pasien yang pernafasannya masih sangat jelek, lemah sekali atau bahkan apnea. Pada mode ini ventilator mengontrol pasien, pernafasan diberikan ke pasien pada frekwensi dan volume yang telah ditentukan pada ventilator, tanpa menghiraukan upaya pasien untuk mengawali inspirasi. Bila pasien sadar, mode ini dapat menimbulkan ansietas tinggi dan ketidaknyamanan dan bila pasien berusaha nafas sendiri bisa terjadi fighting (tabrakan antara udara inspirasi dan ekspirasi), tekanan dalam paru meningkat dan bisa berakibat alveoli pecah dan terjadi pneumothorax. Contoh mode control ini adalah: CR (Controlled Respiration), CMV (Controlled Mandatory Ventilation), IPPV (Intermitten Positive Pressure Ventilation)
Mode IMV / SIMV: Intermitten Mandatory Ventilation/Sincronized Intermitten Mandatory Ventilation.
Pada mode ini ventilator memberikan bantuan nafas secara selang seling dengan nafas pasien itu sendiri. Pada mode IMV pernafasan mandatory diberikan pada frekwensi yang di set tanpa menghiraukan apakah pasien pada saat inspirasi atau ekspirasi sehingga bisa terjadi fighting dengan segala akibatnya. Oleh karena itu pada ventilator generasi terakhir mode IMVnya disinkronisasi (SIMV). Sehingga pernafasan mandatory diberikan sinkron dengan picuan pasien. Mode IMV/SIMV diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan tetapi belum normal sehingga masih memerlukan bantuan.
Mode ASB / PS : (Assisted Spontaneus Breathing / Pressure Suport
Mode ini diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan atau pasien yang masih bisa bernafas tetapi tidal volumnenya tidak cukup karena nafasnya dangkal. Pada mode ini pasien harus mempunyai kendali untuk bernafas. Bila pasien tidak mampu untuk memicu trigger maka udara pernafasan tidak diberikan.
CPAP : Continous Positive Air Pressure.
Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan diberikan pada pasien yang sudah bisa bernafas dengan adekuat.
Tujuan pemberian mode ini adalah untuk mencegah atelektasis dan melatih otot-otot pernafasan sebelum pasien dilepas dari ventilator.


Sistem Alarm
Ventilator digunakan untuk mendukung hidup. Sistem alarm perlu untuk mewaspadakan perawat tentang adanya masalah. Alarm tekanan rendah menandakan adanya pemutusan dari pasien (ventilator terlepas dari pasien), sedangkan alarm tekanan tinggi menandakan adanya peningkatan tekanan, misalnya pasien batuk, cubing tertekuk, terjadi fighting, dll. Alarm volume rendah menandakan kebocoran. Alarm jangan pernah diabaikan tidak dianggap dan harus dipasang dalam kondisi siap.


Pelembaban dan suhu.
Ventilasi mekanis yang melewati jalan nafas buatan meniadakan mekanisme pertahanan tubuh unmtuk pelembaban dan penghangatan. Dua proses ini harus digantikan dengan suatu alat yang disebut humidifier. Semua udara yang dialirkan dari ventilator melalui air dalam humidifier dihangatkan dan dijenuhkan. Suhu udara diatur kurang lebih sama dengan suhu tubuh. Pada kasus hipotermi berat, pengaturan suhu udara dapat ditingkatkan. Suhu yang terlalu itnggi dapat menyebabkan luka bakar pada trachea dan bila suhu terlalu rendah bisa mengakibatkan kekeringan jalan nafas dan sekresi menjadi kental sehingga sulit dilakukan penghisapan.


Fisiologi Pernapasan Ventilasi Mekanik
Pada pernafasan spontan inspirasi terjadi karena diafragma dan otot intercostalis berkontrkasi, rongga dada mengembang dan terjadi tekanan negatif sehingga aliran udara masuk ke paru, sedangkan fase ekspirasi berjalan secara pasif.
Pada pernafasan dengan ventilasi mekanik, ventilator mengirimkan udara dengan memompakan ke paru pasien, sehingga tekanan sselama inspirasi adalah positif dan menyebabkan tekanan intra thorakal meningkat. Pada akhir inspirasi tekanan dalam rongga thorax paling positif.


Efek Ventilasi mekanik
Akibat dari tekanan positif pada rongga thorax, darah yang kembali ke jantung terhambat, venous return menurun, maka cardiac output juga menurun. Bila kondisi penurunan respon simpatis (misalnya karena hipovolemia, obat dan usia lanjut), maka bisa mengakibatkan hipotensi. Darah yang lewat paru juga berkurang karena ada kompresi microvaskuler akibat tekanan positif sehingga darah yang menuju atrium kiri berkurang, akibatnya cardiac output juga berkurang. Bila tekanan terlalu tinggi bisa terjadi gangguan oksigenasi. Selain itu bila volume tidal terlalu tinggi yaitu lebih dari 10-12 ml/kg BB dan tekanan lebih besar dari 40 CmH2O, tidak hanya mempengaruhi cardiac output (curah jantung) tetapi juga resiko terjadinya pneumothorax.
Efek pada organ lain:
Akibat cardiac output menurun; perfusi ke organ-organ lainpun menurun seperti hepar, ginjal dengan segala akibatnya. Akibat tekanan positif di rongga thorax darah yang kembali dari otak terhambat sehingga tekanan intrakranial meningkat.


Komplikasi Ventilasi Mekanik (Ventilator)
Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila perawatannya tidak tepat bisa, menimbulkan komplikasi seperti:
Pada paru
Baro trauma: tension pneumothorax, empisema sub cutis, emboli udara vaskuler.
Atelektasis/kolaps alveoli diffuse
Infeksi paru
Keracunan oksigen
Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat.
Aspirasi cairan lambung
Tidak berfungsinya penggunaan ventilator
Kerusakan jalan nafas bagian atas


Pada sistem kardiovaskuler
Hipotensi, menurunya cardiac output dikarenakan menurunnya aliran balik vena akibat meningkatnya tekanan intra thorax pada pemberian ventilasi mekanik dengan tekanan tinggi.


Pada sistem saraf pusat
Vasokonstriksi cerebral
Terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri (PaCO2) dibawah normal akibat dari hiperventilasi.
Oedema cerebral
Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas normal akibat dari hipoventilasi.
Peningkatan tekanan intra kranial
Gangguan kesadaran
Gangguan tidur.


Pada sistem gastrointestinal
Distensi lambung, illeus
Perdarahan lambung.


Gangguan psikologi


Prosedur Pemberian Ventilator
Sebelum memasang ventilator pada pasien. Lakukan tes paru pada ventilator untuk memastikan pengesetan sesuai pedoman standar. Sedangkan pengesetan awal adalah sebagai berikut:
Fraksi oksigen inspirasi (FiO2) 100%
Volume Tidal: 4-5 ml/kg BB
Frekwensi pernafasan: 10-15 kali/menit
Aliran inspirasi: 40-60 liter/detik
PEEP (Possitive End Expiratory Pressure) atau tekanan positif akhir ekspirasi: 0-5 Cm, ini diberikan pada pasien yang mengalami oedema paru dan untuk mencegah atelektasis. Pengesetan untuk pasien ditentukan oleh tujuan terapi dan perubahan pengesetan ditentukan oleh respon pasien yang ditujunkan oleh hasil analisa gas darah (Blood Gas)
.
Kriteria Penyapihan
Pasien yang mendapat bantuan ventilasi mekanik dapat dilakukan penyapihan bila memenuhi kriteria sebagai berikut:
Kapasitas vital 10-15 ml/kg BB
Volume tidal 4-5 ml/kg BB
Kekuatan inspirasi 20 cm H2O atau lebih besar
Frekwensi pernafasan kurang dari 20 kali/menit.




FISIOLOGI PERNAPASAN VENTILASI MEKANIK


Napas Spontan
diafragma dan otot intercostalis berkontraksi  rongga dada mengembang terjadi tekanan (-)  aliran udara masuk ke paru dan berhenti pada akhir inspirasi
fase ekspirasi berjalan secara pasif


Pernapasan dengan ventilasi mekanik
udara masuk ke dalam paru karena ditiup, sehingga tekanan rongga thorax (+)
pada akhir inspirasi tekanan dalam rongga thorax paling positif
ekspirasi berjalan pasif.


EFEK VENTILASI MEKANIK


Pada Kardiovaskuler
Akibat dari tekanan posistif pada rongga thorax  darah yang kembali ke jantung terhambat  venous return menurun maka cardiac out put menurun.
Darah yang lewat paru juga berkurang karena ada kompresi microvaskuler akibat tekanan (+)  sehingga darah berkurang  cardiac out put menurun.
Bila tekanan terlalu tinggi  bisa terjadi ex oksigenasi.


Pada organ Lain
Akibat cardiac out put menurun  perfusi ke organ lainpun akan menurun seperti, hepar, ginjal, otak dan segala akibatnya.
Akibat tekanan (+) di rongga thorax darah yang kembali dari otak terhambat  TIK meningkat.


TERAPI OXIGEN
Setelah jalan nafas bebas, maka selanjutnya tergantung dari derajat hipoksia atau hiperkabinya serta keadaan penderita.


Pontiopidan memberi batasan mekanik, oksigenasi dan ventilasi untuk menentukan tindakan selanjutnya (lihat tabel)

सदर KEPALA


CEDERA KEPALA

A. PENGERTIAN
Cidera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan (accelerasi - decelerasi ) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serta notasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan.

B. PATOFISIOLOGI
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg %, karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi cerebral.
Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen melalui proses metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan asidosis metabolik.
Dalam keadaan normal cerebral blood flow (CBF) adalah 50 - 60 ml / menit / 100 gr. jaringan otak, yang merupakan 15 % dari cardiac output.
Trauma kepala meyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas atypical-myocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udem paru. Perubahan otonom pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P dan disritmia, fibrilasi atrium dan vebtrikel, takikardia.
Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan berkontraksi . Pengaruh persarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah arteri dan arteriol otak tidak begitu besar.


Cedera kepala menurut patofisiologi dibagi menjadi dua :

1. Cedera kepala primer
Akibat langsung pada mekanisme dinamik (acelerasi - decelerasi rotasi ) yang menyebabkan gangguan pada jaringan.
Pada cedera primer dapat terjadi :
1. Gegar kepala ringan
2. Memar otak
3. Laserasi
2. Cedera kepala sekunder
1. Pada cedera kepala sekunder akan timbul gejala, seperti :
2. Hipotensi sistemik
3. Hipoksia
4. Hiperkapnea
5. Udema otak
6. Komplikasi pernapasan
7. infeksi / komplikasi pada organ tubuh yang lain

C. PERDARAHAN YANG SERING DITEMUKAN
1. Epidural Hematoma
Terdapat pengumpulan darah di antara tulang tengkorak dan duramater akibat pecahnya pembuluh darah / cabang - cabang arteri meningeal media yang terdapat di duramater, pembuluh darah ini tidak dapat menutup sendiri karena itu sangat berbahaya. Dapat terjadi dalam beberapa jam sampai 1-2 hari. Lokasi yang paling sering yaitu di lobus temporalis dan parietalis.

Gejala-gejala yang terjadi :
Penurunan tingkat kesadaran, Nyeri kepala, Muntah, Hemiparesis, Dilatasi pupil ipsilateral, Pernapasan dalam cepat kemudian dangkal irreguler, Penurunan nadi, Peningkatan suhu
2. Subdural Hematoma
Terkumpulnya darah antara duramater dan jaringan otak, dapat terjadi akut dan kronik. Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah vena / jembatan vena yang biasanya terdapat diantara duramater, perdarahan lambat dan sedikit. Periode akut terjadi dalam 48 jam - 2 hari atau 2 minggu dan kronik dapat terjadi dalam 2 minggu atau beberapa bulan.
Tanda-tanda dan gejalanya adalah : nyeri kepala, bingung, mengantuk, menarik diri, berfikir lambat, kejang dan udem pupil
Perdarahan intracerebral berupa perdarahan di jaringan otak karena pecahnya pembuluh darah arteri; kapiler; vena.
Tanda dan gejalanya :
Nyeri kepala, penurunan kesadaran, komplikasi pernapasan, hemiplegia kontra lateral, dilatasi pupil, perubahan tanda-tanda vital
3. Perdarahan Subarachnoid
Perdarahan di dalam rongga subarachnoid akibat robeknya pembuluh darah dan permukaan otak, hampir selalu ada pad cedera kepala yang hebat.
Tanda dan gejala :
Nyeri kepala, penurunan kesadaran, hemiparese, dilatasi pupil ipsilateral dan kaku kuduk

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengumpulan data klien baik subyektif atau obyektif pada gangguan sistem persarafan sehubungan dengan cedera kepala tergantung pada bentuk, lokasi, jenis injuri dan adanya komplikasi pada organ vital lainnya. Data yang perlu didapati adalah sebagai berikut :

1. Identitas klien dan keluarga (penanggung jawab): nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status perkawinan, alamat, golongan darah, pengahasilan, hubungan klien dengan penanggung jawab.

2. Riwayat kesehatan :
Tingkat kesadaran/GCS (< 15), konvulsi, muntah, dispnea / takipnea, sakit kepala, wajah simetris / tidak, lemah, luka di kepala, paralise, akumulasi sekret pada saluran napas, adanya liquor dari hidung dan telinga dan kejang
Riwayat penyakit dahulu haruslah diketahui baik yang berhubungan dengan sistem persarafan maupun penyakit sistem sistemik lainnya. demikian pula riwayat penyakit keluarga terutama yang mempunyai penyakit menular.
Riwayat kesehatan tersebut dapat dikaji dari klien atau keluarga sebagai data subyektif. Data-data ini sangat berarti karena dapat mempengaruhi prognosa klien.

3. Pemeriksaan Fisik
Aspek neurologis yang dikaji adalah tingkat kesadaran, biasanya GCS < 15, disorientasi orang, tempat dan waktu. Adanya refleks babinski yang positif, perubahan nilai tanda-tanda vital kaku kuduk, hemiparese.
Nervus cranialis dapat terganggu bila cedera kepala meluas sampai batang otak karena udema otak atau perdarahan otak juga mengkaji nervus I, II, III, V, VII, IX, XII.

4. Pemeriksaan Penujang
• CT-Scan (dengan atau tanpa kontras) : mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak. Catatan : Untuk mengetahui adanya infark / iskemia jangan dilekukan pada 24 - 72 jam setelah injuri.
• MRI : Digunakan sama seperti CT-Scan dengan atau tanpa kontras radioaktif.
• Cerebral Angiography: Menunjukan anomali sirkulasi cerebral, seperti : perubahan jaringan otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma.
• Serial EEG: Dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis
• X-Ray: Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis(perdarahan/edema), fragmen tulang.
• BAER: Mengoreksi batas fungsi corteks dan otak kecil
• PET: Mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak
• CSF, Lumbal Punksi :Dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid.
• ABGs: Mendeteksi keberadaan ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenisasi) jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial
• Kadar Elektrolit : Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan tekanan intrkranial
• Screen Toxicologi: Untuk mendeteksi pengaruh obat sehingga menyebabkan penurunan kesadaran.

Penatalaksanaan
Konservatif:
• Bedrest total
• Pemberian obat-obatan
• Observasi tanda-tanda vital (GCS dan tingkat kesadaran)

Prioritas Perawatan:
1. Maksimalkan perfusi / fungsi otak
2. Mencegah komplikasi
3. Pengaturan fungsi secara optimal / mengembalikan ke fungsi normal
4. Mendukung proses pemulihan koping klien / keluarga
5. Pemberian informasi tentang proses penyakit, prognosis, rencana pengobatan, dan rehabilitasi.
Tujuan:
1. Fungsi otak membaik : defisit neurologis berkurang/tetap
2. Komplikasi tidak terjadi
3. Kebutuhan sehari-hari dapat dipenuhi sendiri atau dibantu orang lain
4. Keluarga dapat menerima kenyataan dan berpartisipasi dalam perawatan
5. Proses penyakit, prognosis, program pengobatan dapat dimengerti oleh keluarga sebagai sumber informasi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan yang biasanya muncul adalah:
1. Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan depresi pada pusat napas di otak.
2. Tidakefektifnya kebersihan jalan napas sehubungan dengan penumpukan sputum.
3. Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan udem otak
4. Keterbatasan aktifitas sehubungan dengan penurunan kesadaran (soporos - coma)
5. Resiko tinggi gangguan integritas kulit sehubungan dengan immobilisasi, tidak adekuatnya sirkulasi perifer.

C. INTERVENSI

Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan depresi pada pusat napas di otak.
Tujuan :
Mempertahankan pola napas yang efektif melalui ventilator.
Kriteria evaluasi :
Penggunaan otot bantu napas tidak ada, sianosis tidak ada atau tanda-tanda hipoksia tidak ada dan gas darah dalam batas-batas normal.
Rencana tindakan :
• Hitung pernapasan pasien dalam satu menit. pernapasan yang cepat dari pasien dapat menimbulkan alkalosis respiratori dan pernapasan lambat meningkatkan tekanan Pa Co2 dan menyebabkan asidosis respiratorik.
• Cek pemasangan tube, untuk memberikan ventilasi yang adekuat dalam pemberian tidal volume.
• Observasi ratio inspirasi dan ekspirasi pada fase ekspirasi biasanya 2 x lebih panjang dari inspirasi, tapi dapat lebih panjang sebagai kompensasi terperangkapnya udara terhadap gangguan pertukaran gas.
• Perhatikan kelembaban dan suhu pasien keadaan dehidrasi dapat mengeringkan sekresi / cairan paru sehingga menjadi kental dan meningkatkan resiko infeksi.
• Cek selang ventilator setiap waktu (15 menit), adanya obstruksi dapat menimbulkan tidak adekuatnya pengaliran volume dan menimbulkan penyebaran udara yang tidak adekuat.
• Siapkan ambu bag tetap berada di dekat pasien, membantu membarikan ventilasi yang adekuat bila ada gangguan pada ventilator.

Tidak efektifnya kebersihan jalan napas sehubungan dengan penumpukan sputum.
Tujuan :
Mempertahankan jalan napas dan mencegah aspirasi
Kriteria Evaluasi :
Suara napas bersih, tidak terdapat suara sekret pada selang dan bunyi alarm karena peninggian suara mesin, sianosis tidak ada.
Rencana tindakan :
• Kaji dengan ketat (tiap 15 menit) kelancaran jalan napas. Obstruksi dapat disebabkan pengumpulan sputum, perdarahan, bronchospasme atau masalah terhadap tube.
• Evaluasi pergerakan dada dan auskultasi dada (tiap 1 jam ). Pergerakan yang simetris dan suara napas yang bersih indikasi pemasangan tube yang tepat dan tidak adanya penumpukan sputum.
• Lakukan pengisapan lendir dengan waktu kurang dari 15 detik bila sputum banyak. Pengisapan lendir tidak selalu rutin dan waktu harus dibatasi untuk mencegah hipoksia.
• Lakukan fisioterapi dada setiap 2 jam. Meningkatkan ventilasi untuk semua bagian paru dan memberikan kelancaran aliran serta pelepasan sputum.


Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan udem otak
Tujuan :
Mempertahankan dan memperbaiki tingkat kesadaran fungsi motorik.
Kriteria hasil :
Tanda-tanda vital stabil, tidak ada peningkatan intrakranial.
Rencana tindakan :
Monitor dan catat status neurologis dengan menggunakan metode GCS.
Refleks membuka mata menentukan pemulihan tingkat kesadaran.
Respon motorik menentukan kemampuan berespon terhadap stimulus eksternal dan indikasi keadaan kesadaran yang baik.
Reaksi pupil digerakan oleh saraf kranial oculus motorius dan untuk menentukan refleks batang otak.
Pergerakan mata membantu menentukan area cedera dan tanda awal peningkatan tekanan intracranial adalah terganggunya abduksi mata.

Monitor tanda-tanda vital tiap 30 menit.
Peningkatan sistolik dan penurunan diastolik serta penurunan tingkat kesadaran dan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial. Adanya pernapasan yang irreguler indikasi terhadap adanya peningkatan metabolisme sebagai reaksi terhadap infeksi. Untuk mengetahui tanda-tanda keadaan syok akibat perdarahan.

Pertahankan posisi kepala yang sejajar dan tidak menekan.
Perubahan kepala pada satu sisi dapat menimbulkan penekanan pada vena jugularis dan menghambat aliran darah otak, untuk itu dapat meningkatkan tekanan intrakranial.

Hindari batuk yang berlebihan, muntah, mengedan, pertahankan pengukuran urin dan hindari konstipasi yang berkepanjangan.
Dapat mencetuskan respon otomatik penngkatan intrakranial.

Observasi kejang dan lindungi pasien dari cedera akibat kejang.
Kejang terjadi akibat iritasi otak, hipoksia, dan kejang dapat meningkatkan tekanan intrakrania.
Berikan oksigen sesuai dengan kondisi pasien.
Dapat menurunkan hipoksia otak.

Berikan obat-obatan yang diindikasikan dengan tepat dan benar (kolaborasi).
Membantu menurunkan tekanan intrakranial secara biologi / kimia seperti osmotik diuritik untuk menarik air dari sel-sel otak sehingga dapat menurunkan udem otak, steroid (dexametason) untuk menurunkan inflamasi, menurunkan edema jaringan. Obat anti kejang untuk menurunkan kejang, analgetik untuk menurunkan rasa nyeri efek negatif dari peningkatan tekanan intrakranial. Antipiretik untuk menurunkan panas yang dapat meningkatkan pemakaian oksigen otak.

Keterbatasan aktifitas sehubungan dengan penurunan kesadaran (soporos - coma )
Tujuan :
Kebutuhan dasar pasien dapat terpenuhi secara adekuat.
Kriteria hasil :
Kebersihan terjaga, kebersihan lingkungan terjaga, nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan, oksigen adekuat.
Rencana Tindakan :
Berikan penjelasan tiap kali melakukan tindakan pada pasien.
Penjelasan dapat mengurangi kecemasan dan meningkatkan kerja sama yang dilakukan pada pasien dengan kesadaran penuh atau menurun.
Beri bantuan untuk memenuhi kebersihan diri.
Kebersihan perorangan, eliminasi, berpakaian, mandi, membersihkan mata dan kuku, mulut, telinga, merupakan kebutuhan dasar akan kenyamanan yang harus dijaga oleh perawat untuk meningkatkan rasa nyaman, mencegah infeksi dan keindahan.

Berikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan.
Makanan dan minuman merupakan kebutuhan sehari-hari yang harus dipenuhi untuk menjaga kelangsungan perolehan energi. Diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien baik jumlah, kalori, dan waktu.

Jelaskan pada keluarga tindakan yang dapat dilakukan untuk menjaga lingkungan yang aman dan bersih.
Keikutsertaan keluarga diperlukan untuk menjaga hubungan klien - keluarga. Penjelasan perlu agar keluarga dapat memahami peraturan yang ada di ruangan.

Berikan bantuan untuk memenuhi kebersihan dan keamanan lingkungan.
Lingkungan yang bersih dapat mencegah infeksi dan kecelakaan.

Kecemasan keluarga sehubungan keadaan yang kritis pada pasien.
Tujuan :
Kecemasan keluarga dapat berkurang
Kriteri evaluasi :
Ekspresi wajah tidak menunjang adanya kecemasan
Keluarga mengerti cara berhubungan dengan pasien
Pengetahuan keluarga mengenai keadaan, pengobatan dan tindakan meningkat.
Rencana tindakan :
• Bina hubungan saling percaya.
Untuk membina hubungan terpiutik perawat - keluarga.
Dengarkan dengan aktif dan empati, keluarga akan merasa diperhatikan.
• Beri penjelasan tentang semua prosedur dan tindakan yang akan dilakukan pada pasien.
Penjelasan akan mengurangi kecemasan akibat ketidak tahuan.
• Berikan kesempatan pada keluarga untuk bertemu dengan klien.
Mempertahankan hubungan pasien dan keluarga.
• Berikan dorongan spiritual untuk keluarga.
Semangat keagamaan dapat mengurangi rasa cemas dan meningkatkan keimanan dan ketabahan dalam menghadapi krisis.

Resiko tinggi gangguan integritas kulit sehubungan dengan immobilisasi, tidak adekuatnya sirkulasi perifer.
Tujuan :
Gangguan integritas kulit tidak terjadi
Rencana tindakan :
• Kaji fungsi motorik dan sensorik pasien dan sirkulasi perifer untuk menetapkan kemungkinan terjadinya lecet pada kulit.
• Kaji kulit pasien setiap 8 jam : palpasi pada daerah yang tertekan.
• Berikan posisi dalam sikap anatomi dan gunakan tempat kaki untuk daerah yang menonjol.
• Ganti posisi pasien setiap 2 jam
• Pertahankan kebersihan dan kekeringan pasien : keadaan lembab akan memudahkan terjadinya kerusakan kulit.
• Massage dengan lembut di atas daerah yang menonjol setiap 2 jam sekali.
• Pertahankan alat-alat tenun tetap bersih dan tegang.
• Kaji daerah kulit yang lecet untuk adanya eritema, keluar cairan setiap 8 jam.
• Berikan perawatan kulit pada daerah yang rusak / lecet setiap 4 - 8 jam dengan menggunakan H2O2.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). Philadelpia, F.A. Davis Company.

Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach St. Louis. Cv. Mosby Company.

Asikin Z (1991) Simposium Keperawatan Penderita Cedera Kepala. Panatalaksanaan Penderita dengan Alat Bantu Napas, Jakarta.

Harsono (1993) Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press

Jumat, 19 Juni 2009

KUMPULAN SAP MATERNITAS



c. Evaluasi hasil
a. Ibu mampu mengetahui tentang pengertian perawatan payudara ibu menyusui
b. Ibu mampu mengetahui tentang manfaat perawatan payudara ibu menyusui
c. Ibu mampu mengetahui tentang cara melakukan perawatan payudara
d. Ibu mampu mengetahui tentang keuntungan menyusui
e. Ibu mampu mengetahui tanda – tanda menyusui yang benar

VII. Pustaka
1. P. Hadi, dkk, pelatihan paramedis tingkat nasional dalam peningkatan pemanfaatan ASI dan rawat gabung di rumah sakit, jakarta, perinasia, 1988.
2. S. Ruli, dkk, Bunga rampe menyusui dan rawat gabung, jakarta, perinasia, 1992.
3. S. Ruli, dkk, Melindungi meningkatan dan mendukung menyusui, jakarta, perinasia, 1994.

VIII. Lampiran
1. Materi
2. Leaflet












LAMPIRAN

PERAWATAN PAYUDARA IBU MENYUSUI

Pendahuluan
Perawat sebagai petugas kesehatan dituntut kemampuannya untuk ikut bertanggungjawab dalam melaksanakan upaya peningkatan dan penggunaan air susu Ibu (ASI). Sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak melalui program pemasyarakatan ASI, maka perawat juga dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam manajemen laktasi. Hal ini berarti perawat harus mampu berperan sebagai pendukung dan inovator yang akan membentuk perilaku masyarakat dalam mengembangkan kesehatan pada umumnya dan penggunaan ASI pada khususnya.
Mengingat banyak terjadi perubahan perilaku dalam masyarakat khususnya ibu – ibu yang cenderung menolak menyusui bayinya sendiri terutama pada ibu – ibu yang bekerja dengan alasan air susunya hanya sedikit atau tidak keluar sama sekali, keadaan ini memberikan dampak negatif terhadap status kesehatan, gizi, serta tingkat kecerdasan anak. Oleh karena itu untuk menanggulangi permasalahan diatas perlu dilakukan upaya preventif dan promotif dalam meningkatkan penggunaan ASI dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan payudara ibu menyusui, sehingga membantu pengeluaran ASI secara lancar.

Pengertian
Perawatan payudara adalah suatu cara yang dilakukan untuk merawat payudara agar air susu keluar dengan lancar.

Manfaat Perawatan Payudara
1. Menjaga kebersihan payudara, terutama kebesihan putting susu agar terhindar dari infeksi
2. Melunakkan serta memperbaiki bentuk putting susu sehingga bayi dapat menyusu dengan baik
3. Merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi asi lancar
4. Mengetahui secara dini kelainan putting susu dan melakukan usaha-usaha untuk mengatasinya
5. Persiapan psikis ibu menyusui
Cara melakukan perawatan payudara ibu menyusui
1. Persiapan alat
Alat yang dibutuhkan :
 Handuk
 Kapas
 Minyak kelapa / baby oil
 Waslap
 2 Baskom (masing-masing berisi air hangat dan dingin )
2. Prosedur perawatan
1. Buka pakaian ibu
2. Letakkan handuk diatas pangkuan ibu dan tutuplah payudara dengan handuk.
3. Buka handuk pada daerah payudara.
4. Kompres putting susu dengan menggunakan kapas minyak selama 3-5 menit.
5. Bersihkan dan tariklah putting susu keluar terutama untuk putting susu yang datar.
6. Ketuk-ketuk sekeliling putting susu dengan ujung-ujung jari.
7. Kedua telapak tangan dibasahi dengan minyak kelapa
8. Kedua telapak tangan diletakkankan diantara kedua payudara
9. Pengurutan dimulai kearah atas, samping, telapak tangan kiri kearah sisi kiri, telapak tangan kanan kearah sisi kanan
10. Pengurutan diteruskan kebawah, samping, selanjutnya melintang, telapak tangan mengurut kedepan kemudian dilepas dari kedua payudara.
11. Telapak tangan kanan kiri menopang payudara kiri, kemudian jari-jari tangan kanan sisi kelingking mengurut payudara kearah putting susu.
12. Telapak tangan kanan menopang payudara dan tangan lainnya menggengam dan mengurut payudara dari arah pangkal ke arah putting susu.
13. Payudara disiram dengan air hangat dan dingan secara bergantian kira-kira 5 menit ( air hangat dahulu)
14. Keringkan dengan handuk
15. pakailah BH khusus untuk ibu menyusui ( BH yang menyangga payudara )
3. Keuntungan menyusui
 Bayi akan memperoleh makanan yang terbaik yaitu ASI
 Praktis, tidak merepotkan karena ibu tidak harus menyediakan minum untuk bayi, seperti mengencerkan susu, menghangatkan susu, mencuci alat-alat minuman dan lain-lain
 Tidak memerlukan biaya karena ibu tidak perlu membeli susu untuk bayi serta alat-alat yang diperlukan seperti : botol alat pengencer dan lain-lain
 Menyusu dapat mempererat hubungan kasih sayang antara ibu dan anak
4. Tanda-tanda menyusui yang benar
 Bayi cukup tenang
 Mulut bayi terbuka lebar
 Bayi menempel betul pada ibu
 Mulut dan dagu bayi menempel betul pada payudara ibu
 Seluruh areola tertutup mulut bayi
 Bayi nampak pelan-pelan menghisap dengan kuat
 Putting susu ibu tidak terasa nyeri
 Posisi ibu menyusui duduk, berbaring, berdiri dan digendong
5. Cara menyusui yang benar
Sanggalah payudara dengan keempat jari pada tangan yang tidak menyangga bayi dan ibu jari dibagian atas bantulah bayi menemukan putting.

Soal
1. Jelaskan pengertian perawatan payudara ?
2. Jelaskan manfaat perawatan payudara ?
3. Sebutkan salah satu keuntungan menyusui ?
4. Sebutkan bahan-bahan yang diperlukan untuk merawat payudara ?








SATUAN ACARA PENGAJARAN

POKOK BAHASAN : Keluarga Berencana
SUB POKOK BAHASAN : Konseling Keluarga Berencana
HARI / TANGGAL : Jum’at, 26 Agustus 2005
WAKTU : 30 menit
SASARAN : Ny. S, Ny. D, Ny. A dan Ny. F
TEMPAT : Ruang Post Partum Intensif RSDK Semarang

1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Pasien dapat menjelaskan macam – macam dan cara penggunaan alat kontrasepsi

2. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Pasien dapat memilih salah satu metode kontrasepsi yang akan digunakan

3. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
No TAHAP WAKTU KEGIATAN MEDIA
1 Pembukaan 5 menit  Mengucapkan salam
 Memperkenalkan diri
 Menjelaskan maksud dan tujuan
 Apersepsi dengan menggali pengetahuan klien tentang KB



2 Pelaksanaan 20 menit  Menjelaskan materi :
1. Pengertian keluarga berencana
2. Macam-macama alat kontrasepsi
3. Penggunaan dan efek samping
 Memberi kesempatan klien untuk memilih salah satu metode kontrasepsi •
Leaflet
3 Penutup 5 menit  Mengakhiri kegiatan
 Menutup dengan salam •


4. METODA
Pendidikan kesehatan dilakukan dengan ceramah, tanya jawab ( diskusi ), dan demonstrasi

5. EVALUASI
 Standar persiapan
a. Menyiapkan materi penyuluhan
b. Menyiapkan tempat
c. Menyiapkan alat peraga
d. Menyiapkan leaflet
 Standar proses
a. Membaca buku referensi tentang Keluarga Berencana
b. Memberi penyuluhan dan mendemonstrasikan macam – macam dan cara – cara penggunaan alat kontrasepsi
 Standar hasil
a. Klien mampu menyebutkan macam – macam dan cara – cara penggunaan alat kontrasepsi
b. Klien dapat memilih salah satu metode kontrasepsi yang digunakan

6. PUSTAKA
• Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Membangun Keluarga Sejahtera
• Panduan Teknik Konseling Pelayanan Kontrasepsi
• Keluarga Berencana, www.medicastore.com/infopenyakit/
• Mengenal kontrasepsi, www.information.com/kontrasepsi/

LAMPIRAN
• Materi konseling Keluarga Berencana
• Leaflet







LAMPIRAN

MATERI KONSELING KELUARGA BERENCANA.

A. Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah suatu cara untuk menghindari / mencegah terjadinya kehamilan akibat pertemuan sel telur yang matang dengan sperma.

B. Macam-macam Alat Kontrasepsi ( KB )
1. Metode Kontrasespsi Sederhana
a. Sengama terputus
• Cara penggunaan : mengeluarkan penis dari vagina ketika akan ejakulasi.
• Keuntungan : tanpa biaya
• Kelemahan : memerlukan penguasaan diri yang kuat, kemungkinan ada sedikit cairan yang mengandung spermatozoa tertumpah dan masuk ke vagina sehingga dapat mengakibatkan kehamilan.
b. Metode kalender
• Cara penggunaan : menghitung masa subur wanita dan menghindari melakukan hubungan seksual di masa subur.
• Keuntungan : tanpa biaya
• Kelemahan : pasangan sulit untuk bisa mentaati.

2. Metode Kontrasepsi dengan alat / obat
a. Kondom
Kondom adalah sarung untuk alat kelamin pria yang terbuat dari karet tipis yang digunakan untuk menampung sperma agar tidak masuk kedalam vagina.
• Cara penggunaan : disarungkan pada penis, dari ujung hingga pangkal, pada saat akan melakukan hubungan seksual.
• Keuntungan : murah, mudah didapat, dapat digunakan sewaktu-waktu, dapat mencegah penularan penyakit kelamin.
• Kerugian :selalu harus memakai kondom baru, mengganggu kenyamanan dalam melakukan hubungan seksual, dapat sobek jika menggunakannya tergesa-gesa.
• Efek samping : alergi terhadap kondom (jarang terjadi), lecet-lecet pada kemaluan pria akibat pemakaian yang tergesa-gesa / kurang pelicin.
b. Tisu KB
Tisu KB adalah kertas tipis yang mengandung spermatisida.
• Cara penggunaan : remaslah tisu KB menjadi gumpalan kecil, masukkan ke dalam vagina, dorong hingga menyentuh mulut rahim. Tunggu 2-5 menit sebelum berhubungan.
• Kelemahan : harus digunakan 2-5 menit sebelum melakukan hubungan seksual.
• Efek samping : gatal-gatal, peningkatan pengeluaran cairan vagina, iritasi dinding vagina.
c. Pil KB
Pil atau tablet yang berisi zat yang berguna untuk mencegah lepasnya sel telur dari indung telur.
• Cara penggunaan : diminum setiap hari, tidak boleh lupa.
Pil dengan kemasan 21 tablet diminum pada hari ke 5 haid.
Pil dengan kemasan 28 tablet diminum pada hari pertama haid.
• Keuntungan : mudah penggunaannya, mengurangi rasa sakit pada waktu haid, mengurangi risiko kanker ovarium, cocok untuk PUS muda.
• Kerugian : memerlukan displin tinggi, kembalinya kesuburan agak lambat, tidak dianjurkan untuk wanita diatas usia 30 tahun.
• Kontra indikasi : penyakit jantung, varises, darah tinggi, perdarahan pervaginam, migrain.
• Efek samping : perdarahan, perubahan BB, kloasma, pusing.
d. Suntikan KB
Depo provera dan Noristrat
Suntik KB adalah obat suntik yang berisi zat yang dapat mencegah lepasnya sel telur dari indung telur, mengentalnya lendir mulut rahim sehingga sperma tidak dapat masuk ke dalam rahim dan menipiskan selaput lendir rahim sehingga calon janin tak dapat tertanam dalam rahim.
• Cara penggunaan : Depo provera disuntikkan tiap 3 bulan sekali. Noristrat disuntikkan setiap 2 bulan selama 4 kali suntikan pertama, selanjutnya tiap 3 bulan.
• Keuntungan : praktis dan efektif, aman dan cocok digunakan bagi ibu yang sedang menyusui anaknya, karena tidak mempengaruhi produksi air susu ibu (ASI)
• Efek samping : terlambat haid, terjadi bercak perdarahan di luar haid, keputihan, jerawat, perubahan berat badan, dan lain-lain
• Kontra indikasi : Hamil, keluarnya darah dari rahim yang tidak normal, keganasan penyakit jantung, hati, tekanan darah tinggi, kencing manis dan penderita penyakit paru-paru berat.
e. Susuk KB.
Susuk KB adalah 6 kapsul kecil, ramping berisi obat yang dipasang dibawah kulit lengan atas bagian dalam untuk dipakai selama 5 tahun.
• Cara penggunaan : Dengan memasukkan susuk KB di bawah kulit lengan wanita bagian atas oleh dokter dan bidan terlatih
• Keuntungan : praktis, tidak menekan produksi ASI, tidak ada faktor lupa, dapat digunakan pada wanita yang tidak cocok dengan hormon estrogen.
• Kekurangan : lebih mahal, harus dipasang dan diangkat oleh petugas kesehatan yang terlatih.
• Efek samping : gangguan haid, mual, muntah timbul jerawat, BB bertambah.
• Kontra indikasi : wanita hamil, perdarahan pervaginam, penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis.
f. IUD / Spiral
IUD adalah alat kontrasepsi yang ditempatkan dalam rahim wanita yang terbuat dari plastik khusus yang diberi benang pada ujungnya sebagai kontrol.
• Cara penggunaan : IUD dipasang pada rongga rahim wanita oleh dokter atau bidan terlatih.
• Keuntungan : praktis, ekonomis, aman dan mudah dikontrol.
• Efek samping : adanya rasa nyeri dan mulas beberapa saat setelah pemasangan, ada bercak – bercak perdarahan dll.
• Kontra indikasi : wanita hamil, peradangan leher rahim, kanker rahim.
g. Vasektomi
Operasi kecil untuk menghalangi transport sperma di saluran air mani.
• Cara penggunaannya : dengan operasi.
• Keuntungan : efektif, proses operasi cepat, tidak perlu dirawat di RS.
• Kelemahan : harus dengan tindakan pembedahan, tidak dapat dilakukan pada orang yang masih ingin mempunyai anak lagi.
• Efek samping : ada kemungkinan komplikasi seperti perdarahan dan infeksi.
• Kontra indikasi : penderita DM tidak terkontrol.
h. Tubektomi.
• Cara penggunaannya : dengan operasi
• Keuntungan : efektif, angka kegagalan sterilisasi rendah, komplikasi terbilang kecil, biaya murah.
• Kelemahan : harus dengan tindakan pembedahan, tidak dapat dilakukan pada orang yang masih ingin mempunyai anak lagi.
• Kontra indikasi : penyakit jantung, paru-paru, hernia umbilikalis, hernia inguinalis atau labialis.






SATUAN ACARA PENGAJARAN

Pokok Bahasan : Keluarga Berencana
Sub Pokok Bahasan : Pemilihan Alat Kontrasepsi
Hari / Tanggal : Selasa, 13 September 2005
Waktu : 30 menit
Sasaran : Ny. Y
Tempat : Puskesmas Mangkang

I. Tujuan Instruksional Umum
PUS menjelaskan macam–macam cara penggunaan metode kontrasepsi.

II. Tujuan Instruksional Khusus
PUS memilih salah satu metode kontrapsi yang akan digunakan

III. Kegiatan Pengajaran
No TAHAP WAKTU KEGIATAN MEDIA
1 Pembukaan 5 menit  Mengucapkan salam
 Memperkenalkan diri
 Menjelaskan maksud dan tujuan
 Apersepsi dengan menggali pengetahuan keluarga tentang KB



2 Pelaksanaan 20 menit  Menjelaskan materi :
1. Pengertian keluarga berencana
2. Macam-macama alat kontrasepsi
3. Penggunaan dan efek samping
 Memberi kesempatan keluarga untuk memilih salah satu metode kontrasepsi •
Leaflet
3 Penutup 5 menit  Mengakhiri kegiatan
 Menutup dengan salam •

IV. MEDIA
Leaflet
V. METODE PELAKSANAAN
Pendidikan kesehatan dilakukan dengan ceramah, tanya jawab (diskusi)

VI. Tempat
Ruang BKIA Puskesmas Mangkang
VII. Evaluasi
PUS dapat memilih metode kontrasepsi yang akan digunakan. : kondom,tisu KB, Pil KB, Suntikan KB, susuk KB,IUD/spiral.

VIII. DAFTAR PUSTAKA
• Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Membangun Keluarga Sejahtera
• Panduan Teknik Konseling Pelayanan Kontrasepsi
• Keluarga Berencana, www.medicastore.com/infopenyakit/
• Mengenal kontrasepsi, www.information.com/kontrasepsi/

























MATERI KONSELING KELUARGA BERENCANA.

A. Definisi Kontrasepsi
Menghindari / mencegah terjadinya kehamilan akibat pertemuan sel telur yang matang dengan sperma.

B. Macam-macam Alat Kontrasepsi ( KB )
1. Metode Kontrasespsi Sederhana
a. Sengama terputus
• Cara penggunaan : mengeluarkan penis dari vagina ketika akan ejakulasi.
• Keuntungan : tanpa biaya
• Kelemahan : memerlukan penguasaan diri yang kuat, kemungkinan ada sedikit cairan yang mengandung spermatozoa tertumpah daqn masuk ke vagina sehingga dapat mengakibatkan kehamilan.
b. Metode kalender
• Cara penggunaan : menghitung masa subur wanita dan menghindari melakukan hubungan seksual di masa subur.
• Keuntungan : tanpa biaya
• Kelemahan : pasangan sulit untuk bisa mentaati.

2. Metode Kontrasepsi dengan alat / obat
a. Kondom
Kondom adalah sarung untuk alat kelamin pria yang terbuat dari karet tipis. Berguna untuk menampung sperma agar tidak masuk kedalam vagina.
• Cara penggunaan : disarungkan pada penis, dari ujung hingga pangkal, pada saat akan melakukan hubungan seksual.
• Keuntungan : murah, mudah didapat, dapat digunakan sewaktu-waktu, dapat mencegah penularan penyakit kelamin.
• Kerugian :selalu harus memakai kondom baru, mengganggu kenyamanan dalam melakukan hubungan seksual, dapat sobek jika menggunakannya tergesa-gesa.
• Efek samping : alergi terhadap kondom (jarang terjadi), lecet-lecet pada kemaluan pria akibat pemakaian yang tergesa-gesa / kurang pelican.

b. Tisu KB
Kertas tipis yang mengandung spermatisida.
• Cara penggunaan : remaslah tisu KB menjadi gumpalan kecil, masukkan ke dalam vagina, dorong hingga menyentuh mulut rahim. Tunggu 2-5 menit sebelum berhubungan.
• Kelemahan : harus digunakan 2-5 menit sebelum melakukan hubungan seksual.
• Efek samping : gatal-gatal, peningkatan pengeluaran cairan vagina, iritasi dinding vagina.

c. Pil KB
Pil atau tablet yang berisi zat yang berguna untuk mencegah lepasnya sel telur dari indung telur.
• Cara penggunaan : diminum setiap hari, tidak boleh lupa.
Pil dengan kemasan 21 tablet diminum pada hari ke 5 haid.
Pil dengan kemasan 28 tablet diminum pada hari pertama haid.
• Keuntungan : mudah penggunaannya, mengurangi rasa sakit pada waktu haid, mengurangi risiko kanker ovarium, cocok untuk PUS muda.
• Kerugian : memerlukandisplin tinggi, kembalinya kesuburan agak lambat, tidak dianjurkan untuk wanita diatas usia 30 tahun.
• Kontra indikasi : penyakit jantung, varises, darah tinggi, perdarahan pervaginam, migrain.
• Efek samping : perdarahan, perubahan BB, kloasma, pusing.

d. Suntikan KB
Depo provera dan Noristerat
Suntik KB adalah obat suntik yang berisi zat yang dapat mencegah lepasnya sel telur dari indung telur, mengentalnya lendir mulut rahim sehingga sperma tidak dapat masuk ke dalam rahim dan menipiskan selaput lendir rahim sehingga calon janin tak dapat tertanam dalam rahim.
• Cara penggunaan : Depo provera disuntikkan tiap 3 bulan sekali. Noristrat disuntikkan setiap 2 bulan selama 4 kali suntikan pertama, selanjutnya tiap 3 bulan.
• Keuntungan : praktis dan efektif, aman dan cocok digunakan bagi ibu yang sedang menyusui anaknya, karena tidak mempengaruhi produksi air susu ibu (ASI)
• Efek samping : terlambat haid, terjadi bercak perdarahan di luar haid, keputihan, jerawat, perubahan berat badan, dan lain-lain
• Kontra indikasi : Hamil, keluarnya darah dari rahim yang tidak normal, keganasan penyakit jantung, hati, tekanan darah tinggi, kencing manis dan penderita penyakit paru-paru berat.

e. Susuk KB.
Susuk KB adalah 6 kapsul kecil, ramping berisi obat yang dipasang dibawah kulit lengan atas bagian dalam untuk dipakai selama 5 tahun.
• Cara penggunaan : Dengan memasukkan susuk KB di bawah kulit lengan wanita bagian atas oleh dokter dan bidan terlatih
• Keuntungan : praktis, tidak menekan produksi ASI, tidak ada faktor lupa, dapat digunakan pada wanita yang tidak cocok dengan hormon estrogen.
• Kekurangan : lebih mahal, harus dipasang dan diangkat oleh petugas kesehatan yang terlatih.
• Efek samping : gangguan haid, mual, muntah timbul jerawat, BB bertambah.
• Kontra indikasi : wanita hamil, perdarahan pervaginam, penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis.

f. IUD / Spiral
IUD adalah alat kontrasepsi yang ditempatkan dalam rahim wanita. Terbuat dari plastik khusus yang diberi benang pada ujungnya sebagai kontrol.
• Cara penggunaan : IUD dipasang pada rongga rahim wanita oleh dokter atau bidan terlatih.
• Keuntungan : praktis, ekonomis, aman dan mudah dikontrol.
• Efek samping : adanya rasa nyeri dan mulas beberapa saat setelah pemasangan, ada bercak – bercak perdarahan dll.
• Kontra indikasi : wanita hamil, peradangan leher rahim, kangker rahim.

g. Vasektomi
Operasi kecil untuk menghalangi transport sperma di saluran air mani.
• Cara penggunaannya : dengan operasi.
• Keuntungan : efektif, proses operasi cepat, tidak perlu dirawat di RS.
• Kelemahan : harus dengan tindakan pembedahan, tidak dapat dilakukan pada orang yang masih ingin mempunyai anak lagi.
• Efek samping : ada kemungkinan komplikasi seperti perdarahan dan infeksi.
• Kontra indikasi : penderita DM tidak terkontrol.

h. Tubektomi.
• Cara penggunaannya : dengan operasi
• Keuntungan : efektif, angka kegagalan sterilisasi rendah, komplikasi terbilang kecil, biaya murah.
• Kelemahan : harus dengan tindakan pembedahan, tidak dapat dilakukan pada orang yang masih ingin mempunyai anak lagi.
• Kontra indikasi : penyakit jantung, paru-paru, hernia umbilikalis, hernia inguinalis atau labialis.






Pokok Bahasan : Komunikasi Informasi dan Edukasi
Sub Pokok Bahasan : Pendidikan Kesehatan Tentang Vasektomi
Waktu Pertemuan : 30 Menit
Sasaran : Pasangan

A. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan pasangan mampu memahami tentang vasektomi dan dapat mengambil keputusan.
2. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan pasangan diharapkan daapt mengerti tentang :
a. Pengertian vasektomi
b. Keuntungan vasektomi
c. Kerugiaan vasektomi
d. Kontra indikasi vasektomi
e. Komplikasi vasektomi
f. Penerimaan vasektomi
g. Penatalaksanaan vasektomi

B. KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN
NO TAHAP KEGIATAN KEGIATAN MEDIA
1. PEMBUKAAN a. Memberi salam
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan pendidikan kesehatan TOA
2. PENYAMPAIAN MATERI a. Menjelaskan pengertian vasektomi
b. Menjelaskan keuntungan vasektomi
c. Menjelaskan kerugian vasektomi
d. Menjelaskan kotra indikasi vasektomi
e. Menjelaskan tentang komplikasi vasektomi
f. Menjelaskan penerimaan vasektomi
g. Menjelaskan penatalaksanaan vasektomi
Leaflet dan gambar
3. PENUTUP a. Memberikan kesimpulan
b. Menanyakan pasangan tentang kejelasan materi yang di sampaikan
c. Memberikan pertanyaan
d. Menutup pertemuan
e. Memberi salam TOA

C. METODE
- Ceramah
- Tanya jawab
D. MEDIA
- TOA
- Leaflet
- Gambar
E. EVALUASI
1. Sebutkan pengertian vasektomi !
2. Sebutkan keuntungan vasektomi!
3. Sebutkan kerugian vasektomi !
4. Sebutkan kontra indikasi vasektomi !
5. Sebutkan koplikasi vasektomi !
6. Sebutkan penerimaan vasektomi !
7. Jelaskan penatalaksanaan vasektomi !
LAMPIRAN MATERI
A. PENGERTIAN
Merupakan suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria yang aman, sederhana dan efektif yang memerlukan waktu singkat dengan anestesi lokal.
B. KEUNTUNGAN VASEKTOMI
1. Efektif
2. Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas
3. Sederhaan
4. Cepat, waktu 5 – 10 menit
5. Menyenangkan bagi akseptor karena menggunakan anestesi lokal saja
6. Biaya rendah
7. Secara kultural dianjurkan di negara-negara dimana wanita merasa malu untuk ditangani oleh dokter pria, karena kurangnya dokter wanita atau paramedis wanita.
C. KERUGIAN VASEKTOMI
1. Diperlukan suatu tindakan medis
2. Kadang-kadang menyebabkan komplikasi : perdarahan / infeksi
3. Belum memberikan perlindungan total sampai semua spermatozoa yang sudah ada dalam sistem reproduksi distal dari tempat oklusi vas deferens dikeluarkan
4. Problem spikologis
D. KONTRA INDIKASI
1. Infeksi kulit lokal misal scabies
2. Infeksi traktus genetalia
3. Kelainan skrotum dan sekitarnya
a. Varicela
b. Hidrocele besar
c. Piliriasis
d. Hernia inguinalis
e. Orchiopecy
f. Luka parut bekas poerasi hernia
g. Skrotum yang sangat tebal
h. Penyakti sistemik : penyakit–penyakit perdarahan, diabetes millitus, penyakit jantung koroner
i. Riwayat perkawinan dan psikologis atau seksual yang tak stabil
E. KOMPLIKASI
- Hampir tidak ada resiko trauma
- Infeksi serius sangat rendah
- Tidak ada kematian yang berhubungan dengan anestesi
F. PENERIMAAN
- Bekas luka parut hampir tidak terlibat
- Reversibilitas sedikit lebih tinggi
- Biaya lebih tinggi
G. PROSEDUR
 Personil
- Dapat dikerjakan sendiri, dengan atau tanpa asisten
- Dapat dikerjakan oleh paramedis yang terlatih
- Waktu operasi lebih singkat ( ½ waktu operasi kontap wanita )

 Peralatan
- Hanya memerlukan peralatan bedah sederhana / standart
- Dapat dikerjakan dengan anestesi lokal
H. EFEK SAMPING
Tidak ditemukan adanya efek samping



SUMBER :
Dr. HANAFI HARYANTO, KELUARGA BERENCANA dan KONTRASEPSI, PUSTAKA SINAR HARAPAN. 1996, Jakarta.





SATUAN ACARA PENGAJARAN

Pokok Bahasan : Perawatan Post Natal
Sub Pokok Bahasan : Senam Nifas
Hari / Tgl : Selasa, 26 Oktober 2004
Waktu : 30 Menit
Sasaran : Ibu Post Partum
Tempat : Ruang IRNA B3 RSDK Semarang



I. TUJUAN

a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti proses pembelajaran ibu mengetahui tentang senam nifas dengan benar

b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti proses pembelajaran ibu diharapkan dapat :
1. Melakukan latihan pembentukan postur tubuh
2. Melakukan latihan pernafasan
3. Melakukan latihan otot dasar panggul
4. Melakukan latihan mempertahankan elastisitas sendi otot dan ligamen
5. Melakukan latihan mengencangkan otot buah dada








II. Kegiatan Pengajaran


NO
TAHAP
KEGIATAN
MEDIA
1. Pembukaan
( 5 menit )  Perkenalan
 Menjelaskan tujuan
 Apersepsi dengan cara menggali pengetahuan yang dimiliki ibu menyusui tentang senam nifas
2. Pelaksanaan
( 20 menit )  Menjelaskan materi dan demonstrasi tentang senam nifas
 Menjelaskan waktu pelaksanaan senam nifas
 Mendemonstrasikan senam nifas Leaflet





3. Penutup
( 5 menit )  Menyimpulkan materi
 Mengevalusi ibu tentang materi yang telah diberikan
 Mengakhiri pertemuan


III. Media
1. Leaflet

IV. Metode
1. Ceramah
2. Demonstrasi



V. Evaluasi
1. Standart Persiapan
a. Menyiapkan materi penyuluhan
b. Menyiapkan tempat
c. Menyiapkan leaflet
2. Standart Proses
a. Membaca buku referensi tentang senam nifas
b. Memberi penyuluhan dan mendemonstrasikan senam nifas
3. Evaluasi hasil
a. Ibu mampu melakukan latihan pembentukan postur tubuh
b. Ibu mampu melakukan latihan pernafasan
c. Ibu mampu melakukan latihan otot dasar panggul
d. Ibu mampu Melakukan latihan mempertahankan elastisitas sendi otot dan ligamen
e. Ibu mampu Melakukan latihan mengencangkan otot buah dada


VI. Pustaka
1. V. Ruth Bennett, 1996, Myles Text book For midwivs, Churchill Livingstone, Edinburg London.
2. PUSDIKNAKES – WHO – JHPIEGO, 2001, Panduan pengajaran asuhan Kebidanan Fisiologis Bagi Dosen Diploma III Kebidanan, Buku 4, Asuhan Kebidanan Post Partum, Jakarta.
3. Bobak dkk. 1995 Maternity Nursing, Edisi 4, Mosby, St Louis.

VII. Lampiran
1. Materi
2. Leaflet




LAMPIRAN MATERI
SENAM NIFAS

A. Pendahuluan
Masa nifas adalah masa yang diperlukan untuk pemulihan kembali alat-alat kandungan yang mempunyai jarak waktu 6 minggu. Perubahan – perubahan yang terjadi dapat secara psikis maupun fisik.
1. Secara psikis :
a. Kebanggan pada ibu
b. Terajdi ikatan batin dalam keluarga (ayah, ibu dan anak)
2. Secara fisik
a. Infolusi
Proses kembalinya alat kandungan dan jalan lahir mendekati seperti sebelum melahirkan. Perubahan yang terjadi terdiri dari :
• Involusi rahim
• Perubahan pembuluh darah
• Perubahan saluran kencing
• Involusi tempat plasenta
• Perubahan servik
• Perubahan dinding perut
b. Laktasi
Proses pembentukan dan pengeluaran ASI
Ada berbagai faktor yang menentukan kesiapan ibu dalam memulai senam nifas :
• Tingkat kesegaran tubuh sebelum kelahiran bayi
• Adakah mengalami kesulitan melahirkan
• Apakah bayinya mudah dilayani atau rewel

B. Tujuan :
Memperbaiki sirkulasi darah, sikap tubuh, otot dasar panggul, otot perut, memperbaiki regangan otot tungkai bawah dan mengencangkan buah dada serta memperlancar pengeluaran lokhea dan menghindari kelainan lain seperti emboli, trombus, dsb
C. Waktu
Pelaksanaannya tergantung kondisi ibi sehabis melahirkan dan anjuran petugas kesehatan. Namun pada umumnya dilaksanakan 48 sesudah melahirkan bagi primipara dan 24 jam sesudah melahirkan bagi multipara.

D. Jenis latihan
1. Latihan otot perut, metode yang digunakan :
a. Abdominal breathing
b. Buttocks lift
c. Kombinasi abdominal breathing dan buttocks lift
2. Latihan otot panggul, metode yang digunakan :
a. Double knee role
b. Single knee role
c. Leg role
3. Latihan otot dada, metode yang digunakan : arm raises.

E. Pelaksanaan Senam Nifas
1. Metode Abdominal Breathing (Pernafasan Perut)
a. Tujuan
Agar perut tidak buncit dan postur tubuh yang baik dan seimbang dengan pinggul
b. Teknis pelaksanaan
• Tidur terlentang dengan lutut ditekuk
• Tarik nafas dalam melalui hidung
• Usahakan tulang dada tidak bergerak dan usahakan perut mengembang
• Keluaran nafas pelan tapi kuat dengan menggunakan otot perut
• Keluarkan nafas dalam waktu 3-5 detik
• Kemudian relaks
2. Metode Reach for Knees (menjangkau lutut)
a. Tujuan
Agar perut tidak buncit dan postur tubuh yangbaik dan seimbang dengan pinggul
b. Teknis pelaksanaan :
• Tidur terlentang dengan lutut ditekuk
• Saat tarik nafas dalam letakkan dagu di atas dada
• Saat mengeluarkan nafas angkat kepala dan bahu pelan-pelan dan raih lutut dengan mengulurkan tangan dengan penuh
• Badan diangkat kira-kira 15 – 20 cm sementara pinggang tetap di lantai/tempat tidur
• Dengan pelan dan lembut bagian bawah kepala dan bahu dikembalikan seperti keadaan pada saat dimulai.
• Kemudian santai

3. Metode Combined abdominal breathing and supine pelvic tilt (kombinasi pernafasan perut dengan terlentang dan memiringkan pelvis)
a. Tujuan
Agar perut tidak buncit dan postur tubuh yang baik dan seimbang dengan pinggul
b. Teknis pelaksanaan
• Tidur telentang dengan lutut ditekuk
• Saat tarik nafas dalam, gulingkan pelvis ke belakang tangan dengan menempelkan tulnag belakang pada lantai/tempat tidur
• Keluarkan nafas pelan, kuat dengan megnencangkan otot perut dan otot pantat
• Usahakan keluarkan nafas dalam waktu 3 – 5 detik
• Kemudian relaks

4. Metode Buttocks Lift (mengangkat bokong)
a. Tujuan
Agar perut tidak buncit dan postur tubuh yangbaik dan seimbang dengan pinggul
b. Teknis pelaksanaannya
• Tidur telentang dengan lutut ditekuk dan kedua tangan disamping
• Pelan-pelan angkat pantat dan punggung bawah
• Kembali ke posisi awal

5. Metode Single Knee Roll (menggulingkan satu kaki)
a. Tujuan
Agar perut tidak buncit dan postur tubuh yang baik dan seimbang dengan pinggul
b. Teknis pelaksanaan
• Tidur telentang, lutut kanan lurus dan lutut kiri ditekuk
• Usahakan agar bahu tetap menempel pada lanati
• Pelan gulingkan lutut kiri ke kanan hingga menyentuh lantai, kemudian kembali ke posisi awal
• Demikian pada lutut kanan
• Kemudian relaks
6. Metode Double Knee Roll (Menggulingkan kedua lutut)
a. Tujuan
Agar perut tidak buncit dan postur tubuh yang baik dan simbang dengan pinggul
b. Teknik pelaksanaan
• Tidur telentang dengan kedua kaki ditekuk
• Bahu tetap rata dilantai dantelapak kaki diam di tempat
• Gulingkan lutut sampai menyentuh lantai
• Angkat kembali dengan pelan
• Kemudian gulingkan ke arah lain hinggamenyentuh lantai
• Kembali ke posisi semula dan relaks
7. Metode Leg Roll (Menggulingkan kaki)
a. Tujuan
Agar perut tidak buncit dan postur tubuh yang baik dan seimbang dengan pinggul
b. Teknis pelaksanaan
• Tidur telentang kaki lurus dan bahu datar
• Angkat kaki kiri dengan pelan dan gulingkan ke kanan melewati kaki kanan hingga menyentuh lantai
• Kembali ke posisi awal
• Bergantian untuk kaki kanan
• Kembali relaks

8. Metode Arm Raises (Mengangkat kedua tangan)
a. Tujuan
Agar perut tidak buncit dan postur tubuh yang baik dan seimbang dengan pinggul
b. Teknik pelaksanaan
• Tidur telentang dengan kedua tangan direntangkan ke samping hingga embentuk sudut 90ºdari tubuh
• Angkat kedua tangan tegak lurus hingga saling bersentuhan
• Turunkan tangan perlahan ke posisi awal

F. PENUTUP
Senam post partum sangat penting untuk dilakukan secara teratur dan benar sehingga memperoleh hasil yang baik dan terhindar dari kelainan yang tidak diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, L.M, Lowdermilk, D.L. Jensen, I.D. 1995. Maternity Nursing. Edisi 4. mosby, St Louis
Pusdiknakes WHO JHPIEGO. 2001. Buku 4 Asuhan Kebidanan Post Partum. Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan Fisiologis Bagi Dosen Diploma III Kebidanan. Jakarta

ASKEP POST PARTUM FISIOLOGIS


LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM FISIOLOGIS


I. DEFINISI PUERPERIUM / NIFAS
Adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama  6 minggu.
(Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002)
adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. (Obstetri Fisiologi, 1983)

II. PERIODE
Masa nifas dibagi dalam 3 periode:
1. Early post partum
Dalam 24 jam pertama.
2. Immediate post partum
Minggu pertama post partum.
3. Late post partum
Minggu kedua sampai dengan minggu keenam.

III. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN
1. Menjaga kesehatan Ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologiknya.
2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

IV. TANDA DAN GEJALA
1. Perubahan Fisik
a. Sistem Reproduksi
• Uterus
• Involusi : Kembalinya uterus ke kondisi normal setelah hamil.
No Waktu TFU Konsistensi After pain Kontraksi
1.


2.


3.


4. Segera setelah lahir
1 jam setelah lahir
12 jam setelah lahir
setelah 2 hari Pertengahan simpisis dan umbilikus
Umbilikus

1 cm di atas pusat

Turun 1 cm/hari

Lembut Terjadi





Berkurang

Proses ini dipercepat oleh rangsangan pada puting susu.
- Lochea
• Komposisi
Jaringan endometrial, darah dan limfe.
• Tahap
a. Rubra (merah) : 1-3 hari.
b. Serosa (pink kecoklatan)
c. Alba (kuning-putih) : 10-14 hari
Lochea terus keluar sampai 3 minggu.
• Bau normal seperti menstruasi, jumlah meningkat saat berdiri.
Jumlah keluaran rata-rata 240-270 ml.
- Siklus Menstruasi
Ibu menyusui paling awal 12 minggu rata-rata 18 minggu, untuk itu tidak menyusui akan kembali ke siklus normal.
- Ovulasi
Ada tidaknya tergantung tingkat proluktin. Ibu menyusui mulai ovulasi pada bulan ke-3 atau lebih.
Ibu tidak menyusui mulai pada minggu ke-6 s/d minggu ke-8. Ovulasi mungkin tidak terlambat, dibutuhkan salah satu jenis kontrasepsi untuk mencegah kehamilan.
- Serviks
Segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi untuk beberapa hari, struktur internal kembali dalam 2 minggu, struktur eksternal melebar dan tampak bercelah.



- Vagina
Nampak berugae kembali pada 3 minggu, kembali mendekati ukuran seperti tidak hamil, dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk ramping lebar, produksi mukus normal dengan ovulasi.
- Perineum
• Episiotomi
Penyembuhan dalam 2 minggu.
• Laserasi
TK I : Kulit dan strukturnya dari permukaan s/d otot
TK II : Meluas sampai dengan otot perineal
TK III : Meluas sampai dengan otot spinkter
TK IV : melibatkan dinding anterior rektal
b. Payudara
Payudara membesar karena vaskularisasi dan engorgement (bengkak karena peningkatan prolaktin pada hari I-III). Pada payudara yang tidak disusui, engorgement akan berkurang dalam 2-3 hari, puting mudah erektil bila dirangsang. Pada ibu yang tidak menyusui akan mengecil pada 1-2 hari.
c. Sistem Endokrin
- Hormon Plasenta
HCG (-) pada minggu ke-3 post partum, progesteron plasma tidak terdeteksi dalam 72 jam post partum normal setelah siklus menstruasi.
- Hormon pituitari
Prolaktin serum meningkat terjadi pada 2 minggu pertama, menurun sampai tidak ada pada ibu tidak menyusui FSH, LH, tidak ditemukan pada minggu I post partum.
d. Sistem Kardiovaskuler
- Tanda-tanda vital
Tekanan darah sama saat bersalin, suhu meningkat karena dehidrasi pada awal post partum terjadi bradikardi.
- Volume darah
Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal 3-4 minggu
Persalinan normal : 200 – 500 cc, sesaria : 600 – 800 cc.

- Perubahan hematologik
Ht meningkat, leukosit meningkat, neutrophil meningkat.
- Jantung
Kembali ke posisi normal, COP meningkat dan normal 2-3 minggu.
e. Sistem Respirasi
Fungsi paru kembali normal, RR : 16-24 x/menit, keseimbangan asam-basa kembali setelah 3 minggu post partum.
f. Sistem Gastrointestinal
- Mobilitas lambung menurun sehingga timbul konstipasi.
- Nafsu makan kembali normal.
- Kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg.
g. Sistem Urinaria
- Edema pada kandung kemih, urethra dan meatus urinarius terjadi karena trauma.
- Pada fungsi ginjal: proteinuria, diuresis mulai 12 jam.
- Fungsi kembali normal dalam 4 minggu.
h. Sistem Muskuloskeletal
Terjadi relaksasi pada otot abdomen karena terjadi tarikan saat hamil. Diastasis rekti 2-4 cm, kembali normal 6-8 minggu post partum.
i. Sistem Integumen
Hiperpigmentasi perlahan berkurang.
j. Sistem Imun
Rhesus incompability, diberikan anti RHO imunoglobin.

ASUHAN KEPERAWATAN
POST PARTUM FISIOLOGIS


I. PENGKAJIAN
A. Pemeriksaan Fisik
1. Monitor Keadaan Umum Ibu
- Jam I : tiap 15 menit, jam II tiap 30 menit
- 24 jam I : tiap 4 jam
- Setelah 24 jam : tiap 8 jam
2. Monitor Tanda-tanda Vital
3. Payudara
Produksi kolustrum 48 jam pertama.
4. Uterus
Konsistensi dan tonus, posisi tinggi dan ukuran.
5. Insisi SC
Balutan dan insisi, drainase, edema, dan perubahan warna.
6. Kandung Kemih dan Output Urine
Pola berkemih, jumlah distensi, dan nyeri.
7. Bowel
Pergerakan usus, hemoroid dan bising usus.
8. Lochea
Tipe, jumlah, bau dan adanya gumpalan.
9. Perineum
Episiotomi, laserasi dan hemoroid, memar, hematoma, edema, discharge dan approximation. Kemerahan menandakan infeksi.
10. Ekstremitas
Tanda Homan, periksa redness, tenderness, warna.
11. Diagnostik
Jumlah darah lengkap, urinalisis.

B. Perubahan Psikologis
1. Peran Ibu meliputi:
Kondisi Ibu, kondisi bayi, faktor sosial-ekonomi, faktor keluarga, usia ibu, konflik peran.
2. Baby Blues:
Mulai terjadinya, adakah anxietas, marah, respon depresi dan psikosis.
3. Perubahan Psikologis
a. Perubahan peran, sebagai orang tua.
b. Attachment yang mempengaruhi dari faktor ibu, ayah dan bayi.
c. Baby Blues merupakan gangguan perasaan yang menetap, biasanya pada hari III dimungkinkan karena turunnya hormon estrogen dan pergeseran yang mempengaruhi emosi ibu.
4. Faktor-faktor Risiko
a. Duerdistensi uterus
b. Persalinan yang lama
c. Episiotomi/laserasi
d. Ruptur membran prematur
e. Kala II persalinan
f. Plasenta tertahan
g. Breast feeding

II. PEMERIKSAAN KEPERAWATAN
1. Gangguan integritas jaringan b.d. episiotomi, laserasi.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d. episiotomi.
3. Resiko tinggi infeksi b.d. gangguan integritas kulit.
4. Gangguan pola tidur b.d. ketidaknyamanan fisik, kebutuhan minum anak.
5. Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. peningkatan kebutuhan untuk menyusui.
6. Resiko tinggi konstipasi b.d. ketidaknyamanan perineal dan peristaltik yang lemah.
7. Resiko tinggi gangguan eliminasi urine: retensi urine b.d. edema pemeal, trauma perineal.
8. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit b.d. kehilangan darah, penurunan intake oral.
9. Cemas b.d. kurangnya pengetahuan tentang perawatan bayi/ibu, kondisi bayi/ibu.
10. Resiko tinggi perubahan ikatan/peran b.d. konflik tentang bayinya.

III. RENCANA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d. episiotomi, laserasi.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam nyeri berkurang.
KH :
- Klien menyatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 3-4.
- Klien tampak rileks, ekspresi wajah tidak tegang, klien bisa tidur nyaman.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal:
Suhu 36-37 C, N 60-100 x/menit, R 16-24 x/menit, TD 120/80 mmHg.
Intervensi
- Tentukan adanya lokasi dan sifat serta skala nyeri.
- Inspeksi perbaikan perineum, dan episiotomi.
- Perhatikan adanya tanda REEDA.
- Ajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi (teknik napas panjang dan dalam, mengalihkan perhatian).
- Monitor tanda-tanda vital.

2. Gangguan Integritas Jaringan b.d. Episiotomi, Laserasi
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, integritas jaringan meningkat.
Kriteria Hasil :
- Luka episiotomi menunjukkan tanda penyembuhan sesuai proses (tahap-tahap penyembuhan luka)
- Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi / tanda REEDA (-)
- Nyeri dapat ditoleransi.
Intervensi
- Monitor episiotomi akan kemerahan, edema, memar, hematoma, keutuhan (sambungan dan pendarahan).
- Berikan kompres es, untuk menurunkan edema.
- Berikan penghangat (rendam pantat) 3-4 x/hari, setelah 24 jam untuk meningkatkan vaskularisasi.
- Lakukan perawatan episiotomi setiap hari.
- Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan dan terutama daerah genetalia.
3. Resiko tinggi infeksi b.d gangguan integritas kulit
Tujuan: Tidak terjadi infeksi.
Kriteria Hasil:
- Luka bebas dari infeksi
- Tidak timbul tanda-tanda infeksi
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi:
- Kaji riwayat prenatal dan intranatal
- Kaji tanda-tanda vital
- Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus
- Catat jumlah, warna, bau, dan konsistensi lochea
- Inspeksi sisi perbaikan episiotomi
- Monitor input dan output cairan
- Monitor tanda-tanda vital

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Darah lengkap
Hb, Ht, Leukosit, trombosit.
• Urine lengkap

DAFTAR PUSTAKA


1. Doengoes, E. Marilyn, Rencana Perawatan Maternal/Bayi, Edisi 2, 2001, EGC, Jakarta.
2. FKUI, Buku Pedoman Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Cetakan 1, 2002, Yayasan Bina Pustaka: Jakarta.
3. FKUI, Ilmu Kebidanan, Edisi 3, 1999, Yayasan Bina Pustaka: Jakarta.
4. FKUI, Obstetri Fisiologi, 1993, E. Leman: Bandung.
5. Persis Mary Hamilton, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, 1995, EGC, Jakarta.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S
DENGAN POST PARTUM FISIOLOGIS


A. PENGKAJIAN
Nama Mahasiswa : Ana Widyastuti Tanggal : 1 November 2004
Ruang : Post partum

DATA UMUM KESEHATAN
1. Inisial Klien : Ny. S Umur : 22 tahun
2. Status obstetri : Nifas hari ke-4 P1A0

No Tipe Persalinan BB Lahir Keadaan bayi waktu lahir Komplikasi nifas Umur sekarang
1. Spontan 2900 gr Sehat - 4 hari


3. Masalah kehamilan sekarang
Tak ada masalah dalam ANC, kontrol kehamilan selama ini di bidan  > 7 kali, imunisasi TT sebanyak 2 kali.
4. Riwayat persalinan sekarang
Tanggal 28 Oktober 2004 jam 09.00 ketuban pecah, tapi belum kenceng-kenceng, kemudian jam 16.00 mulai dirasakan kenceng-kenceng, periksa ke bidan pembukaan 1 cm, keluar lendir, gerak anak masih dirasakan. Kemudian dirujuk ke RSDK, kenceng-kenceng makin sering tapi pembukaan tidak bertambah. Kemudian pukul 02.00 UT 10 cm, TFU 32 cm, letak janin letak bawah kepala, punggung kiri, bayi di dalam uteri. Jam 02.30 bayi lahir perempuan BB 2900 gr, Apgar Gcore 10-10-10 panjang badan 49 cm, lingkar dada 32 cm, lingkar kepala 31 cm. Rupher perinei totalis, dilakukan repair interrupted, kulit subkutikuler dengan chromic cat gut 30.
5. Riwayat KB
KB yang pernah dipakai : belum pernah KB.
6. Rencana KB
Menginginkan KB suntik.

DATA POST NATAL
1. Tinjauan Per sistem
a. Sistem Integumen
Turgor kulit baik, kulit lembab, tak ada tanda dehidrasi, tak ada lesi.
b. Sistem Muskuloskeletal
Tonus otot baik, tak ada kelemahan anggota gerak, tanda homan (-).
c. Sistem Endokrin
Tak ada riwayat DM, tak ada pembesaran kelenjar tiroid.
d. Sistem Persarafan
Mampu membedakan rasa asin, asam, manis, penciuman normal, tak ada gangguan penglihatan, pendengaran normal, tak ada gangguan dalam menelan, pergerakan tidak terbatas.
e. Sistem Kardiovaskuler
Suara jantung tak ada kelainan, BJ I-II murni, tak ada bising dan gallop.
f. Sistem Pernafasan
Tak ada sesak nafas, suara nafas vesikuler, tak ada suara tambahan.
g. Sistem Pencernaan
Bising usus (+), peristaltik usus 8 x/menit, belum bisa BAB, tidak ada mual-muntah.
h. Sistem Perkemihan
Tidak ada distensi kandung kemih, BAK lancar tidak sakit.
i. Sistem Reproduksi
Kontraksi kuat, TFU 2 jari, bawah pusat, keluar lochea rubra.

2. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum : baik, composmentis
b. Tanda-tanda vital : TD : 120/80 mmHg S : 37 C
N : 84 x/menit RR : 20 x/menit
c. Payudara
Kesan Umum : payudara membesar, terjadi hiperpigmentasi areola, tak ada benjolan.
Puting susu : Kedua puting menonjol, kolostrium (+), ASI keluar tapi masih sedikit.
d. Abdomen
Keadaan : Uterus teraba keras, kontraksi kuat, TFU 2 jari di bawah pusat.
Diastesis rekti abdominalis : tak ada
Fundus uteri : tinggi : 2 jari di bawah pusat
Posisi : medial
Konstraksi : kuat
Kandung kemih : tak ada distensi, BAK lancar tak ada keluhan.
e. Lochea
Jumlah : 11 pembalut penuh dalam sehari
Warna : merah
Konsistensi : cair
Ball : amis, anyir, seperti bau darah menstruasi
f. Perineum
Keadaan : Perineum dijahit
Tanda REEDA : Tak ada
Kebersihan : bersih
Hemorhoid : Tak ada
g. Ekstremitas
Varises : Tak ada
Tanda homan : negatif

3. Psikososial
a. Perubahan Psikososial Ibu
Ibu merasa senang dengan kelahiran bayinya dan masih sangat mengharapkan bantuan orang terdekat (suami dan Ibu) untuk merawat dirinya dan bayinya.
b. Bonding Attachment
Ibu merasa senang karena bayinya selalu berada di dekatnya sehingga setiap saat bisa dipeluk dan diberi ASI sehingga semakin mendekatkan dirinya dan bayinya. ASI sudah keluar dan bayi menyusu dengan efektif, menghisap kuat.
c. Adaptasi Perubahan Peran Ibu
Ibu senang dan sudah bisa menerima perubahan peran dirinya sebagai ibu.




4. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium tanggal 29 Oktober 2004
Hb : 9,2 gr%
Lekosit : 7.400
Trombosit : 290.000
Terapi tanggal 1 November 2004
Cefadroxil 2 x 500 mg
Pasforgin 3 x 1
Mirabion 1 x 1
Diet lunak
Rawat luka + betadine

B. ANALISA DATA
Inisial Klien : Ny. S No : 747376
Umur : 22 tahun Ruang : Post partum

No Data Fokus Diagnosa Keperawatan Ttd
1.








2. S : - Klien mengatakan nyeri pada daerah jahitan (perineum), terutama jika diagnosa untuk berjalan.
- Klien mengatakan rasanya seperti diiris/perih.
O: - Terdapat luka jahitan di perineum
- Ekspresi wajah tegang menahan sakit
S : - Klien mengatakan jalan lahirnya dijahit
O: - Terdapat luka jahitan di perineum
- Perineum kotor dan terdapat/keluar dari jalan lahir lochea rubra. Nyeri b.d. pemajanan reseptor nyeri sekunder terputusnya kontinuitas jaringan






Resiko infeksi b.d. invasi kuman sekunder adanya luka jahitan (robeknya perineum totalis)




C. RENCANA KEPERAWATAN
Inisial Klien : Ny. S No : 747376
Umur : 22 tahun Ruang : Post partum

No DP Tujuan Intervensi Ttd
1.












2. Nyeri b.d pemajanan reseptor nyeri sekunder terputusnya kontinuitas jaringan






Resti injeksi b.d invasi kuman sekunder adanya luka jahitan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 60 menit, rasa nyeri berkurang
KH:
- Tanda vital normal (TD: 100/70 mmHg, N: 70-100 x/menit, S: 36,5-37C, RR: 16-20 x/menit
- Ekspresi lebih rileks
- Nyeri berkurang

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, tidak terjadi infeksi
KH :
- Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi: rubor, color, dolor, functio laesa
- Tidak ada REEDA
- Luka bersih kering - Kaji tingkat nyeri, lokasi, karakteristik
- Perhatikan isyarat verbal dan non verbal
- Berikan informasi dan petunjuk penyebab nyeri yang timbul
- Monitor tanda-tanda vital
- Lakukan latihan napas dalam
- Awasi kontraksi uterus dan PPU

- Anjurkan gunakan teknik mencuci tangan sebelum memegang area perineum
- Kaji status nutrisi pasien
- Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik
- Lakukan vulva hygiene dan anjurkan klien untuk selalu membersihkan jika mandi
- Anjuran klien untuk banyak minum dan diet tinggi protein
- Kolaborasi pemberian antibiotika dan berikan antiseptik topikal


D. IMPLEMENTASI
Inisial Klien : Ny. S No : 747376
Umur : 22 tahun Ruang : Post partum
No Tgl Implementasi Evaluasi Ttd
1.

















2.


















1.


















2.

1/11 04
8.40








10.15







1/11 04
8.30

















2/11 04
8.10

















2/11 04



- Menentukan karakteristik nyeri
- Memberikan penjelasan penyebab timbulnya rasa nyeri
- Mengukur tanda vital: TD, nadi, suhu, RR
- Mengajarkan pada klien teknik relaksasi dan nafas dalam saat dirasakan nyeri
- Meminta klien untuk mengulang teknik yang sudah diajarkan
- Menganjurkan klien untuk berhati-hati atau perlahan saat melakukan aktivitas agar rasa nyeri berkurang
- Melibatkan keluarga dan bayi untuk mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri.

- Melakukan pengkajian terhadap kondisi luka perineum terhadap adanya tanda-tanda infeksi.
- Melakukan vulva hygiene
- Memberikan betadine salep pada daerah luka jahitan perineum
- Menutup perineum dengan kassa dan pembalut yang bersih
- Menganjurkan klien untuk selalu menjaga kebersihan daerah perineum agar sekitar luka tidak kotor dan kuman tidak mudah masuk ke dalam luka
- Mengajarkan cara membersihkan daerah perineum yang benar yaitu dengan membersihkan dari yang bersih ke kotor dan sampai ke dalam

- Mengkaji ulang kualitas nyeri yang dirasakan klien saat ini.
- Menganjurkan klien untuk mendemonstrasikan ulang kemampuan teknik relaksasi nafas dalam
- Meyakinkan klien bahwa rasa nyeri itu adalah wajar dan akan hilang dengan sendirinya.
- Menganjurkan keluarga untuk membantu aktivitas klien
- Menghadirkan selalu bayi di dekat klien agar rasa nyerinya bisa berkurang karena terdistraksi oleh kegembiraan dekat dengan bayinya dan memotivasi klien untuk selalu meneteki bayinya.
- Mengukur tanda-tanda vital.

- Memeriksa kondisi luka perineum dari adanya tanda-tanda infeksi.
- Melakukan perawatan luka perineum dengan kapas (vulva hygiene)
- Mengoleskan betadine salep pada daerah luka perineum
- Menutup luka dengan kassa dan pembalut bersih
- Menganjurkan pada klien agar tetap mempertahankan kebersihan perineum dengan cuci tangan sebelum dan sesudah membersihkannya
- Menganjurkan klien agar tetap meningkatkan status nutrisinya agar proses penyembuhan lukanya tidak terhambat dan baik S : Klien mengatakan rasa sakit di perineum sudah berkurang dan merasa lebih nyaman
O: - Klien menunjuk skala nyeri 4.
- Ekspresi wajah lebih relaks dan tenang
A: Masalah nyeri teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi







S : Klien mengatakan agak takut membersihkan vagina bagian yang dalam
O: - Vulva tampak bersih
- Keluar lochea rubra (pembalut terisi separuh)
A: Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi








S : Klien mengatakan sudah bisa lebih leluasa dalam bergerak dan nyeri sudah tidak begitu dirasakan.
O: Klien lebih rileks dan bermain dengan bayinya
A: Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi dengan relaksasi jika nyeri terasa.






S: Klien mengatakan sudah tidak khawatir membersihkan vulva dan sudah membersihkannya dengan benar.
O: Vulva kelihatan bersih, tidak ada tanda REEDA, tak ada tanda infeksi
A: Masalah teratasi